linimassa.id – Gempa bumi sering terjadi di Indonesia dan negara-negara lainnya. Baru-baru ini, gempa juga terjadi di Banten, pusatnya berada di Sumur, Ujung Kulon, Pandeglang dengan guncangan hingga 6,7 skala richter.
Akibat gempa itu, puluhan rumah warga ambruk diguncang gempa. Tak hanya itu, sejumlah bangunan sekolah dan puskesmas juga ikut ambruk. Musibah itu membawa duka terutama bagi yang tertimpa.
Musibah serupa ternyata juga pernah terjadi pada umat-umat terdahulu dengan berbagai penyebab. Salah satunya disebabkan karena kedurhakaan dan mengingkari perintah dan larangan Tuhan Yang Maha Kuasa yang disampaikan para Nabi dan Rasul kepada umat yang menentang ayat-ayat Tuhan yang nyata pada diri mereka, tetapi mereka mengingkarinya.
Musibah gempa dahsyat itu terjadi pada umat Nabi Hud, Nabi Shaleh dan Nabi Syu’aib yang ditimpakan dengan gempa bumi yang bercampur dengan angin kencang dan api yang disemburkannya.
Bahkan yang lebih dahsyat lagi yang ditimpakan kepada umat Nabi Luth yang digoncang dengan gempa bumi dan dibalikkan buminya karena sudah keterlaluan dalam pergaulan sesama jenis. Perbuatan itu sama sekali yang belum pernah dilakukan oleh umat manusia sebelumnya.
Perbuatan umat Nabi Luth itu, diabadikan dalam kitab suci umat Islam ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan kekejian itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum mu? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas” [QS. Al-A’raf [7]: 80-81]. Dengan perbuatan semacam ini, akibatnya diturunkan gempa dan bumi dibalikkan atas umat Sodom Nabi Luth.
Gempa yang terjadi di Indonesia, bisa disebabkan karena manusianya yang kurang baik tingkah lakunya, kurang jujur dan adil dalam menghukumnya, kurang benar dalam memimpinnya dan terlalu banyak kezaliman.
Bahkan banyak orang yang benar dipenjara tapi orang yang melakukan kesalahan bebas dengan sebebasnya. Orang yang menistakan agama dan mencaci maki agama dan penganutnya dibiarkan hidup bebas di Indonesia tetapi yang melaporkannya dipenjara.
Ketidakadilan ini, menyebabkan bumi merasa berat dengan tingkah laku manusia yang sombong dan angkuh sehingga diberikan pelajaran dan peringatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dengan bencana gempa bumi. Di awali dengan goncangan kecil, kemudian menjadi besar sehingga bumi menjadi retak dan rumah-rumahnya menjadi runtuh sehingga banyak menelan korban.
Bahkan Al-Qur’an mengabadikan kejadian gempa bumi ini, dengan firman-Nya “Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka” [QS. Al-A’raf [7]: 91].
Oleh karena itu, gempa bumi yang menimpa kaum Nabi Hud karena umatnya banyak mendustai dan menodai ajaran Tuhan yang disampaikannya. Nabi Shaleh sama ditimpakan gempa bumi karena mendustai dan menodai ajaran agama Tuhannya, Nabi Syu’aib ditimpakan gempa bumi karena umatnya banyak mengurangi timbangan dan menimbun barang serta mendustai ayat-ayat Tuhan, Nabi Luth ditimpakan gempa bumi dan dibalikkan buminya sehingga menelan kaumnya karena suka sesame jenis.
Perbuatan dan tingkah laku semacam ini, banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang melakukan hoax atau fitnah, menodai dan mencaci maki agama, melakukan korupsi, mengurangi timbangan dan menimbun barang, menganiaya dan menzalimi serta menjauhkan ajaran Tuhan, Nabi dan agamanya.
Kita merasa bersyukur di Indonesia ini, banyak ulama, intelektual, pemikir, politikus, pendakwah dan lain sebagainya yang masih komitmen terhadap ajaran agama Islam sebagai agama yang rohmatan lil’alamin.
Gempa bumi di Indonesia selalu berkaitan dengan kondisi buminya dan termasuk manusia yang hebat dan cerdas. Bila ada kejadian, banyak yang siap menjadi relawan untuk membantunya dan masyarakatnya saling tolong menolong serta para pemimpinnya selalu membantu dan menyelesaikannya.
Gempa bumi yang terjadi di Indonesia merupakan suatu pelajaran dan nasehat terbaik dari Tuhan Yang Maha Bijaksana. Supaya para pemimpin dan masyarakatnya selalu dekat kepada Tuhan Sang Pencipta karena Tuhan berkuasa untuk menimpakan bencana gempa bumi yang lebih besar lagi. Tetapi Tuhan masih menyayangi bangsa Indonesia karena banyak orang Indonesia yang baik kepada Tuhan dan sesama manusia. (*)
Penulis:
Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Dr. Syafi’in Mansyur, M. Ag
