linimassa.id – Penembak kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Selasa (2/5) yang diketahui bernama Mustofa (60) menggunakan senjata angin bertekanan tinggi (air gun).
“Untuk senjata yang digunakan dari pemeriksaan itu adalah jenis’air gun.”
“Pistol model Glock 17 dengan kaliber enam mm,” Anggota Tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri Kombes Ari Kurniawanjati saat konferensi pers, Jumat (5/5/2023).
Ari menjelaskan, senjata itu pelurunya didorong menggunakan gas karbon dioksida (CO2).
Ari menjelaskan senjata tersebut sampai saat ini secara regulasi tidak diizinkan untuk dipergunakan karena sangat berbahaya apabila beredar bebas.
“Apabila dimodifikasi sedikit saja, senjata ini kekuatannya bisa melebihi senjata api (senpi) kaliber 22 yang bisa mematikan,” ucapnya.
Ari menyampaikan berdasarkan fakta senjata tersebut memang sudah disiapkan sebelumnya dari luar kantor.
“Karena dari CCTV juga, setiap penggunaan ‘air gun’ ini, saat dimasukkan tabung dalam senjata harus dibuka dulu kunci L, itu tidak dilakukan jari langsung menembak,” jelasnya.
Selain itu, dari olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi ditemukan adanya tiga butir peluru.
Kemudian Ari juga melakukan pemeriksaan terhadap pecahan kaca setebal 1,2 cm kenapa bisa pecah akibat peluru yang ditembakkan.
“Kita juga lakukan pemeriksaan apakah memang ada residu bahan dari senpi? Ternyata setelah diperiksa di TKP semuanya negatif. Jadi, tidak mungkin menggunakan senjata api, ” katanya.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya masih menyelidiki senjata yang digunakan M (60) untuk menembak kantor MUI Pusat di Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (2/5) siang.
“Kita lakukan pendalaman ditambahkan dengan analisis forensik di laboratorium,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko, Rabu (3/5/2023).
Trunoyudo mengatakan kepemilikan dan penggunaan senjata oleh pelaku erupakan bagian dari upaya penyelidikan kejahatan secara ilmiah yang dilakukan penyidik.