linimassa.id – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan bahwa gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat mengalami perubahan pada tubuh seseorang yang pernah terjangkit COVID-19 karena pengaruh reaksi imunologi.
“Memang ada beberapa laporan yang menunjukkan ada perubahan gejala DBD setelah pandemi COVID-19.
Hal ini memang terkait perubahan reaksi imunologi yang terjadi pada tubuh seseorang yang pernah terinfeksi COVID-19,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, Imran Pambudi.
Menurut Imran, Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pasca pandemi COVID-19, salah satunya berasal dari Kota Bandung, Jawa Barat.
Tanda-tanda Tidak Biasa
Dinas kesehatan setempat mencatat adanya tanda-tanda DBD yang tidak biasa dikenali pada pasien, seperti tidak adanya gejala bintik merah dan mimisan yang biasanya menjadi pertanda serius di kalangan penderita DBD.
Imran menjelaskan bahwa bintik merah dan mimisan yang muncul usai digigit nyamuk Aedes aegypti adalah gejala klasik yang tidak selalu terjadi pada penderita DBD di era endemi saat ini.
Perubahan Gejala
Gejala terbaru yang juga menandai DBD, menurut Imran, adalah demam yang tak kunjung mereda, yang sebelumnya berlangsung antara empat hingga 10 hari setelah gigitan nyamuk.
Imran juga menyoroti kemajuan alat diagnostik DBD di Indonesia yang saat ini lebih canggih dalam mendeteksi penyakit tersebut secara akurat, salah satunya menggunakan rapid antigen (NS1).
“Sehingga kita tidak menunggu gejala-gejala klasik itu muncul yang kadang malah membuat keterlambatan penanganan. Bila ada demam tinggi disertai nyeri-nyeri badan agar segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk dicek menggunakan NS1,” tambahnya. (AR)