PANDEGLANG, LINIMASSA.ID – Ulama kharismatik Abuya Muhtadi Cidahu Banten melantik pengurus Relawan Pencegahan Maksiat (RPM) Kabupaten atau Kota se-Provinsi Banten.
Pelantikan tersebut bertempat di Majelis Abuya Muhtadi, Desa Tanagara, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang, Banten, pada Rabu 30 Oktober 2024.
Ketua Umum Relawan Pencegahan Maksiat (RPM) Banten, Abas Ranta, menyatakan bahwa organisasi ini merupakan inisiasi dari ulama kharismatik Abuya Muhtadi.
“RPM murni besutan Abuya Muhtadi, yang fokus di bidang sosial, khususnya dalam mencegah dan membantu pemerintah mengawasi pergaulan bebas serta kenakalan remaja. Remaja adalah generasi penerus bangsa,” ungkapnya.
Abas mengatakan, RPM tidak hanya bergerak di bidang pencegahan kenakalan remaja, tetapi juga aktif dalam kegiatan sosial, seperti kesehatan, penanganan bencana, dan pendidikan.

“RPM juga aktif di bidang sosial kesehatan. Para anggota, terutama srikandi RPM, sering membantu dan mendampingi warga kurang mampu saat menjalani pengobatan di rumah sakit,” katanya.
“Selain itu, kami juga memiliki Rumah Singgah yang berlokasi di samping RSUD Banten,” tambahnya.
Abas berharap RPM Banten tetap istiqomah membantu pemerintah dan bermanfaat bagi masyarakat.
“RPM sudah berkiprah selama sepuluh tahun, dan dengan dilantiknya kepengurusan baru di setiap kabupaten/kota, kami berkomitmen terus memberikan manfaat bagi masyarakat,” tuturnya.
Profil Abuya Muhtadi

KH Abuya Muhtadi Dimyathi Al-Bantany memiliki nama kecil Ahmad Muhtadi dilahirkan di Kampung Cidahu, Desa Tanagara, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang.
Abuya Muhtadi lahir dari pasangan KH Abuya Dimyathi Bin KH M. Amin Al Bantany dan Nyai Hj. Asma Binti KH Abdul Halim Al-Makky pada 26 Desember 1953 M/ 28 Jumadal Ula 1374 H.
Riwayat Pendidikan
Abuya Muhtadi memulai pendidikan agamanya di SR Tanagara dari ibundanya, karena ayahandanya Baudaya Dimyathi Amin pada waktu itu masih Sihayah atau berkelana di Pondok Pesantren di Nusantara sekaligus bersilaturahmi , bertabarruk dan tholab kepada para ulama sepuh kala itu.

Setelah taman SR pada tahun 1965 M, ia diajak oleh ayahanda mengikuti Siyahah sambil terus menerus digembleng pendidikan agama selama 10 tahun.
Kemudian pada tahun 1975, ia mengikuti ayahnya untuk Iqomah di Kampung Cidahu sambil merintis pondok pesantren. Meski telah memimpin pesantren, ia tetap mendapatkan gemblengan ayahnya hingga akhir hayat sang ayah pada 3 Oktober 2003 M.
Al hasil, Abuya Muhtadi kemudian Badzlul wu’si mengerahkan seluruh kemampuannya dalam mendalami ilmu agama selama 38 tahun, berhasil mengkhatamkan banyak kitab ulama salaf dari bebrbagai cabang sampai berulang-ulang dan dikaji dengan sistem pendidikan pesantren salaf huruf demi huruf.