linimassa.id – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, meminta perpanjangan gencatan senjata di Gaza, Palestina. Ia meyakini ada kemungkinan nyata bahwa jeda empat hari dalam konflik Israel di Gaza bisa diperpanjang.
Biden menolak berspekulasi tentang durasi konflik yang dimulai pada 7 Oktober 2023. “Saya pikir peluangnya (perpanjangan gencatan senjata) nyata. Harapan saya adalah negara-negara Arab dan wilayah lain turut memberikan tekanan pada semua pihak untuk memperlambat dan mengakhiri konflik ini secepat mungkin,” ujar Biden seperti dilaporkan Al Jazeera.
Menurut Biden, memberangus Hamas tetap menjadi misi yang sah bagi Israel. Ia mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk berupaya membatasi korban sipil.
Israel, dalam serangan tanpa henti ke Gaza, telah menyebabkan kematian setidaknya 15.000 warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas berlaku sejak Jumat (24/11/2023) pagi. Sebagai bagian dari kesepakatan, Hamas akan membebaskan 50 perempuan dan anak-anak selama empat hari. Sebagai imbalannya, 150 perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel akan dibebaskan.
Biden menyatakan bahwa pembebasan 24 sandera oleh Hamas pada Jumat (24/11/2023) hanya merupakan awal yang baik dan diperkirakan akan diikuti oleh pembebasan lebih banyak sandera.
Ia menjaga komunikasi dengan pemimpin Qatar, Mesir, dan Israel untuk memastikan implementasi kesepakatan. Israel setuju untuk memperpanjang gencatan senjata jika Hamas membebaskan setidaknya 10 sandera tambahan setiap hari.
Biden mengakui ketidakyakinannya bahwa Hamas akan mematuhi kesepakatan tersebut. “Saya tidak percaya bahwa Hamas akan melakukan sesuatu dengan benar. Saya hanya percaya bahwa Hamas akan merespons tekanan,” ucap Biden, seperti yang dilansir dari Nytimes.
Marc Polymeropoulos, pejabat CIA yang berpengalaman di Timur Tengah, meyakini bahwa Biden akan menghadapi tekanan luar biasa dari Partai Demokrat, pemimpin Arab, dan pihak internasional lainnya untuk mendorong gencatan senjata permanen.
“Ia kemungkinan memberi Israel peluang, namun tekanan terhadapnya semakin meningkat. Pertanyaan yang muncul setelah jeda empat hari adalah ‘Apa yang terjadi pada Hari ke-5?'” ujar Polymeropoulos. (AR)