LINIMASSA.ID – Teknik Storytelling adalah kemampuan bercerita yang efektif untuk menyampaikan ide, pesan, atau informasi secara menarik.
Tidak hanya relevan dalam dunia hiburan, storytelling juga menjadi keterampilan penting di berbagai bidang, termasuk pendidikan, bisnis, dan komunikasi.
Banyak mahasiswa ingin menguasai teknik storyteller yang handal, namun merasa kesulitan karena keterampilan ini membutuhkan teknik khusus.
Agar kamu tampil percaya diri dan memukau di kelas, berikut ini tiga teknik storytelling wajib kamu kuasai yang kami lansir melalui kanal YouTube Jason Stanley.
Ini 3 teknik storytelling yang bisa kamu terapkan

1. Pahami Audiensmu
Sebelum mulai bercerita, penting untuk memahami siapa audiensmu. Audiens yang berbeda memiliki minat, kebutuhan, dan pemahaman yang berbeda pula. Untuk mahasiswa, audiens biasanya adalah teman sekelas dan dosen. Teknik ini dimulai dengan mendengarkan lebih banyak, mengajukan pertanyaan, dan memperhatikan reaksi mereka terhadap topik tertentu.
Misalnya, jika audiensmu adalah teman-teman yang menyukai anime, kamu bisa memulai cerita dengan elemen-elemen dari anime favorit mereka. Sebaliknya, jika mereka lebih tertarik pada politik atau teknologi, carilah referensi yang relevan dengan topik tersebut. Dengan memahami apa yang menarik bagi audiens, cerita yang kamu sampaikan akan lebih relevan dan mudah diterima.
Cara efektif lainnya adalah dengan mendeteksi kebutuhan emosional audiens. Apakah mereka sedang merasa bosan, lelah, atau membutuhkan motivasi? Jika kamu bisa menyampaikan cerita yang sesuai dengan kebutuhan emosional mereka, dampaknya akan lebih kuat.
2. Bangun Mindset “Kita”
Seorang storyteller yang baik tidak hanya menyampaikan cerita, tetapi juga membawa audiensnya dalam perjalanan bersama. Gunakan analogi nahkoda kapal untuk memahami teknik ini. Seorang nahkoda tidak hanya memberikan arahan, tetapi juga membawa seluruh penumpangnya melalui perjalanan yang sama.
Saat bercerita, hindari menggunakan bahasa yang terkesan memerintah atau menggurui. Sebaliknya, gunakan kata-kata yang melibatkan audiens, seperti “kita” atau “bersama-sama”. Contohnya, daripada berkata, “Kalian harus memahami dua hal ini,” ubahlah menjadi, “Kita akan mempelajari dua hal ini bersama-sama.”
Dengan pendekatan ini, audiens akan merasa lebih terlibat dan menjadi bagian dari cerita. Mereka tidak hanya mendengarkan, tetapi juga merasakan perjalanan cerita yang kamu sampaikan.
3. Gunakan Struktur Cerita yang Jelas

Storytelling yang efektif selalu memiliki alur cerita yang terstruktur. Struktur ini membantu audiens untuk mengikuti cerita dengan mudah dan memahami pesan yang ingin disampaikan. Ada beberapa elemen penting yang harus ada dalam alur cerita:
– Pendahuluan
Mulailah dengan sebuah pengantar menarik yang mampu menarik perhatian audiens. Contohnya, cerita tentang pengalaman pribadi atau kisah inspiratif.
– Konflik atau Masalah
Setiap cerita yang menarik memiliki tantangan atau masalah yang harus dipecahkan. Konflik ini menjadi inti dari cerita yang membangun ketegangan emosional audiens.
– Penyelesaian
Akhiri cerita dengan solusi atau pelajaran yang bisa diambil. Pastikan penyelesaian ini memberikan dampak emosional yang kuat, sehingga audiens merasa puas dan terinspirasi.
Sebagai contoh, bayangkan kamu sedang memperkenalkan teknologi baru di kelas. Alih-alih langsung memberikan data teknis, coba ceritakan kisah seorang pengguna yang mengalami masalah besar karena teknologi lama, lalu bagaimana teknologi baru ini memberikan solusi yang luar biasa. Cerita semacam ini tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga membangun emosi dan membangkitkan minat audiens.
Kemampuan storytelling yang baik dapat mengubah cara orang menerima informasi. Ketika data teknis atau fakta disampaikan begitu saja, audiens mungkin sulit mengingatnya. Namun, jika data tersebut dikemas dalam sebuah cerita yang melibatkan emosi, audiens cenderung lebih mudah mengingat dan memahami pesan yang disampaikan.
Dalam konteks mahasiswa, storytelling dapat membantu kamu dalam berbagai situasi, mulai dari presentasi di kelas, diskusi kelompok, hingga wawancara kerja. Dengan menguasai teknik ini, kamu tidak hanya mampu menyampaikan informasi, tetapi juga menggerakkan hati audiens dan membuat mereka terhubung secara emosional.
Storytelling adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatih. Dengan memahami audiens, membangun mindset “kita,” dan menggunakan struktur cerita yang jelas, kamu bisa menjadi storyteller yang handal.
Tidak hanya membantu dalam menyampaikan ide di kelas, kemampuan ini juga akan berguna dalam berbagai aspek kehidupanmu di masa depan. Jadi, mulai latih kemampuan storytelling-mu sekarang juga!