linimassa.id – Bagi penyuka pedas, pasti kenal dengan cabai ini? Habanero. Sering disebut dalam iklan televisi, cabai habanero disebut pula cabai gendol atau cabai gendot adalah salah satu spesies cabai dari Capsicum.
Cabai dari semenanjung Yucatan ini sangat pedas bahkan melebihi pedas cabai rawit. Tingkat kepedasan cabai habareno mencapai 100.000–350.000 skala Scoville.
Penghasil cabai habanero yang terbesar di dunia adalah Meksiko, yang tumbuh di Yucatan, Campeche, dan Quintana Roo, meskipun ada perkebunan komersial di Belize, Kosta Rika, Texas, dan California
Cabai habanero ini tumbuh di cuaca yang panas. Sama seperti cabai yang lain, cabai habanero tumbuh baik di area dengan mentari pagi dan di tanah dengan kadar pH sekitar 5–6 (sedikit asam). Cabai habanero harus diberi air hanya jika dalam keadaan kering. Tanah dan akar yang terlalu basah akan membuat cabai terasa pahit.
Asal Mula
Jenis cabai chinense berasal dari daerah Amazon, kemudian menyebar ke Meksiko. Polong cabai chinense utuh ditemukan melekat di tingkat pra keramik di Gua Guitarrero, Peru, yang memperlihatkan umur 8500 tahun.
Spesies ini kemudian didomestikasi selama beribu tahun, seiring berkembangnya kemampuan petani dalam bercocok tanam. Mereka berhasil melakukan seleksi untuk menghasilkan keturunan yang lebih besar dan pedas, sehingga pada tahun 1000 SM, jenis cabai chinense ini telah terdomestikasi dan menyebar ke seluruh penjuru Amerika Selatan dan Tengah.
Setelah Columbus sampai di Kepulauan Karibia pada tahun 1492, ia membawa berbagai jenis cabe ini ke Portugis dan akhirnya ikut menyebar ke Afrika.
Kata Habanero sendiri diperkirakan berasal dari Kuba, yang bisa dilihat dari asal kata La Habana, yang dikenal sebagai Havana pada masa kini, karena daerah ini banyak memperdagangkan Habanero. Cabai ini sejenis dengan Scotch bonnet pepper, yang meskipun polongnya berbeda jenis, namun masih masuk dalam spesies yang sama dan tingkat kepedasannya setara.
Habanero banyak tumbuh di Semenanjung Yukatan, Meksiko, di mana cabai ini diperkirakan berasal. Walaupun diketahui bahwa cabai ini juga banyak tumbuh di daerah panas lainnya seperti Belize, Kosta Rika, di sebagian wilayah Amerika Serikat, dan Panama (dikenal dengan nama aji chombo).
Setelah sampai di tangan Spanyol, jenis cabai ini makin meluas ke seluruh dunia. Akibatnya taksonomis pada abad 18 mengira cabai ini berasal dari Cina dan menggolongkannya sebagai Capsicum chinense, atau cabai cina.
Varian
Beberapa petani telah berusaha secara selektif untuk mengembangkan tananaman ini. Sumber lain menyebutkan, rata-rata cabai habanero memiliki tingkatan 200.000 hingga 300.000 pada skala Scoville.
Berasal dari pedalaman Amazon di Amerika Selatan, cabai yang sangat pedas kini sering digunakan dalam kuliner Meksiko dan sekitarnya. Dinamakan demikian, karena dahulunya cabai ini banyak diperdagangkan di kota Havana, Kuba. Kini, cabai habanero menempati posisi atas dalam urutan cabai paling pedas di dunia berdasarkan skala Scoville heat units, hitungan tingkat kepedasan cabai, yaitu di angka 100,000-350,000.
Bentuk cabai habanero tidak memanjang dan sedikit gemuk. Biasanya berwarna oranye atau merah saat di fase paling matangnya. Karakter rasanya tidak hanya sebatas pedas, namun ada rasa manis, fruity, serta sedikit smoky.
Biasanya habanero dijadikan sebagai bahan dalam saus ataupun masakan tradisional. Dalam kondisi segar, cabai ini bisa digunakan sebagai bahan untuk paduan dengan chicken fajitas ataupun untuk saus salsa. Saus ini biasa dipakai saat menikmati fajitas, sebagai isian tacos, serta cocolan nachos saat menonton serial favorit di akhir pekan. (Hilal)