Linimassa.id – Pada 17 September ini masyarakat Korea Selatan merayakan Festival Bulan Purnama atau disebut Festival Chuseok. Perayaan Chuseok ini dilakukan setiap tanggal 15 bulan kedelapan kalender Lunar. Nah untuk tahun ini, tanggal tersebut jatuh pada 17 September 2024 dalam penanggalan Masehi.
Berikut beberapa hal yang harus kamu tahu tentang Festibal Chuseok.
- Tradisi Penting
Chuseok merupakan salah satu tradisi dan festival penting di Korea Selatan. Biasanya, dalam perayaannya masyarakat Korea Selatan akan menghabiskan waktu bersama keluarga sambil menyantap hidangan lezat.
Perayaan ini berupa pesta makan dalam rangka mengucapkan terima kasih atas keberhasilan panen, sehingga juga disebut juga sebagai Hari Panen, Festival Bulan Musim Panen, atau Hangawi (“han” = ‘raya’, “gawi” = ‘tengah’, “hari besar di tengah-tengah musim gugur”).
Asal Usul Festival Chuseok
Asal usul Chuseok di Korea Selatan meliputi sejumlah legenda dan tradisi kuno. Diketahui, Korea pada awalnya adalah masyarakat agraris.
Selama musim panen, orang terdahulu akan menyembah bulan purnama sebagai ungkapan rasa syukur. Para wanita di setiap keluarga akan menyiapkan meja yang penuh dengan beras dan buah yang baru dipanen, dalam tradisi kuno yang disebut ‘charye.’
Chuseok awalnya dikenal sebagai hangawi dari bahasa Korea kuno untuk ‘pertengahan agung (dari musim gugur)’. Ini adalah sebuah festival panen utama dan hari libur nasional selama tiga hari di Korea Selatan yang dirayakan secara besar-besaran pada hari ke-15 bulan ke-8 kalender lunar. Seperti halnya festival panen lainnya di seluruh dunia, Chuseok dirayakan sekitar ekuinoks musim gugur.
Legenda Festival Chuseok
Namun, beberapa legenda Korea menceritakan kisah yang berbeda tentang asal usul Chuseok. Menurut salah satu legenda, Chuseok berawal dari kompetisi menenun antara dua putri dari dinasti Silla. Kedua bangsawan tersebut ditugaskan untuk membuat kain dan yang paling pandai menenun akan memenangkan kompetisi tersebut.
Pihak yang kalah juga harus menyiapkan pesta untuk pemenangnya. Kompetisi ini berlangsung selama sebulan penuh, yang mencapai puncaknya pada hari ke-15 bulan kedelapan pada kalender Lunar saat bulan purnama.
Menurut cerita, beberapa kompetisi memanah dan bela diri juga diadakan sebagai bagian dari perayaan tersebut. Hal ini juga menjelaskan bagaimana tradisi ini menjadi bagian dari perayaan tersebut.
Libur Resmi
Hari sebelum dan sesudah Chuseok merupakan hari libur resmi di Korea Selatan. Di Asia Timur, perayaan ini bertepatan waktunya dengan perayaan serupa yakni Festival Musim Gugur di Tiongkok dan Vietnam, begitu juga Tsukimi di Jepang. Festival ini secara historis berasal dari Festival Musim Gugur orang Tionghoa, yang terlihat jelas dalam praktik, makanan, dan cerita rakyat yang mirip di antara keduanya.
Pulang Kampung
Hangawi sudah dikenal sejak periode awal Kerajaan Silla (57 SM – 935) dalam bentuk perlombaan menenun antara dua tim. Pada hari Hangawi, tim dengan hasil tenunan yang paling panjang dinyatakan sebagai pemenang, sedangkan tim yang kalah harus mentraktir tim yang menang dengan berbagai macam makanan yang enak-enak.
Di zaman sekarang, perayaan Chuseok merupakan kesempatan orang Korea untuk pulang ke kampung halaman untuk mengunjungi altar leluhur. Di pagi hari, orang Korea melakukan penghormatan terhadap arwah leluhur dalam bentuk ziarah ke makam untuk merapikan tanaman dan tanah sekitar makam.
Arwah leluhur juga disuguhi makanan, buah-buahan dan minuman. Hasil panen tahun itu juga ikut dipersembahkan kepada arwah leluhur.
Ajang Berterima Kasih
Perayaan Chuseok juga merupakan kesempatan untuk berterima kasih kepada arwah leluhur. Makanan istimewa liburan Chuseok adalah kue Songpyeon dari tepung beras diisi kacang atau wijen. Malam sebelum Chuseok, semua anggota keluarga akan duduk bersama membuat songpyeon sambil melihat bulan.
Khususnya, bujangan dan perawan mencoba membuat songpyeon yang sebagus mungkin karena percaya dengan begitu mereka akan mendapatkan pasangan yang cantik atau tampan.
Pada hari Chuseok, orang-orang akan saling berbagi makanan dan minuman keras, dan bermain permainan tradisional.[1] Di samping songpyeon, berbagai hasil kebun dan pertanian yang baru dipanen memenuhi meja makan, antara lain wijen, kedelai, kacang merah, chestnut, dan kurma cina.
Permainan dan kesenian tradisional diadakan beramai-ramai dan meriah, seperti sonori (permainan sapi), geobuknori (permainan kura-kura), ganggangsullae (tarian melingkar) dan ssireum (bergulat). (Hilal)