linimassa.id – Sawi merupakan sayuran dari genus Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain.
Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin).
Terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan.
Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng.
Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia.
Sawi merupakan sayuran favorit di negeri berpenduduk ratusan juta ini. Mulai dari konsumen rumah tangga, kedai bakso dan mie ayam, kedai nasi goreng, warung makan, hingga restoran menjadi langganan sayuran yang satu ini.
Sayuran ini disukai karena keberadaannya menjadi penyegar sekaligus sumber vitamin dan mineral dalam berbagai masakan. Pada kesempatan ini, Agrozine akan memaparkan tentang tanaman sawi.
Asal
Daerah asal tanaman sawi diduga dari Tiongkok dan Asia Timur. Di Tiongkok, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu. Lalu menyebar luas ke Filipina dan Taiwan.
Masuknya sawi ke wilayah Indonesia diduga pada abad XIX, bersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayuran sub-tropis lainnya, terutama kelompok kubis-kubisan.
Daerah pusat penyebaran sawi adalah daerah yang ketinggiannya di atas 1.000 meter dari permukaan laut, seperti Cipanas, Lembang, Pengalengan, Malang, dan Tosari.
Sawi sebagai sayuran memiliki macam-macam manfaat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sawi selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan sayuran juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan, antara lain untuk mencegah timbulnya tumor payudara, mencegah kanker payudara, menyehatkan mata, mengendalikan kadar kolesterol di dalam darah, dan menghindari serangan jantung.
Sawi juga digemari oleh konsumen karena memiliki kandungan pro-vitamin A dan asam askorbat yang tinggi.
Bentuk
Daun sawi berbentuk bulat dan lonjong, lebar dan sempit, ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputih-putihan sampai hijau tua.
Daun memiliki tangkai panjang dan pendek, sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat dan halus.
Pelepah daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun yang lebih muda tetapi tetap membuka. Daun memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan bercabang-cabang.
Tanaman sawi berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah. Perakarannya dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm.
Perakaran tanaman sawi hijau dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, tanah mudah menyerap air, dan kedalaman tanah cukup dalam.
Batang sawi sangat pendek dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Pada umumnya, pola pertumbuhan daunnya berserak hingga sukar membentuk krop.
Tanaman sawi umumnya mudah berbunga secara alami, baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak.
Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua.
Penyerbukan bunga sawi dapat berlangsung dengan bantuan serangga lebah maupun tangan manusia, hasil penyerbukan ini berbentuk buah yang berisi biji.
Buah sawi termasuk tipe polong, yakni bentuknya panjang dan berongga, tiap polong berisi 2-8 butir biji. Biji-biji sawi berbentuk bulat kecil berwarna cokelat atau cokelat kehitam-hitaman. Tanaman sawi dikembangkan dengan bijinya (generatif) yang diawali dengan penyemaian.
Tanaman sawi mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia. Tanaman sawi bisa ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi.
Daerah penanaman yang cocok mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau, yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur.
Pada masa pertumbuhan, tanaman sawi membutuhkan hawa yang sejuk, dan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembap, akan tetapi tanaman ini juga tidak cocok pada air yang menggenang. Oleh karena itu, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan. (Hilal)