linimassa.id – Pasti pernah melihat dan mendengar grup vokal yang berkumpul di paduan suara kan? Paling umum paduan suara yang sudah ada sejak zaman Yunani Kuno ini, bisa dilihat saat upacara atau wisuda.
Paduan suara atau sering disingkat padus atau kor dari bahasa Belanda: koor, merupakan istilah yang merujuk kepada ansambel musik yang terdiri atas penyanyi-penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut.
Umumnya suatu kelompok paduan suara membawakan musik paduan suara yang terdiri atas beberapa bagian suara.
Paduan suara biasanya dipimpin oleh seorang dirigen atau choirmaster yang umumnya sekaligus adalah pelatih paduan suara tersebut.
Umumnya paduan suara terdiri atas empat bagian suara misalnya sopran, alto, tenor, dan bas, walaupun dapat dikatakan bahwa tidak ada batasan jumlah suara yang terdapat dalam paduan suara.
Selain empat suara, jumlah jenis suara yang paling lazim dalam paduan suara adalah tiga, lima, enam, dan delapan. Bila menyanyi dengan satu suara, paduan suara tersebut diistilahkan menyanyi secara unisono.
Paduan suara dapat bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat musik. Bernyanyi tanpa iringan alat musik biasanya disebut sebagai bernyanyi a cappella.
Bila bernyanyi dengan iringan, alat musik pengiring paduan suara dapat terdiri atas alat musik apa saja, satu, beberapa, atau bahkan suatu orkestra penuh.
Untuk latihan paduan suara, alat pengiring yang digunakan biasanya adalah piano, termasuk bahkan jika pada penampilannya digunakan alat musik lain atau ditampilkan secara a cappella.
Penampilan
Terdapat banyak pandangan mengenai bagaimana masing-masing kelompok bagian suara dalam paduan suara ditempatkan di panggung pada suatu penampilan.
Pada paduan suara simfonik, biasanya bagian-bagian suara diatur dari suara tertinggi ke suara terendah misalnya sopran, alto, tenor, dan kemudian bas dari kiri ke kanan, bersesuaian dengan penempatan bagian alat musik gesek umumnya.
Pada penampilan a cappella atau dengan iringan piano, umumnya pria ditempatkan di belakang dan wanita di depan; penempatan kelompok bas di belakang kelompok sopran disukai oleh beberapa dirijen dengan alasan bahwa kedua bagian suara ini harus saling menyesuaikan nada.
Paduan suara yang lebih berpengalaman sering menyanyi dengan semua bagian suara bercampur dan tidak terkelompok-kelompok.
Pendapat yang mendukung metode penempatan ini adalah bahwa metode ini memudahkan masing-masing penyanyi untuk mendengarkan dan menyesuaikan nada dengan bagian suara yang lain, walaupun hal ini menuntut kemandirian masing-masing penyanyi.
Jenis
Paduan suara dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain paduan suara campuran, paduan suara wanita, paduan suara pria, dan paduan suara anak.
Campuran : Paduan suara campuran yaitu dengan suara wanita dan suara pria. Jenis ini mungkin merupakan yang paling lazim, biasanya terdiri atas suara sopran, alto, tenor, dan bas, sering disingkat sebagai SATB.
Seringkali pula salah satu atau beberapa jenis suara tersebut dibagi lagi menjadi dua atau lebih, misalnya SSAATTBB setiap jenis suara dibagi dua dan SATBSATB (paduan suara tersebut dibagi menjadi dua yang masing-masing terdiri atas empat jenis suara.
Kadang kala jenis suara bariton juga dipisahkan misalnya SATBarB, sering kali dinyanyikan oleh penyanyi bersuara bas tinggi.
Paduan suara wanita, biasanya terdiri atas jenis suara sopran dan alto yang masing-masing dibagi dua, sering disingkat SSAA. Bentuk lain adalah tiga suara, yaitu sopran, mezzo-sopran, dan alto, kadang disingkat SMA.
Paduan suara pria : biasanya terdiri atas dua bagian tenor, bariton, dan bas, sering disingkat TTBB atau ATBB jika kelompok suara tertinggi bernyanyi dengan teknik falsetto pada jangkauan nada alto, seperti lazimnya pada musik barbershop.
Jenis lain paduan suara pria adalah paduan suara yang terdiri atas suara SATB seperti pada paduan suara campuran namun bagian sopran dinyanyikan oleh anak-anak laki-laki sering disebut treble dan bagian alto dinyanyikan oleh pria dengan teknik falsetto, sering disebut kontratenor.
Paduan suara anak : biasanya terdiri atas dua suara SA atau tiga suara SSA, namun ada juga komposisi lain yang melibatkan lebih banyak jenis suara.
Pengkategorian lain untuk paduan suara adalah berdasarkan jumlah penyanyi di dalamnya, misalnya:
Ensembel vokal atau kelompok vokal (3–12 penyanyi)
Paduan suara kecil atau paduan suara kamar (12–28 penyanyi)
Paduan suara besar (lebih dari 28 penyanyi)
Paduan suara juga dapat dikategorikan menurut jenis atau genre karya yang dibawakannya, misalnya paduan suara simfonik, paduan suara opera, paduan suara lagu keagamaan (musica sacra), paduan suara lagu popular, paduan suara jazz, paduan suara lagu rakyat, paduan suara pertunjukan (show choir), yang anggota-anggotanya menyanyi dan menari dalam penampilan yang sering kali menyerupai pertunjukan musikal.
Paduan suara juga dapat dikategorikan menurut lembaga tempat paduan suara tersebut berada, misalnya paduan suara gereja, paduan suara sekolah, paduan suara mahasiswa, paduan suara umum, paduan suara professional.
Asal-usul
Bernyanyi secara berkelompok telah menjadi budaya yang dikenal secara luas. Di zaman Yunani Kuno, paduan suara dikenal dengan aktivitas bernyanyi secara bersamaan.
Sementara itu, harmonisasi dan bernyanyi dengan bagian-bagian berbeda dikenal dalam musik paduan suara Eropa kontemporer.
Perbendaharaan musik paduan suara tertua yang bertahan berasal dari Yunani Kuno, seperti himne Delphic dari abad ke-2 sebelum masehi dan abad ke-2 masehi.
Praktek paduan suara telah diajarkan di sekolah-sekolah di Yunani Kuno, sehingga konsepnya berkembang dengan cepat.
Di Sinagoga, komunitas Yahudi telah mengembangkan konsep paduan suara dengan membentuk kelompok-kelompok yang saling bersahutan dengan penyanyi solo atau Cantor.
Paduan suara memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai sarana ritual atau upacara, sebagai hiburan, dan tujuan estetis.
Awalnya digunakan sebagai sarana ibadah, namun seiring waktu, paduan suara juga dikenal sebagai hiburan dengan variasi musik pengiring yang lebih beragam.
Pada abad ke-12, seorang komponis terkenal dari Prancis bernama Perotin berhasil mengubah dunia musik dengan melakukan revolusi besar. Ia berhasil menyatukan semua unsur musik seperti melodi, irama, harmoni, dan polifoni dengan sangat baik.
Karya-karya tersebut kemudian ditampilkan oleh paduan suara, penyanyi solo, dan berbagai instrumen musik secara bersamaan.
Kemudian pada tahun 1364, komponis lain dari Prancis bernama Guillaume de Machaut menciptakan sebuah karya musik paduan suara yang sangat terkenal pada masanya, yaitu Misa Notre Dame.
Lalu pada abad ke-17, perkembangan instrumen musik mulai merambah ke berbagai daerah. Kombinasi antara instrumen musik dan paduan suara mulai menjadi populer sebagai suatu karya yang umum.
Di periode yang sama, karya musik paduan suara lainnya yang bernama Cantata Gerejawi dan Oratorio mulai diperkenalkan. Oratorio ini biasanya didasarkan pada cerita-cerita Injil.
Hingga pada abad ke-18, dua komponis terkenal dari Jerman, Johann Sebastian Bach dan George Frederick Handel, mengubah pandangan dunia tentang paduan suara. Karya mereka, seperti Passion (1729) dan Messiah (1742), menjadi standar bagi banyak negara pada masa itu.
Sejak saat itu, banyak karya luar biasa dari seniman-seniman musik baru bermunculan, termasuk Franz Joseph Haydn dari Austria, yang menciptakan karya masterpiece berjudul The Creation (tahun 1798). (Hilal)