Linimassa.id – Pernah dengar istilah Indonenglish? Ini ungkapan untuk pemakaian bahasa Inggris yang campur-campur dengan kosa kata bahasa Indonesia bahkan dengan dialek Indonesia.
Gelombang indonenglish atau englonesian ternyata sudah mengakar menjadi praktik budaya populer–dan menjadi standar–di tengah pergaulan anak-anak muda Indonesia saat ini.
Laman Media Indonesia menyebut, Indonenglish bisa dipahami sebagai praktik berbahasa campuran, antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Awalnya, praktik indonenglish terjadi masif, terutama di kota-kota besar yang disponsori langsung oleh cara berbahasa para artis dan selebritas; keberadaan dan perkembangannya masih cukup terbatas, serta bisa dipahami sebagai praktik berbahasa subculture.
Namun, hari ini, di tengah perkembangan teknologi internet dengan fasilitas media sosial yang canggih, praktik indonenglish sudah sangat berbeda.
Saat ini indonenglish sudah lebih merasuk lebih dalam, membetot ke(tidak)sadaran dengan beragam bentuk dan sensasinya. Ia dipermulus oleh banyak faktor: fitur dan aplikasi media sosial, media-media luring dan daring yang berlimpah, iklan, gaya hidup, agensi agama, dan sebagainya.
Indonenglish sudah menjadi praktik berkomunikasi sehari-sehari, tak lagi menjadi barang mewah di kalangan generasi muda urban saja, tetapi juga sudah menyebar luas ke semua pelosok, yang semuanya berlomba-lomba secara terbuka untuk mengikuti arus, pengaruh, dan standar budaya internasional.
Secara historis, kita mungkin belum menemukan titik tolak sejarah yang secara otoritatif bisa dijadikan sandaran menjelaskan awal mula fenomena indonenglish.
Yang pasti, tahun 2000-an fenomena itu mulai sengit diperdebatkan oleh para ahli bahasa dan terutama oleh para kritikus sastra serta para sastrawan sendiri. Namun, semakin ke sini, semakin susah menemukan perdebatan soal itu. Mungkin fenomena tersebut sudah menjadi praktik normal dan kebenaran yang tak perlu diperdebatkan. (Hilal)