LINIMASSA, TANGSEL – Mimpi Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengatasi masalah sampah mulai menemui secercah harapan melalui Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik atau PSEL Cipeucang yang dikelola pihak ketiga.
Tetapi, Warga Tangsel masih harus bersabar lantaran pembangunan PSEL Cipeucang itu akan memakan waktu beberapa tahun. Pasalnya, masih ada pekerjaan rumah (PR) mulai dari pengadaan lahan hingga pembangunan infrastruktur PSEL.
PSEL Cipeucang itu digarap oleh PT. Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) melalui unit usahanya PT. Indoplas Energi Hijau menggandeng penyedia teknologi China Tianying Inc.
Pembangunan infrastruktur PSEL Cipeucang itu akan dimulai setelah Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie menyerahkan Surat Keputusan Penetapan Pemenang Lelang Tender PSEL Cipeucang di Aula Blandongan Puspemkot Tangsel, Senin, 5 Mei 2025.
Benyamin mengatakan, mengatasi masalah sampah dengan PSEL itu menjadi cita-cita Pemkot Tangsel lantaran kondisi TPA Cipeucang saat ini sudah kritis dan perlu upaya mendesak untuk menangani sampah 1,4 juta warga Tangsel.
“Sampah Tangsel saat ini 1.000 ton. Kemudian harapan saya selain sampah baru dari masyarakat, sampah lama juga kami persyaratkan bisa ditangani, dimusnahkan, dengan cara dan teknologi yang dijelaskan,” kata Benyamin.
Benyamin menerangkan, PSEL Cipeucang itu membutuhkan lahan sekira 5 hektare. Saat ini, sudah tersedia sekira 2,6 hektare dan sisanya akan dilakukan pembebasan lahan.
“Kebutuhan kurang lebih 5 hektare, kendala kami waktu awal soal garis sempadan karena harus 100 meter, sekarang sudah terpenuhi. Tinggal nanti kami harus membebaskan lagi sebanyak 2 hektare untuk memenuhi kapasitas lahan yang diperlukan untuk pembangunan PSEL,” terang Benyamin.
Benyamin bercerita, upaya mencari solusi menangani persoalan sampah dan masalah di TPA Cipeucang sudah dilakukan sejak 2018. Saat itu, salah satu kajiannya tentang Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Tetapi, wacana itu batal diterapkan lantaran tak bisa dilakukan di TPA Cipeucang yang dekat dengan pemukiman warga.
“Proses sejak 2018, sampai dititik ini, satu konsorsium. Kalau dengan teknologi persoalan sampah tidak selesai, sehingga insyaAllah dengan kapasitas 1.000 ton lebih sampah itu tidak akan tersisa lagi. Alhamdulillah kita sampai pada solusi yang dimpi-impikan masyarakat,” papar Benyamin.
PSEL Cipeucang Beroperasi Komersial 2029

Di tempat yang sama, Direktur Utama PT. Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) Bobby Gofur Umar menuturkan, PSEL Cipeucang itu baru bisa beroperasional secara komersial pada awal 2029.
“Kalau saya melihat, 2028 akhir itu pembangunan selesai, jadi 2029 baru bisa beroperasi secara komersial full. Tapi kembali lagi, ada izin, ada dengan PLN, ada dengan pusat. Tadi dengan hadirnya dari (pemerintah-red) pusat mudah-mudahan mempermudah,” tuturnya.
Diketahui, PSEL Cipeucang itu akan memusnahkan sampah dengan cara dibakar. Proses pembakaran diklaim menggunakan teknologi incinerator terbarukan terakhir dari China yang disebut sudah digunakan di Singapura.
PSEL Cipeucang itu diklaim mampu membakar 1.000 ton sampah per hari dari seluruh wilayah Kota Tangsel dan 100 ton per hari hasil mining TPA Cipeucang.
Dari pembakaran ribuan ton sampah segala jenis itu diklaim akan menghasilkan bio listrik kapasitas terpasang minimal 23 MW(mega watt) dengan 15%-20% penggunaan internal dari kapasitas bruto yang dihasilkan dan sisanya akan dijual ke PLN.
Proyek dengan teknologi incenerator itu akan menghabiskan anggaran sebanyak Rp2.650.614.096.639 atau Rp2,6 miliar lebih. Anggaran itu untuk kontruksi, mesin pengolahan, biaya financing, dan pengadaan lahan. Anggaran tersebut bersumber dari project financing dari konsorsium.