linimassa.id – Musabaqah Tilawah Alquran (MTQ) yang masih digelar hingga kini di Indonesia merupakan program rutin dari Lembaga Pengembangan Tilawah Alquran Indonesia (LPTQ).
Ajang ini memperlombakan beberapa segi kemahiran dalam bidang Alquran mengeksplor “pembacaan Alquran” yang berhubungan dengan seni Islam, yang termanifestasi sebagai suatu praktik asli ke-Indonesia-an yang berskala nasional.
Dalam skala regional, nasional dan internasional di Indonesia, pelaksanaan kegiatan ini selalu mendapat sumbangan moril dan juga dukungan finansial dari pemerintah serta para sponsor. Pelaksanaan kegiatan dwi-tahunan itu pun selalu berlangsung meriah.
Kompetisi ini salah satu bentuk resepsi estetis dari masyarakat, yang dipatenkan pemerintah sebagai agenda rutin. Masyarakat dari segala lapisan dapat turut serta untuk meramaikan kegiatan yang diadakan setiap dua tahun sekali ini.
Sejarah MTQ
Di Indonesia, tilawah Alquran telah menjadi bagian dari kebudayaan yang hidup dalam masyarakat. Buktinya antara lain dalam berbagai upacara telah terbiasa dibuka dengan pembacaan Alquran, terdapat berbagai pengajian, kursus, diklat seta kegiatan lain yang bersifat individual atau training center tentang tilawah Alquran, dan juga adanya penyelenggaraan perlombaan (musabaqah) tilawah al-Qur’an.
Musabaqah Tilawah Alquran adalah lomba membaca Alquran dalam lagu. Di Indonesia, Musabaqah Tilawah Alquran diperkenalkan sejak 1940, bermula dari berdirinya Jam’iyyah al-Qurra’ wa alHuffadz, sebuah institusi yang didirikan oleh Nahdhatul Ulama, ormas terbesar di Indonesia.
Saat Menteri Agama dijabat oleh KH. Muhammad Dahlan (1967-1971), MTQ mulai dilembagakan secara nasional. Beliau bersama Prof. KH. Ibrahim Hossen adalah pemprakarsa pertama penyelenggaraan MTQ tingkat nasional.
Kedua tokoh ini juga bersama KH. Zaini Miftah, KH. Ali Mansyur dan Prof. Dr. H.A. Mukti Ali pada 23 Januari 1970 membentuk yayasan Ihya ‘Ulumuddin, yang setahun kemudian merintis berdirinya Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ), sebuah perguruan tinggi yang secara khusus mengajarkan seni baca dan menghafal Alquran serta mengkaji ilmu – ilmu yang ada di dalamnya.
Lembaga Pengembangan Tilawah Alquran (LPTQ) merupakan organisasi di dalam Kementerian Agama yang bertanggung jawab menyelenggarakan acara MTQ tersebut. Para pembaca (baik pria dan wanita) dari seluruh Indonesia dapat berpartisipasi dalam perencanaan dan implementasi kompetisi ini, serta dapat memilih kontestan mereka dan menyiapkan delegasi untuk kompetisi tersebut.
Pada Ramadhan tahun 1968, MTQ pertama kali diselenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan. Kala itu hanya melombakan tilawah dewasa saja, yang melahirkan Qari Ahmad Syahid dari Jawa Barat dan Muhammadong dari Sulawesi Selatan. Khusus untuk Musabaqah Tilawah Alquran Wartawan (pekerja jurnalis baik cetak maupun elektronik) diselenggarakan secara rutin tiga tahun sekali.
Pada mulanya, MTQ hanya mempertandingkan daya tarik suara atau keindahan dalam pembacaan ayat-ayat Alquran. Penamaan Musabaqah Tilawah Alquran pun secara historis dapat dipahami dari kegiatan yang pertama kali dipertandingkan dalam MTQ ini.
Selain Musabaqah Tilawah Alquran , event lain yang sejenis dan turut diadakan adalah Seleksi Tilawah Alquran (STQ). Bedanya, dalam STQ ini bidang/cabang lomba yang diadakan cenderung lebih sedikit. Semenjak launching pertamanya tersebut, cabang-cabang lomba dalam MTQ mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
Saat ini pada penyelanggaraan MTQ, digelar beberapa macam lomba, yakni Musabaqah Tilawah Alquran (MTQ), Musabaqah Hifdz Alquran (MHQ), Musabaqah Syarh Alquran (MSQ), Musabaqah Fahm Alquran (MFQ), Khath Alquran, Tafsir Alquran, serta Musabaqah Menulis Ilmiah Alquran (M2IQ).
Misi MTQ
Dari fenomena musabaqah ini, setidaknya ada dua macam misi yang hendak diwujudkan oleh umat Islam Indonesia. Pertama, syi’ar Islam. Walaupun niat luhur di balik kegiatan semarak ini adalah demi Allah semata, musabaqah ini tidak lepas dari dimensi sosialnya sebagai sebuah eksibisi.
Kedua, tujuan internal. Dengan menyelenggarakan perlombaan rutin yang mempertandingkan ‘jago-jago’ antar wilayah dari mulai tingkat kecamatan hingga tingkat internasional, diharapkan agar masing–masing pemegang kebijakan di semua wilayah mendorong dan mendukung aktivitas-aktivitas pembelajaran Alquran.
Tujuan pokok dan fungsi MTQ adalah sebagai salah satu sarana untuk mewujudkan pengamalan Alquran dalam kehidupan sehari-hari bagi umat Islam, khususnya bagi semua yang ikut serta dalam kegiatan MTQ.
Semua aspek yang mempunyai tujuan ke arah tersebut dilombakan dalam MTQ. Ide dasarnya adalah merealisasikan aktivitas membaca, menghafal, menulis, memahami, menafsirkan, dan menyampaikan tuntunan Alquran secara lebih menyeluruh.
MTQ merupakan metode sekaligus media dakwah yang sangat efektif dalam memasyarakatkan Alquran di Indonesia. Pada periode awal kehadiran MTQ, masyarakat begitu antusias menyambutnya, setiap event MTQ selalu ramai dihadiri karena masyarakat merasa mendapatkan sesuatu yang bermakna, dan ada kepuasan batin dihibur dengan lantunan ayat-ayat Alquran. (Hilal)