linimassa.id – Toleat merupakan alat musik tradisional yang digali dari tradisi masyarakat yang ternyata dari Tanah Pasundan tepatnya di Pamanukan, Kabupaten Subang.
Keberadaan alat musik ini belum banyak dikenal publik. Masyarakat Subang sendiri belum terlalu mengenal karena hanya ada dua orang yang bisa mahir memainkannya yaitu Mang Parman dan Pa Asep Nurbudi (Asep Oboy).
Pengenalan kepada masyarakat umum sulit dilakukan karena untuk memainkannya memang tidak mudah.
Kesenian ini di daerah Kabupaten Subang merupakan produk budaya masyarakat Subang yang notabene merupakan cerminan nilai-niai dan norma-norma sosial budaya masyarakat seni dan pendukungnya.
Berbagai kekayaan karya produk budaya telah lahir dari daerah ini. Hal ini telah menjadikan Kabupaten Subang sebagai salah satu daerah yang memiliki tipikal karya seni tersendiri di Jawa Barat, tidak dapat dipungkiri hal tersebut telah memberikan kontribusi yang besar bagi kelangsungan kebudayaan di Indonesia.
Gembala
Toleat ini ternyata merupakan permainan anak gembala di daerah pantura (Pamanukan) Kabupaten Subang, yang kemudian menempuh tahap evolusi baik itu bentuk, bahan maupun fungsinya.
Terbentuknya alat mudik ini diilhami dari empet-empetan, yaitu alat musik tiup yang dimainkan oleh anak gembala yang terbuat dari jerami padi yang telah dipanen (empet-empetan).
Empet-empetan telah mengalami beberapa tahapan evolusi dan pekembagannya menjadi alat musik ini terbuat dari bahan congo awi (ujung bambu ) dan awi tamiang (bambu untuk suling).
Alat musik ini berfungsi sebagai “kalangenan, pintonan dan kontemporer”.
Dalam periode “kalangenan” toleat merupakan alat untuk menghibur diri, kemudian masuk kedalam periode pintonan, toleat diangkat diatas pentas menjadi sebuah sajian hiburan pada acara tertentu; acara hiburan apresiasi dimasyarakat umum maupun masyarakat akademis.
Di dalam periode kontemporer, bentuk sajian alat musik toleat dapat digabungkan (kolaborasi) dengan alat musik lain baik alat musik tradisional, maupun alat musik non tradisional (modern).
Mang Parman
Berdasarkan sejarahnya, alat musik ini diciptakan oleh Mang Parman yang terilhami dari alat tiup permainan anak[1]anak gembala yaitu empet-empetan atau Ole-olean di pesawahan Pantura Kabupaten Subang.
Terdapat beberapa bahan yang dapat digunakan untuk empet-empetan, yaitu dari pelepah daun pepaya, daun kelapa, atau jerami.
Bahan-bahan yang dipakai tidak permanen, karena mudah rusak atau busuk. Mainan atau alat musik sederhana ini hanya menghasilkan suara “peet” atau “pet-pet”. Hal ini dikarenakan alat musik tersebut tidak mempunyai lubang yang tidak banyak menghasilkan nada.
Empet-empetan ini menginspirasi Mang Parman untuk membuat alat musik yang lebih permanen dan bernada, tebuat dari bambu, yang disebut Toleat.
Pada tahun 1980-an, Mang Parman memainkan alat musik Toleat yang menyerupai suling dan bernada seperti terompet pada pertunjukan Sisingaan di Tegalurung, Kabupaten Subang yang disaksikan oleh penilik kebudayaan setempat bernama Odo Wikanda.
Sejak saat itu alat musik Toleat menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Subang dan mulai menyebar dan dikenal lebih luas (wawancara dengan Asep Nurbudi, 2019).
Bahan
Jenis bahan pembuatan kerajinan tradisional alat musik Toleat ialah bamboo tamiang dan bambu haur. Pembuatan kerajinan tradisional alat musik Toleat diperlukan bahan bambu seruling.
Panjangnya tergantung pada ukuran nada dasar yang dibutuhkan yang berfungsi sebagai resonator (awak Toleat; Sunda); kayu maja (kayu bernuk; Sunda) dibentuk lonjong tipis sebagai sumber bunyi (letah Toleat; Sunda); tali dari bahan rotan (tali hoe; Sunda) untuk mengikat kayu maja yang telah dibentuk, berfungsi sebagai sumber getar untuk menghasilkan bunyi dengan cara ditiup. (Yayat Supriatna, 2013).
Cara atau teknik memainkan Toleat tidak jauh berbeda dengan alat tiup lain seperti halnya suling dan terompet.
Bunyi yang dihasilkan Toleat mirip dengan suara saxophone. Hal serupa terlihat dari hasil suara yang dikeluarkan memiliki nada dasar salendro dan mempunyai delapan lubang nada.
Cara menghasilkan nada tinggi pada Toleat, dapat dilakukan dengan meniupkan udara yang cukup besar ke arah lubang Toleat, sedangkan untuk menghasilkan nada rendah hanya diperlukan nada biasa saja, tidak perlu meniupkan udara yang cukup besar.
Perayaan
Toleat biasanya digunakan dalam rangka perayaan serta ritual adat di wilayah Jawa Barat, bahkan Toleat biasa dilantunkan pada saat panen padi hingga pesta selamatan pernikahan dan khitanan yang diadakan baik di waktu siang maupun malam hari.
Pada perkembangannya, Toleat dapat dikolaborasikan dengan alat musik tradisional lain seperti celempung, karinding, hingga gamelan. Nada yang dihasilkan dari kolaborasi tersebut begitu harmonis sehingga menimbulkan ketenangan bagi siapapun pendengarnya.
Toleat dalam kegiatan panen raya menguatkan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam alat musik ini.
Selain karena asal muasalnya yang berawal dari alat musik empet-empetan yang lekat dengan kehidupan persawahan, alat musik ini juga memperlihatkan keriangan atas ketekunan dalam pemeliharaan lahan pertanian yang diharapkan dapat membuahkan hasil yang memuaskan.
Masyarakat Kabupaten Subang sebagian besar berprofesi sebagai petani serta hidup di daerah persawahan dan perkebunan, baik lahan garapan sendiri maupun lahan garapan orang lain, dengan kegiatan sampingannya yaitu mengembala.
Ketika musim panen tiba, masyarakat yang dalam keaktifan kesehariannya bekerja di ladang dan sawah, memainkan alat musik yang berasal dari alam.
Alat musik Toleat yang merupakan alat musik tradisional buatan khas Subang, saat ini tidak hanya berkembang di daerah Jawa Barat saja, melainkan pengetahuan dan pelestariannya telah menyebar ke berbagai daerah seperti Yogyakarta.
Hal ini tercermin dalam artikel Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Subang yang ada di Yogyakarta, menjelaskan mengenai alat seni musik tradisional Toleat, bahkan mereka menyuarakan kecintaannya terhadap alat musik tersebut.
Secara sosial Toleat dianggap sebagai alat musik tradisional yang memiliki fungsi perekat sosial individu-individu, khususnya yang memiliki keterikatan dengan daerah Subang, sehingga dimanapun mereka berada, telah menjadi kebanggaan untuk melestarikan Toleat. (Hilal)