linimassa.id – Hasil survei Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan elektabilitas Partai Gerindra mengalami kenaikan dari 12,1 persen pada survei Februari menjadi 15 persen pada April 2023.
“Tidak menutup kemungkinan, Gerindra bisa menggeser PDI Perjuangan dalam peta elektabilitas partai politik ke depan,” ujar peneliti senior CPCS Hatta Binhudi, Senin (17/4/2023).
Hatta mengatakan publik menyoroti sikap Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali Wayan Koster, dua kepala daerah kader PDIP yang menolak kehadiran Tim Israel pada Piala Dunia U20.
Hal tersebut berdampak pada penurunan elektabilitas PDIP dari 19,3 persen pada Februari menjadi 16,4 persen pada April.
Turunnya elektabilitas itu, menurut Hatta, tidak bisa dipandang sebagai fenomena sesaat.
“Piala Dunia U-20 jadi game changer bagi perubahan peta politik, di mana terjadi pergeseran magnet politik dari PDIP ke koalisi besar pendukung Prabowo Subianto,” jelasnya.
Hal itu tercermin dari naiknya elektabilitas Gerindra dan Prabowo Subianto. Sebaliknya elektabilitas PDIP dan Ganjar Pranowo turun.
Dampak selanjutnya, tambah Hatta, posisi tawar PDIP menurun ketika muncul usulan untuk bergabung ke koalisi besar.
“Keinginan PDIP untuk mendapatkan jatah capres bisa kandas, seiring menguatnya Gerindra dan Prabowo,” katanya.
Koalisi besar, yang berpeluang mengusung Prabowo sebagai bakal capres, juga beranggotakan antara lain Golkar (8,3 persen) dan PKB (6,6 persen).
Di mana Golkar tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan PKB-Gerindra membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).
Partai lain juga menyatakan tertarik bergabung dalam koalisi besar, di antaranya PSI (5,8 persen).
Lebih lanjut, ada PPP (2,4 persen), PAN (2,1 persen), Perindo (1,5 persen), dan PBB (0,4 persen).
Poros lainnya didominasi oposisi yang tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), yaitu Demokrat (6 persen) dan PKS (4,5 persen).
Satu-satunya partai pendukung Pemerintah yang juga anggota KPP adalah NasDem (2,8 persen).
Survei CPCS dilakukan 1-7 April 2023, dengan wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden mewakili 34 provinsi.
Metode survei menggunakan multistage random sampling, dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen, tingkat kepercayaan 95 persen.