SERANG, LINIMASSA.ID – Terkait kasus MinyaKita Palsu di Pandeglang, Direktur Reskrimsus Polda Banten, Kombes Pol Yudhis Wibisana memerintahkan penyidik Satreskrim Polres Pandeglang untuk menuntaskan kasus tersebut.
Sebelumnya, minyak goreng kemasan untuk rakyat tersebut ditemukan tidak sesuai takaran untuk satu liternya di Pasar Labuan, Kabupaten Pandeglang.
“Sudah saya suruh untuk segera proses tuntas MinyaKita Palsu di Pandeglang,” ujar Yudhis kepada RADARBANTEN.CO.ID, Selasa 11 Maret 2025.
Yudhis membantah, kasus MinyaKita kemasan 1 liter yang tidak sesuai takaran tersebut ditangani oleh Ditreskrimsus Polda Banten. Kasus itu masih ditangani oleh Polres Pandeglang.
“Kasus MinyaKita Palsu di Pandeglang masih di Polres Pandeglang, hanya koordinasi saja ke krimsus (penyidik Polres Pandeglang-red),” kata mantan Kapolres Cilegon ini.
Kasatreskrim Polres Pandeglang Iptu Alfian Yusuf mengatakan, pihaknya telah mengambil sampel MinyaKita yang tak sesuai takaran di Pasar Panimbang.
Pengambilan sampel tersebut dilakukan setelah petugas mendapat informasi warga yang komplain terkait isi MinyaKita yang hanya 800 mililiter bukan satu liter.
“Kita langsung turun dan mengambil sampel MinyaKita palsu di Pandeglang untuk didalami,” katanya Kamis, 6 Maret 2025.
Keluhan Warga Soal Minyakita Palsu di Pandeglang

Alfian mengungkapkan, pihaknya telah melakukan pendalaman terkait temuan MinyaKita tersebut. Hasilnya, MinyaKita yang beredar di Pasar Labuan itu berasal dari produsen di wilayah Kota Serang.
“Karena produsen Minyakita diduga Palsu itu dari Kota Serang. Maka untuk penangan kasus sementara ini diserahkan kepada Polda Banten,” katanya.
Sementara itu, Limah, warga Labuan mengaku kecewa dengan MinyaKita yang isi tak sesuai kemasan tersebut. Sebagai konsumen, ia merasa sudah dirugikan dan ditipu.
“Isinya tidak sesuai. Kalau di labelnya tertulis satu liter tapi ternyata hanya 800 mililiter tidak ada satu liter,” katanya.
Limah mengaku dirinya telah melakukan tes langsung terhadap isi kemasan MinyaKita dengan menggunakan gelas ukur. Hasilnya memang tidak sampai 1 liter. “Saya kecewa kok bisa kayak gini. Ini kan udah lama, berarti ini merugikan banyak masyarakat,” tuturnya.