SERANG, LINIMASSA.ID – Pemkab Serang menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) sebagai langkah untuk mendorong peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
Pertemuan tersebut juga menjadi ajang persiapan menuju penilaian Forum Kabupaten Kota Sehat (FKKS) tingkat Provinsi Banten yang dijadwalkan berlangsung pada 2026.
Salah satu isu utama yang ingin ditangani serius Pemkab Serang adalah masih adanya perilaku Buang Air Besar (BAB) sembarangan di sejumlah wilayah.
Wakil Bupati Serang, Muhammad Najib Hamas, menuturkan bahwa pihaknya menargetkan penurunan praktik BABS secara signifikan.
“Kami ingin menekan angka BAB sembarangan hingga mencapai 80 persen melalui berbagai langkah preventif,” ujarnya pada Jumat, 5 Desember 2025.
Dalam Rakor tersebut, Pemkab Serang melibatkan berbagai unsur mulai dari perangkat desa, kecamatan, OPD, komunitas, hingga akademisi untuk mempercepat edukasi kepada masyarakat.
Dari total 326 desa, sekitar 250 desa dinilai sudah bebas dari BABS, sementara sisanya masih membutuhkan perhatian lebih.
Najib menekankan pentingnya keterlibatan seluruh pihak agar target penurunan dapat tercapai. Edukasi dan sosialisasi dianggap krusial untuk membentuk kesadaran bahwa perilaku hidup bersih merupakan bagian dari kebutuhan dasar. “Kalau masyarakat sudah paham pentingnya hidup sehat, maka dukungan fisik seperti penyediaan kloset dari OPD bisa disinergikan,” katanya.
Upaya Pemkab Serang Berantas BAB Sembarangan
Di sisi lain, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Pemkab Serang, Istianah Hariyanti, menambahkan bahwa upaya peningkatan derajat kesehatan tidak hanya sebatas memenuhi indikator pada sembilan tatanan Kabupaten/Kota Sehat.
Menurutnya, tujuan yang lebih besar adalah mewujudkan lingkungan yang benar-benar sehat bagi seluruh masyarakat.
Ia mengungkapkan bahwa salah satu pekerjaan rumah terbesar adalah pembentukan Forum Kecamatan Sehat dan Desa Sehat. “Ini tantangan, tapi kami tetap optimis dapat mewujudkannya,” ujarnya.
Istianah menilai bahwa pemenuhan seluruh indikator sembilan tatanan membutuhkan sinergi lintas sektor. Peran tokoh masyarakat dan tokoh agama pun dianggap penting dalam mendorong perubahan perilaku.
“Tokoh-tokoh yang berpengaruh ini nantinya di desa akan menjadi bagian dari Poja Desa Sehat, sementara di tingkat kecamatan akan membentuk forum kecamatan sehat,” jelasnya.



