linimassa.id – Marching band menjadi pertunjukan paling populer dan penting di pendidikan musik loh bagi penduduk Amerika Serikat.
Penampilan band dari sekolah-sekolah, dan marching band universitas sering diartikan sebagai sebuah komunikasi dan pemaparan kurikulum pendidikan musik.
Akibatnya, banyak orang berpendapat marching band adalah faktor dalam menilai kualitas dan nilai seluruh program musik dalam sebuah institusi.
Meskipun menjadi kebanggaan masyarakat dan sekolah, namun di kalangan musisi profesional dan keilmuan, marching band dipandang sebelah mata.
Marching band terkadang disepelekan oleh pakar pendidikan musik di Amerika, dan banyak pelatih dan band director marching band kurang mendapat perhatian dari sesama musisi professional lain seperti konduktor orchestra simfoni dan ensembel lainnya. Walhasil grup-grup orchestra ini ‘mengeksklusifkan’ diri dengan grup musik marching band.
Ini merupakan sebuah kegiatan komprehensif, menggabungkan semua unsur dalam kehidupan manusia, dan bukan merupakan sebuah perdebatan dikotomi musik dan olahraga.
Klub Olahraga
Di Indonesia, banyak yang mengira bahwa marching band merupakan sebuah ‘klub olahraga’, dan bukan organisasi musik. Pengkategorian ini bukan tanpa sebab, mengingat organisasi resmi marching band, yaitu Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) berada di bawah naungan KONI pusat, dan mendapatkan posisi sebagai cabang olahraga di Pekan Olahraga Nasional (PON) sejak 8 tahun terakhir.
Keikutsertaan kelompok ini dalam event-event olahraga membuat kita yakin bahwa marching band merupakan kegiatan keolahragaan ketimbang seni musik.
Dan ternyata arching band bukan merupakan sebuah argumentasi antara dua dikotomi olahraga dan musik, namun ada sisi lain tentang fungsi marching band itu sendiri.
Garrison (1986) mengatakan, sekolah-sekolah di Amerika Serikat mempertahankan marching bandnya untuk kepentingan komunikasi massa atau public relations.
Bahkan tujuan dibentuknya marching band adalah untuk mempromosikan sekolah, dan bukan untuk mencerminkan unsur musik itu sendiri.
Banyak perguruan tinggi elit di Amerika telah meninggalkan kegiatan marching band karena dirasa tidak adanya nilai riil dalam kegiatan ini.
Dalam bukunya yang berjudul “A New History of Wind Music”, David Whitwell meneliti hambatan yang dihadapi marching band dalam upaya untuk mendapatkan estetika dan musikalitas.
Whitwell merangkum beberapa seni dan definisi estetika dengan menawarkan tiga karakteristik mendasar:
(1) Sebuah musik yang berestetika haruslah musik yang menyentuh substansinya.
(2) Harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh perasaan, seperti halnya seorang komposer mengkomunikasikan idenya.
(3) Nilai artistik harus dapat diterima oleh pendengar.
Argumentasi Whitwell mungkin dapat dijadikan indikasi bahwa marching band tidak memiliki semua karakteristik di atas, terutama nomor tiga.
Seni Media
Pendapat lain dari Jerry H. Bilik, yang menyatakan, marching band merupakan bentuk seni. Bilik memberikan pengakuan penuh dengan marching band sebagai SENI MEDIA.
Pendapat ini didasarkan pada dua argumentasi, bahwa marching band adalah gabungan “seni-musik dan hiburan”. Menurut dia, Marching Band merupakan bagian dari proses pembelajaran siswa sebelum menjadi seorang musisi professional.
Lauren Pape mempunyai argumentasi tersendiri. Dia menjelaskan bahwa pemain marching band atau Drum Corps wajib memiliki fisik yang kuat, didukung dari program training camp yang penuh dengan latihan fisik, antara lain lari, push-up, jumping jacks, sprint, dan olahraga lainnya.
Drumben
Marching band kerap juga dikenal sebagai drumben atau drum band. Ini merujuk pada sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan menggunakan sejumlah kombinasi alat musik (tiup, perkusi, dan sejumlah instrumen pit) secara bersama-sama.
Penampilan drumben merupakan kombinasi dari permainan musik (tiup, dan perkusi) serta aksi baris-berbaris dari pemainnya.
Umumnya, penampilan drumben dipimpin oleh satu atau dua orang komandan lapangan dan dilakukan baik di lapangan terbuka maupun lapangan tertutup dalam barisan yang membentuk formasi dengan pola yang senantiasa berubah-ubah sesuai dengan alur koreografi terhadap lagu yang dimainkan, dan diiringi pula dengan aksi tarian yang dilakukan oleh sejumlah pemain bendera.
Drumben umumnya dikategorikan menurut fungsi, jumlah anggota, komposisi dan jenis peralatan yang digunakan, serta gaya atau corak penampilannya.
Penampilan drumben pada mulanya adalah sebagai pengiring parade perayaan ataupun festival yang dilakukan di lapangan terbuka dalam bentuk barisan dengan pola yang tetap dan kaku, serta memainkan lagu-lagu mars.
Dinamika keseimbangan penampilan diperoleh melalui atraksi individual yang dilakukan oleh mayoret, ataupun beberapa personel pemain instrumen.
Namun saat ini permainan musik drumben dapat dilakukan baik di lapangan terbuka ataupun tertutup sebagai sebagai pengisi acara dalam suatu perayaan, ataupun kejuaraan.
Komposisi musik yang dimainkan drumben umumnya bersifat lebih harmonis dan tidak semata-mata memainkan lagu dalam bentuk mars, ragam peralatan yang digunakan lebih kompleks, formasi barisan yang lebih dinamis.
Corak penampilannya membuat drumben merupakan kategori yang terpisah dan berbeda dengan marching band yang umumnya memiliki komposisi penggunaan instrumen perkusi yang lebih banyak dari instrumen musik tiup.
Tipikal bentuk dan penampilan marching band yang paling dikenal adalah marching band yang dimiliki oleh institusi kemiliteran ataupun kepolisian. Adaptasi lebih lanjut dari penampilan drumben di atas panggung adalah dalam bentuk brass band.
Awal Mula
Drumben bermula dari tradisi purba sebagai kegiatan yang dilakukan oleh beberapa musisi yang bermain musik secara bersama-sama dan dilakukan sambil berjalan untuk mengiringi suatu perayaan ataupun festival.
Seiring perjalananan waktu, drumben berevolusi menjadi lebih terstruktur dalam kemiliteran pada masa-masa awal era negara kota. Bentuk inilah yang menjadi dasar awal orkes militer yang kemudian menjadi awal munculnya drumben saat ini.
Meskipun pola drumben telah berkembang jauh, masih terdapat cukup banyak tradisi militer yang bertahan dalam budaya drumben, tradisi milter tersebut tampak pada atribut-atribut seragam yang digunakan, tata cara berjalan, model pemberian instruksi dalam latihan umumnya masih merupakan adaptasi dari tradisi militer yang telah disesuaikan sedemikian rupa.
Di Indonesia, budaya drumben merupakan pengembangan lebih lanjut atas budaya drumben yang sebelumnya berada di bawah naungan organisasi Persatuan Drum Band Seluruh Indonesia (PDBI) yang dibina oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia..
Drumben lahir sebagai kegiatan yang memfokuskan penampilan pada permainan musik dan visual secara berimbang, berbeda dengan marching band yang lebih memfokuskan sebagai kegiatan olahraga.
Dalam perkembangannya, drumben di Indonesia banyak mengadaptasikan variasi teknik-teknik permainan yang digunakan oleh grup-grup drum corps di Amerika, khususnya pada instrumen perkusi.
Hal ini membuat corak permainan dalam penampilan drumben menjadi lebih mudah dibedakan dari corak penampilan marching band. (Hilal)