linimassa.id – Masyarakat Suku Baduy menangis melihat suasana Banten Lama yang kini menjadi wisata tempat ziarah itu.
Masyarakat Baduy sedih bukan karena bahagia melihat perubahan Banten Lama saat ini, tetapi sebaliknya.
Mereka sedih melihat kawasan Banten Lama yang mulai gersang. Banyak pepohonan seperti pohon beringin dibabad habis demi pembangunan wisata.
Kesedihan itu diungkapkan Tanggungan Jaro 12 Baduy Luar Ayah Saidi Putra.
Dia mengatakan, dalam rangkaian Seba Baduy 2022 pihaknya berkunjung ke kawasan Banten Lama.
Di kawasan wisata ziarah itu, masyarakat Baduy yang ikut justru sedih hingga menitikkan air mata. Beberapa orang justru histeris melihat situasi terkini.
“Ada yang mau nangis melihat keadaan Banten Lama. Waringin (pohon beringin-red) yang harusnya dilindungi udah nggak ada, udah dibabad. Sedih. Seharusnya itu dilestarikan, dibikin hutan lah, ditanam, karena itu lingkungan kita,” kata Saidi, Sabtu (7/5/2022) malam.
Ayah Saidi menerangkan, pihaknya pun sempat melakukan ritual tertentu untuk berkomunikasi dengan leluhur di Banten. Dari 11 orang yang mengikuti ritual, beberapa orang bahkan terancam kesurupan.
“Kemarin malam sudah ngomong, makanya ada ritual, ada 11 orang. Hampir ada yang kesurupan, mau ngamuk,” terangnya.
Menurutnya, saat ini kondisi Banten Lama memprihatinkan. Padahal di satu sisi, pembangunan wisata di lingkungan peninggalan Kerajaan Banten Lama itu menjadi kebanggaan Pemerintah Banten.
Saidi bahkan menyebut, kawasan wisata Banten Lama yang saat ini sudah ditata dengan sejumlah bangunan ikonik justru dianggap sudah ‘kotor’.
“Kalau adatnya sudah gitu ya begitu aja. Saya nggak punya wewenang untuk mengganti nama. Sekarang udah kotor tempat wisatanya. Sebetulnya yang lebih merusak itu wisata soalnya tamu-tamu wisata beda dengan tamu situs, kadang-kadang tak terbatas dan ada jarak,” papar Saidi.
Menurutnya, dampak dari hilangnya pepohonan di Banten Lama menjadi salah satu penyebab banjir yang terjadi pada Maret 2022 lalu. Kawasan Banten Lama terendam banjir hingga ke area penziarahan.

Soal banjir itu, Saidi mengaku, sudah memberi peringatan seminggu sebelum peristiwa banjir terjadi. Tetapi, bencana tak dapat dicegah, sehingga Banten Lama tetap terendam banjir.
“Malam Kamis seminggu sebelumnya sudah ada peringatan, bahwa orang Banten harus siaga. Yang di ceritakan itu Banten Lama, kalau bisa mah dihilangkan wisatanya, tutup sementara,” bebernya.
Meriam Ki Amuk Turun 2 Senti, Peringatan Bencana di Banten Lama
Kini Saidi memberi peringatan baru, pertanda soal musibah baru yang diprediksi bakal terjadi di Banten. Hal itu setelah dirinya melihat adanya penurunan posisi Meriam Ki Amuk di Banten Lama turun dua senti meter dibandingkan tahun sebelumnya.
Dia menitipkan pesan, penurunan posisi Meriam yang merupakan situs bersejarah itu harus diwaspadai sebagai salah satu peringatan bencana.
“Tadi diukur turun 2 senti dibandingkan tahun 2021. Mudah-mudahan turun sendiri naik sendiri. Kalau turun, kalau meletus ke laut itu urusannya Serang-Serang juga,” tekannya.
“Saya sudah mengikuti Seba Baduy dari tahun 70-an bersama orang tua. Kejadian di atas 2015 sampai sekarang itu kayaknya udah mau dibikin lumpur,” tambahnya.
Meski begitu, Saidi tak menceritakan secara jelas soal peristiwa apa yang akan terjadi dari tanda yang ditunjukkan pada menurunnya posisi Meriam Ki Amuk itu. Dia meminta agar kelestarian lingkungan di kawasan Banten Lama harus tetap dijaga. (red)