linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Reading: Ubrug, Kesenian Teater Asal Banten
linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Cari di sini
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Punya akun? Sign In
Follow US
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
linimassa.id > Indeks > Pendidikan > Ubrug, Kesenian Teater Asal Banten
Pendidikan

Ubrug, Kesenian Teater Asal Banten

Hilal Ahmad 29 Agustus 2023
Share
waktu baca 4 menit
Ubrug pertunukan teater asal Banten.
Ubrug pertunukan teater asal Banten.
SHARE

linimassa.id – Banten memiliki kesenian teater tradisional yang hit sejak dahulu kala. Pertunjukan ini disebut Ubrug.

Contents
BahasaAsal MulaRitual

Seni pertunjukan ini berupa teater tradisional yang memadukan unsur komedi, gerak, musik, dan sastra (lakon).

Kesenian Ubrug berkembang di beberapa wilayah di Banten, seperti Leuwi Damar, Cikeusal, Pagelaran Pandeglang, dan Panimbang.

Hampir mirip dengan kabaret kesenian ubrug biasa dipentaskan masyarakat untuk hari-hari besar seperti hajatan.

Salah satu kelompok seni pertunjukan Ubrug tertua bernama Grup Cantel, yang berada di Kota Serang.

Di Serang, ubrug berkembang dari Kampung Prisen, Desa Kiara, Kecamatan Walantaka. Grup Cantel merupakan grup tertua dan tersohor di Kota Serang.

 

Bahasa

Dalam bahasa Sunda, kata ubrug memiliki makna bangunan darurat, tempat bekerja sementara  untuk beberapa hari saja, misalnya untuk kepentingan hajatan atau pesta.

Kata Ubrug kemudian digunakan sebagai nama kesenian, karena pada masa lampau seni pertunjukan ini sering berpindah tempat.

Selain berpindah tempat, kesenian Ubrug juga membuat bangunan sementara di mana para pemain seninya mengadakan pertunjukan.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Seiring berjalannya waktu, orang-orang kemudian menyebutnya sebagai pemain Ubrug. Pendapat lain yang menyatakan bahwa Ubrug berasal dari kata Ngagebrug.

Ini karena dalam seni pertunjukan Ubrug, semua pemain dan penonton sama-sama menempati satu tempat pementasan atau ngagebrug.

Lain halnya dengan pendapat Mutia Kasim (dalam Walidat, 1997), yang menyebutkan bahwa ubrug diambil dari kata ngagebrug.

Dalam pertunjukan Ubrug, semua pemain, baik laki-laki maupun perempuan, tua muda, beserta para penonton sama-sama menempati satu tempat pertunjukan atau sagebrug (bahasa Sunda).

Terlepas dari berbagai pendapat tersebut mengenai asal kata ubrug, kini, orang-orang akan langsung menujukan pikirannya kepada seni pentas semacam sandiwara yang berasal dari daerah Banten yang diiringi dengan iringan waditra.

Waditra adalah perlatan yang mengiringi ubrug, terdiri atas kendang indung (gendang besar) dan dua buah kulanter (gendang kecil); dua buah saron; sebuah gambang, rebab, goong, dan kecrek.

 

Asal Mula

Dalam sejarahnya, Ubrug merupakan seni pertunjukan yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat petani Banten.

Selepas sibuk dengan garapan sawah maupun ladangnya atau setelah masa panen, para petani biasanya membuat pertunjukan sederhana dari sisa jerami.

Mereka juga memanfaatkan gubug di sawah untuk menampilkan pertunjukan yang diiringi waditra atau alat musik karawitan Sunda.

Alat musik pengiring pertunjukan tersebut berupa kendang besar dan kecil (kulanter), gong kempul, dan serta didukung ububan (bambu kecil).

Dalam pementasannya, para pemain kesenian Ubrug dituntut untuk berimprovisasi tanpa menghafalkan naskah.

Biasanya, para pemain akan mementaskan kesenian secara spontan dengan satu tema khusus.

 

Ritual

Dalam pementasannya, kesenian Ubrug sering diadakan beberapa ritual khusus. Ritual khusus tersebut adalah ngukus, yang dilakukan supaya pementasan berjalan lancar.

Ritual ngukus hanya berisi doa keselamatan sebelum pementasan yang dilakukan setelah alat musik dinaikkan ke panggung.

Nah, kelompok kesenian ubrug di Banten menggunakan nama-nama unik seperti Ubrug Baskom, Tolay, Kobet, Nyi Ponah, Mang Cantel, Si Jari, Rasim, Kasnadi, dan sebagainya.

Bahasa yang digunakan dalam pementasan kesenian ubrug terkadang penggabungan dari bahasa Sunda, Jawa, dan Melayu (Betawi). Pernah menyaksikan ubrug? (Hilal)

Share This Article
Facebook X Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link Print
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image

Terkini

Dinkes Tangsel
Dinkes Tangsel Deklarasikan 3 RW Bebas TBC di Benda Baru Pamulang
News
Kota Serang Fair 2025
Kota Serang Fair 2025, Pesta Rakyat Bersama UMKM Lokal
Gaya Hidup
Wali Rilis Light Stick
Wali Rilis Light Stick Pertama yang Multifungsi, Bisa Jadi Power Bank
Gaya Hidup
Gelang putih Suku Baduy
Gelang Putih Suku Baduy, Simbol Tolak Bala
Kultur
Salon kecantikan di Kota Serang
5 Rekomendasi Salon Kecantikan di Kota Serang, Berkualitas Harga Terjangkau
Gaya Hidup
linimassa.idlinimassa.id
Follow US
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
logo-linimassaid
Selamat datang kembali!

Login ke akunmu

Username or Email Address
Password

Lost your password?