Tangerang, LINIMASSA.ID – Dinas Kesehatan atau Dinkes Kota Tangerang mengimbau kepada para orang tua untuk menjaga anaknya dari penyakit pertussis atau yang lebih dikenal dengan sebutan batuk rejan.
Batuk rejan ini merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis. Penyakit pertussis ditandai dengan batuk yang diiringi dengan suara tarikan nafas tinggi yang khas dan berkepanjangan.
Hal tersebut seperti yang dikatakan Kepala Dinkes Kota Tangerang dr. Dini Anggraeni. Dini menyebutkan bahwa pertussis bisa dialami oleh anak-anak. Untuk itu, orang tua harus waspada dengan kehadiran batuk ini pada anak. Pasalnya, pertussis bisa menyebabkan kematian pada anak.
“Sebelum terjadi pada anak, baiknya orang tua mengetahui tentang penyakit pertussis sebagai bentuk tindakan pencegahan. Adapun gejalanya, ialah hidung tersumbat, pilek, bersin, mata merah dan demam,” kata dr. Dini, Kamis 2 Januari 2025.
Lebih lanjut Pimpinan Dinkes Kota Tangerang itu menjelaskan, definisi operasional suspek pertussis ialah orang dengan batuk terus menerus yang berlangsung minimal selama 2 minggu dengan ditemukan batuk rejan saat napas dalam, muntah setelah batuk, atau muntah tanpa ada penyebab yang jelas.
“Bila tidak ditangani, batuk rejan bisa menyebabkan komplikasi, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Beberapa komplikasi yang bisa muncul antara lain seperti dehidrasi, kesulitan bernapas, penurunan berat badan, pneumonia (infeksi paru-paru), kejang, gangguan ginjal, dan kurangnya pasokan oksigen ke otak,” jelas Dini.
Meski demikian, Dini menjelaskan bahwa ada penanganan awal yang bisa dilakukan para orang tua untuk mencegah datangnya penyakit pertussis ini.
Penangan pertama adalah, mulai dari menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan protokol kesehatan.
“Memberikan imunisasi DPT-HB-Hib lengkap sesuai jadwal pada bayi dan anak bawah dua tahun. Jika ada anak atau warga yang memiliki keluhan batuk dengan karakteristik pertussis, mohon agar dapat diinfokan ke Puskesmas terdekat untuk mendapat penanganan dan pengobatan yang intens,” tutupnya.