LEBAK, LINIMASSA.ID – Sebanyak 250 jiwa warga Lebak Selatan kini tinggal di pengungsian akibat bencana pergerakan tanah serta longsor yang merusak puluhan rumah.
Pemerintah Kabupaten Lebak melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Lebak mendirikan posko pengungsian terpusat korban pergerakan tanah dan longsor, Senin 9 Desember 2024.
Posko pengungsian pergerakan tanah berada di Lapangan Cinyagoler, Kampung Cinyagoler, Desa Panyaungan, Kabupaten Lebak. Sementera, posko pengungsian korban longsor didirikan di SMPN 8 Bayah, bagi korban longsor Kampung Lebak Manggah, Desa Cidikit, Kecamatan Bayah
Dari data BPBD Lebak total 250 jiwa mengungsi baik korban pergerakan tanah dan longsor, dengan rincian korban longsor 65 KK total terdapat 180 jiwa mengungsi dan korban pergerakan tanah 23 KK total 70 jiwa mengungsi.
Kepala Pelaksana BPBD Lebak Febby Rizky Pratama menyampaikan, bahwa dua posko pengungsian didirikan untuk korban pergerakan tanah dan longsor, karena situasi di kampungnya sangat berbahaya untuk di tempati.
“Jadi ada dua titik yang terjadi pergerakan tanah dan longsor. Pertama di Desa Panyaungan, Kecamatan Cihara, itu ada 21 rumah dan 23 KK yang kemudian kita tempatkan di pengungsian terpusat di lapangan Cinagoler,” terang Febby saat berada di Kantor BPBD Lebak, Minggu 9 Desember 2024.
“Di sana kita membangun tenda pengungsian dan dapur umum yang disediakan untuk pengungsian dan teman-teman relawan,” lanjutnya.
Selain pergerakan tanah, Febby menerangkan, bahwa ada longsor besar di Cidikit walau tidak ada korban jiwa, namun dampaknya sangat berbahaya.
“Kemudian satu lagi adalah longsor yang terjadi di Desa Cidikit, Kampungnya Lebak Manggah, kecamatan Bayah. Kalau di Desa Cidikit, sebenarnya longsornya hanya menimbulkan satu rumah yang rusak, hanya memang lokasinya berada di Bukit, dimana sebelah kirinya yang mengalami longsor, ada mahkota longsor yang besar,” ucapnya.
Ia menambahkan, pengungsian di tempatkan pada lapangan Cinagoler dan SMPN 8 Bayah untuk puluhan warga. Saat ini, kondisi sudah ada logistik bantuan tepusat oleh BPBD Lebak.
“Disana kami buat dapur umum untuk memberikan bantuan kepada warga yang membutuhkan ya, karena saat ini tinggal di tempat pengungsian terpusat,” terangnya.
Pariwisata Lebak Terancam Lumpuh Pada Libur Nataru
Dampak cuaca ekstrem yang terjadi saat ini, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) masih akan terus berlanjut hingga awal Januari 2025. Tentunya, kondisi cuaca ekstrem akan mengancam pariwisata Lebak saat libur Natal dan tahun baru (Nataru) 2024.
Hal tersebut diungkapkan, Kepala Pelaksana BPBD Lebak Febby Rizky Pratama, bahwa potensi cuaca ekstrem masih berlanjut. Menurutnya mayoritas wilayah Lebak terdampak termasuk Lebak Selatan yakni Kecamatan Bayah, Malingping dan sekitarnya.
“Berdasarkan prediksi dari BMKG ya, mulai Desember hingga awal Januari 2025 masih akan terus berlanjut. Jadi kondisinya masih akan terjadi hujan yang cukup deras ya,” terangnya.
“Untuk warga yang akan beraktivitas tetap waspada dan berhati-hati. Karena kondisi seperti ini, kita semuanya untuk selalu memprhatikan kondisi sekitar,” lanjutnya.
Sementara itu Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sawarna Lili Suheli menyebutkan, bahwa kondisi tersebut akan berdampak besar pada aktivitas pariwisata yang lumpuh khususnya Lebak Selatan.
“Kira-kira bisa banget kalo terjadi cuaca ekstrim. Selatan rata-rata wisata alam yang sangat berhubungan sekali dengan cuaca di segala kondisi, sementara hampir tidak ada wisata alternatif lain,” kata Lili.
Namun dalam upaya menjaga kesiap siagaan, pihaknya melalui Pokdarwis terus melakukan koordinasi kepada seluruh pengelola wisata yang ada di wilaya Sawarna dan sekitarnya.
“Dalam upaya mengantisipasi cuaca ekstrem terutama di masa liburan Nataru, beberapa upaya dilakukan, diantaranya melakukan rapat koordinasi dengan stakholder pemerintah daerah baik provinsi ataupun kabupaten, kelembagaan pemerintah lainnya, kelembagaan pariwisata serta stacholder lainnya,” pungkasnya.