LINIMASSA.ID – Mahasiswa Untirta lulus tanpa skripsi dalam waktu singkat, merupakan impian bagi banyak mahasiswa. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu tantangan terbesar dalam proses perkuliahan adalah menyusun skripsi.
Bagi sebagian mahasiswa, skripsi bukan hanya sekadar tugas akhir, tapi juga menjadi beban psikologis yang cukup berat. Proses panjang yang melibatkan penyusunan draft demi draft, bimbingan yang tidak selalu lancar, hingga waktu yang tidak menentu untuk seminar dan sidang sering kali memperlambat kelulusan.
Namun, masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui bahwa saat mahasiswi Untirta lulus tanpa skripsi, yakni jalur non-skripsi. Jalur ini memungkinkan mahasiswa untuk menyelesaikan studinya tanpa harus menyusun skripsi, melainkan dengan mengganti tugas akhir.
Salah satu mahasiswa yang telah sukses membuktikan efektivitas jalur ini adalah Dini Fitriyani, mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Jurusan S1 Akuntansi angkatan 2021.
Mahasiswi Untirta lulus tanpa skripsi ini menjadi satu-satunya mahasiswa di angkatannya yang memilih dan berhasil menyelesaikan studi melalui jalur non-skripsi dengan publikasi artikel ilmiah melalui jurnal internasional terindex copernicus, yaitu International Journal of Progressive Sciences and Technologies (IJPSAT)
“Awalnya aku pengen lulus cepat, karena lewat jalur non-skripsi ini memang lebih cepat daripada jalur skripsi pada umumnya,” jelas Dini saat diwawancarai.
Menurut Dini, sistem ini lebih efisien karena tidak mengharuskan mahasiswa membuat draft BAB 4 dan BAB 5 seperti skripsi biasa. Cukup menyusun BAB 1 sampai BAB 3, lalu dilanjutkan dengan penulisan artikel ilmiah yang akan dipublikasikan di jurnal internasional.
“Jadi prosesnya cukup sampai BAB 3 aja, setelah itu kita fokus menyusun artikel jurnal. Gak perlu bikin draft berkali-kali seperti BAB 4 dan BAB 5, jadi waktunya lebih singkat,” tambahnya.
Tantangan Mahasiswi Untirta Lulus Tanpa Skripsi

Namun, mahasiswi Untirta lulus tanpa skripsi atau jalur non-skripsi ini bukan berarti lebih mudah. Justru, standar dan syarat yang diberlakukan terbilang sangat ketat.
Artikel ilmiah yang disusun harus dipublikasikan di jurnal internasional yang sudah terindeks copernicus dengan minimal empat negara sebagai reviewer dan lima negara berbeda sebagai afiliasi penulis.
Artinya, mahasiswi Untirta lulus tanpa skripsi tidak cukup hanya mahasiswa dari Indonesia saja yang menulis artikel tersebut, tapi harus ada kolaborasi lintas negara.
“Meskipun reviewers-nya ada empat negara, tapi kalau penulisnya cuma dari Indonesia semua, itu tetap nggak bisa. Jadi harus benar-benar kolaborasi internasional,” terang Dini.
Selain itu, proses seminar proposal tetap dijalankan meskipun mengambil mahasiswi Untirta lulus tanpa skripsi atau jalur non-skripsi. Bedanya, seminar ini lebih bersifat formalitas karena artikel sudah lebih dulu dipublikasikan. Hal ini sempat menjadi tantangan tersendiri bagi Dini.
“Kemarin itu aku publikasi artikel dulu baru sempro, padahal seharusnya sempro dulu baru publikasi. Aku gak tahu kalau ternyata dari submit sampai publish itu hanya memerlukan waktu 14 hari. Jadi, sempro-ku sifatnya seperti formalitas saja. Dosen penguji juga sempat bingung kok bisa publikasi duluan,” jelasnya.
Walaupun Dini mahasiswi Untirta lulus tanpa skripsi, Dini mengaku sangat bersyukur mendapat dukungan penuh dari dosen pembimbing dan pihak kampus. Bahkan, ia dibantu secara finansial untuk biaya publikasi artikel jurnalnya.
“Aku diarahkan langsung oleh dosen pembimbing untuk ambil jalur ini. Bahkan, biaya publikasinya dibantu sama beliau. Jadi merasa sangat dimudahkan dan didukung,” katanya penuh rasa terima kasih.
Menurut Dini, Untirta, khususnya Jurusan Akuntansi, memang tengah mendorong program kelulusan melalui publikasi artikel ilmiah sebagai bagian dari pengembangan mutu lulusan. Hal ini sekaligus menjadi terobosan baru dalam menghadapi tantangan skripsi yang selama ini menjadi beban berat mahasiswa.
Saat ini, Dini tengah mengurus berkas kelulusannya, termasuk mencetak hard copy tugas akhir yang hanya berupa artikel jurnal saja. Tidak seperti jalur skripsi yang mengharuskan mencetak laporan tebal, jalur ini jauh lebih ringkas dan praktis.
Di akhir wawancara, Dini memberikan beberapa tips penting untuk mahasiswa lain yang tertarik mengikuti jalur non-skripsi.
“Yang paling penting itu harus punya pendekatan yang baik sama dosen pembimbing. Minimal seminggu sekali ada bimbingan, nanya kabar, dan update progres. Biar dosen juga merasa kita serius dan niat. Itu pengaruh banget ke kelancaran proses,” ujarnya.
“Terus, harus konsisten buka laptop tiap hari. Mau ada ide atau enggak, tetap buka aja. Nambah satu kalimat pun itu udah progress. Kalau bisa, buat target kelulusan dan plot harian atau mingguan biar lebih terarah,” lanjutnya.
“Dan jangan lupa, percaya diri dan yakin sama pilihan jalurnya. Meskipun belum banyak yang ambil, bukan berarti itu salah. Aku buktiin bisa lulus lebih cepat dengan cara ini,” ujar Dini.
Jadi, tertarik mahasiswi Untirta lulus tanpa skripsi atau jalur non skripsi sebagai syarat kelulusan ini? Jalur non-skripsi ini bukan hanya alternatif, tetapi bisa menjadi solusi efektif untuk menyelesaikan studi dengan tetap menjaga standar akademik tinggi. Yang dibutuhkan hanyalah komitmen, kedisiplinan, dan semangat untuk mencoba jalur baru yang mungkin belum banyak dilalui.