linimassa.id – Pasti sudah paham bukan, setiap Lebaran ada tradisi salam tempel? Pembagian uang saat perayaan Idul Fitri sudah menjadi salah satu tradisi yang dilakukan oleh orang Indonesia.
Bahkan, bukan hanya membagikan uang ke saudara melainkan juga kepada siapa saja yang datang untuk bertamu ke rumah.
Dilansir dari berbagai sumber, pemberian uang kepada anak-anak dan kerabat pada hari-hari besar seperti Idul Fitri tidak lepas dari pengaruh budaya Arab dan Tionghoa.
Pengaruh tersebut, menurut Didi Purnomo selaku dosen Ilmu Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, menghasilkan akulturasi di berbagai wilayah Indonesia.
Tapi jauh sebelum sekarang, tradisi salam tempel ini sebenarnya dipopulerkan oleh Khalifah Dinasti Fatimiyah di Afrika Utara saat abad pertengahan.
Saat itu, dalam sejarah diketahui ada tradisi membagikan uang, pakaian, atau pernak-pernik kepada anak-anak saat hari pertama Idul Fitri. Tradisi menguat saat era Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman), salam tempel berubah menjadi bagi-bagi uang tunai.
Di Indonesia, budaya bagi-bagi THR kepada anak-anak ini terus terjadi dan berkelanjutan sampai sekarang. Pengaruh tradisi ini juga dibawa oleh imigran dari Asia ke Indonesia melalui jalur dagang dan agama.
Saat ini kisaran uang yang didapatkan juga berbeda, mulai dari uang kertas Rp 2.000 an hingga ratusan ribu. Biasanya uang baru ini akan dimasukkan ke dalam amplop karakter dengan warna-warni yang cantik dan unik.
Asal Mula
Istilah “salam tempel” secara harfiah merujuk pada tindakan bersalaman sambil menyelipkan uang atau amplop berisi uang. Praktik ini telah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun di masyarakat Indonesia. Asal-us l tradisi salam tempel saat lebaran memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan budaya.
Dalam Cash Matters, disebutkan bahwa tradisi memberi salam tempel sudah ada sejak abad pertengahan. Salam tempel pertama kali dilakukan pada saat Kekhalifahan Fatimiyah dari Afrika Utara yang membagikan uang, pakaian, atau permen kepada orang-orang saat hari pertama Lebaran.
Tradisi pemberian salam tempel ini terus dilakukan hingga akhir era Ottoman sekitar lima abad, yakni disebut eidiyah.
Kemudian tradisi ini mengalami sedikit perubahan. Barang yang diberikan bukan lagi pakaian, makanan, dan permen, tetapi hanya uang dalam pecahan kecil. Ada pula eidiyah dalam bentuk ponsel atau konsol gim.
Jika dalam tradisi Imlek, uang itu akan dimasukkan dalam angpao merah dengan lambang-lambang binatang keberuntungan.
Dikutip dari detikHot, angpau ditemukan saat masa Dinasti Han yang di depan amplop terdapat kalimat ‘fu shan shou hai’ atau berarti ‘selamat berbahagia dan panjang usia’. Terkadang ada juga amplop merah bertuliskan ‘semoga sehat selalu’.
Menurut berbagai literatur, pemberian uang kepada anak-anak saat Lebaran terpengaruh dari budaya Arab dan Tionghoa. Tapi dari literatur lainnya, juga disebutkan tradisi bagi-bagi uang THR saat Lebaran merupakan hal baru yang diadopsi dari Cina.
Asal-usul tradisi salam tempel saat lebaran mencerminkan perjalanan panjang dari waktu ke waktu, yang awalnya dimulai sebagai bagian dari perayaan keagamaan kemudian berkembang menjadi simbol kemurahan hati dan solidaritas dalam masyarakat.
Berbagai Negara
Tradisi ini tidak hanya memperkaya budaya Indonesia, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan antarindividu dalam masyarakat.
Tradisi salam tempel yang dikenal juga sebagai Eidiyah di Uni Emirat Arab, ternyata tidak hanya terbatas pada Indonesia, tetapi juga ada di banyak negara Islam lainnya. Praktik ini merupakan bagian penting dari perayaan hari raya besar seperti Hari Raya Idulfitri atau Idul Adha di negara-negara tersebut.
Meskipun Eidiyah telah menjadi tradisi yang turun-temurun di Uni Emirat Arab, namun tidak semua keluarga melakukan praktik salam tempel ini secara universal kepada anak-anak atau kerabat yang berusia muda.
Tradisi ini telah mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu, di mana hadiah-hadiah yang diberikan tidak hanya terbatas pada uang tunai, tetapi juga bisa berupa barang-barang seperti konsol video game atau ponsel. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengajarkan anak-anak tentang nilai uang dan investasi.
Perkembangan tradisi salam tempel ini juga menular ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, tradisi salam tempel biasanya dilakukan oleh orang-orang yang lebih tua dan memiliki penghasilan sendiri.
Hadiah-hadiah tersebut dibagikan kepada sanak saudara, terutama anak-anak. Orang tua di Indonesia sering menggunakan amplop bergambar menarik untuk memberikan salam tempel kepada anak-anak, menambah kesan kreatif dan menyenangkan dalam proses memberikan hadiah pada Hari Raya Idul Fitri. (Hilal)