linimassa.id – Hingga kini, sanggul atau konde yang dijumpai berupa rambut palsu maupun asli yang dibentuk bulat atau oval dan ditempel di bagian belakang maupun atas kepala. Ternyata, sanggul sudah dikenal sejak zaman Mesir Kuno sejak 4000 tahun lalu. Saat itu wanita Mesir Kuno memiliki kebiasaan mencukur bersih rambut di kepalanya demi kepentingan acara keagamaan, serta pertimbangan kebersihan.
Orang-orang di Mesir Kuno sangat peduli pada estetika, mereka memilih mengenakan rambut palsu pada acara-acara tertentu, sehingga tetap terlihat cantik dan mempesona.
Pada zaman tersebut, sanggul tidak hanya terbuat dari rambut manusia namun bulu hewan serta serat daun palma.
Sanggul pada umumnya dikombinasi dengan emas dan permata untuk menunjukkan status sosial pada bangsawan. Ukuran serta tinggi sanggul juga sangat berpengaruh terhadap status sosial seseorang. Semakin besar ukuran sanggul maka semakin mahal harganya, semakin tinggi sanggul semakin tinggi pula status sosial seseorang.
Pada masa tersebut, para budak dan pemuka agama dilarang menggunakan sanggul.
Seiring berjalannya waktu, sanggul digunakan bukan hanya oleh orang Mesir kuno. Baru pada akhir abad XVI, sanggul mulai mendapat bentuk yang lebih mengarah kepada keindahan penampilan.
Catatan sejarah menyebut, Raja Prancis Louis XIII juga mengenakannya, juga sang putra, Raja Prancis Louis XIV yang membuat sanggul semakin populer dan dikenal seluruh dunia.
Ketika Raja Perancis Louis XIII yang mengalami kebotakan naik tahta, sanggul mulai banyak digunakan di istana. Terlebih lagi ketika putranya Louis XIV naik tahta ditahun 1643 dan juga mengalami kebotakan, maka pemakaian sanggul seakan memasuki zaman keemasannya.
Louis VIV memiliki begitu banyak sanggul dan dipakainya setiap saat berada di luar kamar tidurnya. Ia memakai sanggul khusus untuk bangun tidur, sanggul untuk misa, sanggul sehabis makan siang, sanggul sehabis makan malam, sanggul untuk berburu dan seterusnya, sehingga orang berkata, bahwa sepanjang hidupnya, Louis XIV tidak pernah terlihat tanpa mengenakan sanggul.
Meskipun sanggul juga sudah digunakan di beberapa negara Eropa, bahkan sebuah sanggul dengan variasi rumit pernah ditemukan di tempat pemakaman zaman tembaga di Denmark (1500-800 SM). Namun kedudukan Perancis sebagai pusat kegiatan diplomatik dan perkembangan mode zaman itu, memberi pengaruh besar bagi opularitas pemakaian sangguldi negara-negara Eropa lainnya
Sanggul di Indonesia
Di Indonesia, sanggul dikenakan sejak zaman nenek moyang. Ada banyak tatanan sanggul yang dikenal dari berbagai daerah. Bentuk serta ukurannya bermacam-macam, hiasan yang dikenakanpun berbeda-beda serta memiliki arti khusus.
Hingga saat ini, para pengantin yang mengenakan baju adat masih mengenakan sanggul sesuai budaya. Namun, seiring perkembangan jaman, sanggul modern juga diperkenalkan.
Sanggul modern bentuknya beraneka ragam. Berbeda dengan awal mula munculnya sanggul, sanggul yang populer saat ini bukan berukuran besar, namun kecil dan minimalis.
Perempuan Indonesia identik dengan konde atau sanggul. Konde bisa dibentuk melalui rambut asli atau rambut tambahan yang ditempel. Jika menggunakan kebaya, biasanya rambut akan disanggul. Ini terlihat dari yang dikenakan Kartini.
Sanggul dapat berbentuk full sanggul dan half sanggul. Half sanggul adalah rambut palsu dengan bentuk setengah kepala jadi dasar (kopnya). Biasanya half-sanggul dipakai oleh wanita-wanita untuk menambah rambutnya yang kelihatan tipis, selain itu juga untuk menutup kebotakan dan mengikuti mode.
Sedangkan full sanggul adalah rambut palsu dengan tatakan dasar satu kepala sehingga bila dipakai, rambut aslinya tidak terlihat.
Seiring dengan hal di atas maka istilah sanggul adalah berasal dari kata perisanggul, yaitu rambut buatan yang digunakan sebagai penutup sekaligus penghias kepala.
Sejak dahulu kala, sanggul juga digunakan untuk keperluan seremonial, sebagai identitas profesi, untuk keperluan panggung, untuk penyamaran diri dan untuk meningkatkan penampilan. Sebagai pelindung kepala dari sengatan terik matahari, sebagai penghias dan lambang status sosial. (Hilal)