linimassa.id – Tarling punga tempat tersendiri di hati masyarakat. Ini merupakan kesenian yang sangat populer bagi masyarakat di daerah Cirebon.
Laman Warisan Budaya Kemdikbud menuliskan, kesenian ini tergolong seni campuran antara musik dan drama. Ini juga merupakan salah satu permainan anak.
Permainan ini timbul sebagai usaha mengisi waktu luang ketika anak-anak berkumpul. Sesuai dengan namanya, Tarling dalam permainannya menggunakan alat-alat musik.
Alat-alat musik itu berupa gitar dan suling. Kemudian ditambah pula dengan alat kendang dan dog-dog. Sebagai kelengkapan pembantu dalam suatu pagelaran tarling selalu memakai kostum (perhiasan khusus untuk pertunjukan).
Kostum itu ada yang khusus dipakai untuk bodor atau badut. Dan ada juga kostum yang dipakai untuk kaum wanita.
Dalam pergelarannya biasanya menggunakan panggung. Seandainya tidak ada panggung, mereka tetap dapat bermain. Yang terpenting adalah adanya pembatas antara pemain dan penonton.
Biasanya para pemain tarling tradisional duduk bersila sama seperti para penabuh gamelan. Secara garis besar para pemain tarling dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu penabuh instrumen, dalang, dan tokoh penampil lakon yang sedang digelar.
Bertindak sebagai pemimpin dalam suatu pergelaran tarling adalah dalang. Dalang merupakan seseorang, yang menceritakan suatu lakon. Dalang dalam menyajikan Tarling dengan gaya pantun.
Di samping itu, iringan instrumen musik untuk mengantar adegan-adegan yang diperankan pemain tidak ketinggalan. Dalang selalu mengenakan pakaian perempuan. Biasanya suara dalang juga menirukan suara perempuan. Bahkan dalam penampilannya, dalang biasa mengenakan tutup kepala yang disebut kerudung atau tiung.
Asal Mula
Sementara laman Wikipedia menyebut, musik tarling merupakan salah satu bentuk kesenian yang berasal dari daerah Indramayu di wilayah pesisir pantai utara (pantura) Jawa Barat.
Nama tarling diidentikkan dengan nama instrumen itar (gitar) dan suling (seruling) serta istilah Sing Nelatar Kudu Eling (yang merantau harus eling/Ingat) Eling Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Eling terhadap tanah kelahirannya.
Asal mula kesenian tarling ini muncul dari Seni Musik Tradisional Kesulthonan Dermayu (Indramayu) tahun 1531 Masehi pada masa Kepemerintahaan Sulthonul Wirakusuma (Pangeran Wirakusuma) atau Wirasamudra II (Wiralodra II).
Saat itu terdapat tali kekeluargaan antara Dermayu (Indramayu) dengan Pulembang (Palembang) terutama perkawinan antara Sulthan Wirakusuma (Wiralodra II) dengan Nyi Mas Ayu Ilir (anak Raden Husyahin atau Kussen).
Pangeran Wirakusuma adalah Putra pertama dari Perkawinan antara Sulthonul Aria Wirasamudra (Raden Khalif) alias Wiralodra I (anak Raden Jaka Samudra) dengan Nyi San Xian (Sandhang Biduk putri Raja Lebar Daun VII Tionghoa Palembang). Sedangkan Nyi Mas Ayu Ilir adalah Putri dari Raden Husyahin atau yang lebih dikenal sebagai Pangeran Kussen (saudara kandung Raden Fatah).
Tali kekeluargaan ini sudah dimulai sejak Nyi Mas Pandan Sari (Nyi Mas Ratu Junti asal Kesulthonan Dermayu) dinikahi oleh Syeikh Ban Tiong (Tan Go Hwat asal negeri Tiongkok).
Perkawinan keduanya menghasilkan putri bernama Xiu Ban Chi (Siu Ban Chi), Xiu Ban Chi dinikahi oleh Pangeran Aria Damar di Palembang dan keduanya dikaruniai 2 anak putra bernama Raden Husyahin dan Raden Fatah.
Keduanya diperintahkan oleh neneknya yaitu Nyi Mas Ratu Junti (istri Syeikh Ban Tiong) untuk pergi ke Kesulthonan Dermayu untuk memperdalam agama islam di Pesantren ‘Suka Gumi Hwang’ (Kecamatan Sukagumihwang Indramayu), karena di Palembang pemeluk agama islam masih belum banyak atau masih didominasi oleh agama konghuchu Tionghoa, jadi Raden Husyahin dan Raden Fatah ini pergi meninggalkan Palembang dan hidup sementara di Dermayu. Dari sinilah tali kekeluargaan itu.
Sejak kecil Putri Raden Husyahin yaitu Nyi Mas Ayu Ilir ini sudah dijodohkan dengan Pangeran Wirakusuma. Setelah perkawinan keduanya itu, barulah disuguhi dengan Kesenian Musik tertutama Gamelan Kadhaton Dermayu atau dalam pengertian penduduk Indramayu menyebutnya ‘tanggapan’ atau ‘menanggapi tamu raja’.
Kolaborasi
Sebenarnya Tarling ini adalah hasil Kolaborsi antara Gitar Tionghoa Palembang dengan Seruling Khas Dermayu yang terbuat dari Bambu Tulup. Dari Kolaborasi itulah menciptakan Instrument musik unik yang disebut Tarling.
Suara Melodi Gitar pada setiap perpindahan nadanya juga harus diikuti dengan perpindahan nada seruling, hal itu dilakukan agar nada melodi gitar menyatu dengan nada seruling atau dalam bahasa jawa dermayon disebut ‘ngleneng kon ngawiji’ (seimbang supaya menyatu).
Pada Gitar Tarling Tradisional Dermayu memiliki 5 Senar. Tali Senar sendiri masih terbuat dari getah pohon damar yang digabung dengan serat kulit dan arang, oleh karenanya suara tarling tradisional dengan tarling modern sangatlah berbeda.
Pada awalnya musik tarling dermayu hanya suara Gitar dan Seruling saja yang dimainkan atau sebagai pembukaan tanggapa (acara menghormati para tamu raja), namun lama kelama-an musik tarling dermayu ini dikolaborasikan dengan nyanyian Sinden dengan Gamelan Kedhaton Dermayu.
Hal itulah yang membuat banyak penduduk Dermayu mengembangkan dan mempopulerkan kesenian Gamelan Tarling Dermayonan ke luar daerah. Untuk pertama kalinya Gamelan Tarling menjadi tanggapan (acara) tanpa Kasta, yang mana rakyat sipil biasa, menteri pemajeg, prajurit, pengusaha atau pedagang juga diperbolehkan menggelar Gamelan Tarling sebagai hiburan.
Meskipun kesenian tarling ini sudah ada sejak lama di Dermayu (Indramayu), namun baru dipatenkan atau sebagai Hak Cipta Dermayu pada tahun 1920 pasca berdirinya Karesidenan Indramaya (Dermayu) tahun 1817 (Sebelum Kemerdekaan Indonesia).
Penyebaran
Awalnya tarling hanya berkembang di daerah Indramayu namun seiring berjalannya waktu tarling mulai merambah ke daerah tetangga seperti Kuningan, Majalengka, Subang, Cirebon dan Karawang serta daerah pantura Jawa Tengah seperti Brebes, Tegal, dan Pemalang.
Bahasa dalam lagu aliran musik ini yang selaras dengan bahasa keseharian masyarakat menjadi faktor utama penyebaran tarling hingga ke luar daerah asal.
Beberapa lagu tarling popular antara lain Warung Pojok (Abdul Adjib), Juragan Empang, Keloas, Wong Ala, Sekulit Bawang (Yoyo S), Kembang Kilaras, Waru Doyong, Pemuda Idaman (Sadi M.).
Tokoh-tokohnya antara lain Uci Sanusi, Jayana, Sunarto Martaatmadja, Abdul Adjib (pencipta lagu Warung Pojok), Lulut Casmaya, Hj. Dariyah, Maman Suparman, Pepen Effendi, Uun Kurniasih, Yayah Darsiyah, Udin Zein (Kama Jaya), dan Dadang Darniah (Endang Darma).
Penyanyi tarling dangdut yang dikenal banyak orang antara lain :
Nunung Alvi (penyanyi Aja Lali, Aja Melang, Nunggu Dudae, & Mega Putih)
Aas Rolani (pelantun Mabok Bae, Kembang Kilaras)
Yoyo Suwaryo (penyanyi Jawa Sunda, Mboke Bocah)
Cucun Novia (penyanyi Waru Doyong, SMS versi Tarling)
Dewi Kirana (penyanyi Pengen Dikawin, Pecak Welut)
Ella Susanti (penyanyi Sambel Goang)
Dian Anic (penyanyi Rebutan Lanang, Rangda ABG)
Susy Arzetty (penyanyi Mega Nyisik, Iwak Peda)
Besiken Band (Grup Band “Kesepian”)
Tiny Joseph (Juragan Empang)
Sultan Trenggono (Dagang Pindang)
Siti Aliyah (Penyanyi Terlalu Sayang, Jare Sema)
Itulah tentang tarling. Pernah dengar musiknya? (Hilal)