linimassa.id – Sistem pendidikan di Indonesia sudah kian maju. Kegiatan belajar-mengajar di sekolah tak lagi menggunakan benda atau peraga kuno, seperti kapur dan papan tulis, namun memilih untuk memakai proyektor atau spidol.
Ada beberapa tradisi dan teknologi akademis dari generasi orangtua atau kakek-nenek kita yang terlalu kolot untuk diketahui. Atau juga benda yang pada waktu lampau menjadi ‘ikonik’ saat belajar di kelas, kini sudah tak diperlukan lagi.
Dikutip dari Mentalfloss, berikut adalah 4 benda yang mungkin sudah tidak ada lagi di kebanyakan sekolah pada umumnya :
Kapur, Papan Tulis, dan Penghapus
Karena hampir setiap papan tulis hitam (blackboard) telah diganti oleh papan tulis putih (whiteboard), atau bahkan papan pintar (smartboard), adalah sesuatu yang masuk akal di banyak sekolah tidak ada lagi memakai kapur dan penghapusnya.
Disetopnya pemakaian ketiga benda itu (blackboard, kapur tulis, dan penghapusnya) dikarenakan oleh alasan khusus, seperti kesehatan (pernapasan) dan penghematan anggaran sekolah.
Pada tahun 1990-an, banyak sekolah mulai menerapkan papan tulis spidol. Alasannya karena lebih tidak berdebu dibandingkan kapur dan mengurangi suara gesekan kapur yang menganggu.
Penggaris Mika atau Plastik
Penggaris mika atau plastik, yang mulai tenar pada tahun 1600-an, kerap dipakai para murid untuk menghitung, jauh sebelum kalkulator modern ada.
Benda itu tampak seperti penggaris yang penuh dengan setrip-setrip dan angka tambahan, tetapi bagian tengahnya disebut mampu memberi siswa jawaban untuk masalah perkalian dan pembagian, eksponen, akar kuadrat, dan banyak lagi.
Poster Piramida Makanan
Piramida makanan yang muncul pada 1992 yang mungkin diingat banyak kaum Milenial dari masa-masa awal sekolah mereka. Piramida ini digunakan mereka untuk memecah kelompok makanan menjadi porsi yang ambigu.
Piramida makanan semacam itu kini telah diganti dengan diagram MyPyramid yang lebih modern, per 2005, yang mengidentifikasi ukuran penyajian dalam cangkir atau ons.
Pada 2011, USDA secara efektif ‘melenyapkan’ piramida makanan kuno tersebut secara menyeluruh, dengan meluncurkan MyPlate diagram berbentuk piring baru yang merekomendasikan Anda makan sebagian besar sayuran dan biji-bijian.
Tali Buku
Sebelum para siswa membawa buku-buku pelajaran yang berat di dalam tas ransel, atau hanya menjepitnya di ketiak mereka, ada ‘teknologi’ jadul (zaman dulu) bernama tali buku.
Benda tersebut terbuat dari ikat pinggang kulit asli yang diikat di sekitar tumpukan buku. Namun sayangnya, ini tidak melindungi buku-buku para murid dari cuaca buruk (seperti hujan) dan mereka tidak bisa membawa peralatan belajar lainnya, seperti memasukkan pensil, pulpen, penghapus dan lain-lain ke bagian yang ada di dalam tas..
Lebih Baik Mana?
Ada anggapan sekolah dengan papan tulis spidol lebih maju dibandingkan dengan sekolah yang masih memakai papan tulis kapur.
Jika dicermati, di Indonesia ada sekolah yang tetap memakai papan tulis hitam, namun ada juga yang sudah memakai papan tulis dengan spidol.
Entah dari mana asalnya, ada anggapan bahwa sekolah yang memakai papan tulis untuk spidol dianggap sebagai sekolah yang lebih modern atau lebih maju. Sementara, kebanyakan sekolah di daerah atau bahkan wilayah terpencil masih memakai papan tulis kapur.
Di negara-negara maju seperti Jepang, kebanyakan masih memakai papan tulis untuk kapur. Di Tokyo, misalnya, kebanyakan sekolah masih memakai jenis papan tulis ini.
Penggunaan kapur tulis di sekolah-sekolah Jepang ternyata ada alasannya. Papan tulis hitam ternyata memiliki visibilitas lebih baik dari papan tulis spidol. Hal ini disebabkan oleh papan tulis ini menyerap cahaya sehingga tidak akan memantulkan cahaya silau lainnya dari lampu atau luar ruangan. Otomatis, siswa yang duduk di belakang akan tetap bisa melihat tulisan di papan tersebut.
Selain itu, jika dicermati, hasil tulisan dengan spidol di papan tulis belum tentu bisa setebal hasil tulisan dengan kapur. Padahal, ketebalan tulisan ini penting untuk dilihat anak-anak yang duduk di bagian belakang.
Nah di Indonesia, banyak yang mengeluhkan papan tulis untuk kapur bisa menyebabkan debu. Debu ini bisa memicu polisi atau bahkan batuk-batuk. Untungnya, masalah ini sebenarnya sudah diatasi oleh produsen kapur. Ada kok kapur tulis bebas debu alias dust free.
Keberadaan kapur ini dianggap lebih menghemat anggaran belajar mengajar. Papan tulis juga nggak akan memantulkan cahaya sehingga proses belajar siswa nggak akan terganggu. (Hilal)



