linimassa.id – Cat yang menempel di dinding saat ini, memiliki sejarah cukup panjang. Keberadaan rumah dan bangunan menjadi sangat ciamik, setelah dipoles oleh cat. Yuk simak sepanjang apa perjalanan cat hingga bisa eksis sampai sekarang.
Pada awal peradaban, manusia pada masa itu sudah mulai menggunakan bahan-bahan berwarna untuk membuat gambar-gambar pada dinding gua yang tujuannya adalah untuk menggambarkan suatu keadaan atau objek tertentu.
Pada saat itu pewarna yang digunakan berasal dari bahan-bahan dari alam seperti arang, kapur, dan warna tanah serta warna-warna alam lainnya yang kemudian dicampur dengan air.
Cat mulai digunakan jauh sebelum zaman modern dan adanya perkembangan teknologi. Para ahli arkeologi menemukan, di masa pra sejarah, orang telah mewarnai dinding gua tempat tinggal mereka loh.
Pada 2003 dan 2004, arkeolog asal Afrika Selatan melaporkan penemuan berusia kurang lebih 100.000 tahun di Gua Blombos, Afrika.
Pada zaman itu telah menggunakan bahan dari campuran ochre (oker: pigmen tanah liat yang biasanya berwarna kuning atau coklat gelap) untuk mewarnai atau melukis di dinding gua mereka.
Selain itu, ada penggalian lebih lanjut di gua Blombos mengungkap bahwa mereka menggunakan material tanah untuk mendapatkan substansi seperti cat primitif.
Lukisan-lukisan gua yang digambar dengan oker merah atau kuning, dan juga dari arang diperkirakan sudah dibuat sejak 40.000 tahun lalu. Wow!
Pengecatan pertama untuk menghias dan memperindah dilakukan oleh orang Mesir dan orang-orang timur tengah. Seniman pada masa itu mendekorasi sisi dalam dari pyramid, ornamen dan patung-patung.
Pigment yang dipakai adalah natural, seperti garam tembaga, oker dan vermilion atau merah terang. Kemudian orang Cina, Jepang dan Amerika mengembangkan pigmen dan bahan perekat dan Minyak rami mentah. Yang dilanjutkan dengan munculnya natural pigment, minyak sayuran,resin dari pohon.
Sejak 38.000 sebelum masehi (SM), orang menggunakan cat yang terbuat dari jelaga, tanah, dan lemak hewan untuk menghiasi dinding gua.
Dalam masyarakat Mesir kuno (3150-31 SM), orang membuat cat dari berbagai bahan kristal dan batu, timbal, tanah, atau darah binatang dengan minyak atau lemak.
Di Mesir telah ditemukan bangunan-bangunan kuno di wilayah Dendera yang memiliki tembok-tembok berwarna cerah, diperkirakan berusia sekitar 2.000 tahun yang lalu. Mereka telah menggunakan enam warna yaitu putih, hitam, biru, merah, kuning, dan hijau.
Sejarah juga mencatat, masyarakat Romawi dan Yunani telah menggunakan cat dinding yang dibuat dari campuran timah dengan anggur dan cuka.
Pada abad ke-5 muncul cat minyak yang pertama kali diaplikasikan oleh Leo Battista Alberta. Ia menggunakan cat minyak yang kental dan dapat diencerkan dengan turpentine.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama seluruh Eropa juga menggunakannya. Pada saat itu di jajahan Amerika Serikat cat menjadi simbul kemewahan.Hanya warga kaya yang berhak mencat rumah mereka.
Abad 16-19
Kisaran tahun 1600-an hingga 1800-an, kebanyakan cat rumah menggunakan cat berbahan dasar minyak atau air. Cat berbahan dasar air banyak digunakan untuk cat dinding dan langit-langit.
Untuk cat minyak, populer digunakan untuk dekorasi kayu dan besi. Namun baik cat berbahan dasar minyak maupun air, pada saat itu keduanya masih menggunakan timbal yang berbahaya bagi kesehatan.
Untuk pertama kali warna digiling pada abad 17 di Eropa yang akhirnya pada abad 19 cat bukan lagi suatu seni melainkan menjadi bagian dari industry kimia dan banyak bermunculan pabrik cat yang sudah dapat menciptakan cat yang siap pakai.
Pada 1718, Marshall Smith menciptakan sebuah mesin yang digunakan untuk memproses berbagai bahan dasar cat di Inggris.
Dengan mesin tersebut, Marshall Smith dapat memproduksi pigmen warna dengan efisiensi sehingga bisa menghasilkan produk cat dalam jumlah besar. Di abad ke-18, Inggris tercatat telah menjadi pusat inovasi dan teknologi industri pembuatan cat.
Sejalan dengan revolusi industri di awal abad ke-19, industri cat menggunakan mesin-mesin pabrik bertenaga uap sehingga dapat memproduksi cat dalam skala besar.
Hampir pada waktu yang sama, di Eropa ditemukan komposisi baru untuk membuat cat warna dasar (putih), yakni dengan mencampurkan oksida besi sebagai pengganti timah.
Akhirnya, proses pembuatan cat dinding terus berkembang dan juga harganya semakin murah dengan ditemukannya penggunaan minyak biji rami (sejenis tanaman bunga) sebagai zat pengikat (emulsifier) dalam proses pembuatan cat berbahan dasar minyak.
Industri ini mencapai titik puncaknya ketika mengecat bukan hanya karena keinginan menciptakan keindahan di rumah, tapi telah menjadi suatu kebutuhan. Beberapa nama produsen cat pun mulai dikenal dunia di akhir tahun 1800an.
Abad Modern
Cat semakin berkembang pada abad 20, seiring dengan berkembangnya pengetahuan kimia yang dapat menunjukkan kita mengenai bahan-bahan pembuatan cat serta proses pembuatannya. Di masa yang akan datang diharapkan semakin banyak juga penemuan yang berhubungan dengan cat.
Pada awal abad ke-20, cat rumah mengalami perkembangan signifikan lainnya. Selama Perang Dunia II, minyak biji rami menjadi langka. Menghadapi masalah ini, para ahli kimia mencampurkan alkohol dan asam untuk membuat alkyds (resin buatan).
Sintetis ini murah untuk dibuat, bertahan lama, dan unggul dalam mempertahankan warna. Resin buatan ini dengan cepat menggantikan minyak sebagai bahan dasar cat dinding.
Di Indonesia, sejarah industri cat dimulai dari berdirinya perusahaan cat dan tinta Pacific Paint pada 1943. Dimulai dari industri rumahan, Pacific Paint mulai memproduksi cat dekoratif. Dari sebuah pabrik kecil, bisnis Pacific Paint terus berkembang menjangkau berbagai wilayah dari Timur hingga Barat Indonesia.
Jenis Cat
Cat tembok yang biasanya dipakai yaitu cat tembok interior dan eksterior. masing-masing jenis tersebut memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan peruntukannya.
Dinding tembok adalah bagian yang paling ekstrim terkena perubahan cuaca seperti terpaan angin dan sinar matahari, guyuran hujan, serta perubahan suhu. Oleh karena itu, selain untuk memperindah rumah, cat eksterior berfungsi untuk melindungi tembok agar tidak cepat rusak. Kerusakan menyebabkan rembesan air pada saat musim hujan ke dinding dalam. Hal ini bisa mengakibatkan flek-flek pada dinding dalam.
Beberapa cat eksterior berbahan dasar minyak, meskipun ini semakin jarang. Cat berbahan dasar minyak mengeluarkan tingkat VOC perusak ozon yang jauh lebih tinggi dibandingkan cat berbahan dasar air.
Sementara cat interior memberikan kesan halus pada penampilannya. Juga jenis cat tertentu mudah dibersihkan kalau ada noda/kotoran, agar memudahkan perawatan, dilihat dari tingkat kilapnya. Cat tembok yang menggunakan bahan dasar air dapat dibedakan menjadi dua yaitu doff dan kilap.
Cat interior juga tidak mudah berjamur untuk bagian-bagian lembab, lapisan cat dapat menutup retakan-retakan halus pada dinding.
Cat interior jelas tidak bisa digunakan untuk eksterior. Sebaliknya, cat eksterior bisa saja digunakan untuk interior, tapi harganya akan sangat mahal.
Cat interior bebas dari kandungan logam berat seperti lead (Pb), cadmium (Cd), chromium (Cr) dan merkuri (Hg). Sedangkan cat eksterior, di samping memberi aspek estetika pada tembok dan bebas dari kandungan logam berat, juga berfungsi melindungi dinding tembok dari cuaca.
Demikianlah seputar cat. Semoga semakin menambah wawasan ya. (Hilal)