linimassa.id – Obat merah atau betadine paling banyak dicari saat mengalami luka lecet, berdarah, dan sebagainya. Obat yang dikenal sebagai Iodin ini pertama kali ditemukan oleh kimiawan Prancis Bernard Courtois pada 1811 berupa kristal berwarna gelap.
Ini terbentuk dari asap ungu hasil reaksi asam sulfat dengan sisa abu rumput laut yang sebelumnya dipergunakan untuk mengisolasi sodium karbonat sebagai bahan dasar pembuatan mesiu.
Saat Perang Dunia Pertama berlangsung pada 1914-1918, Ilmuwan Skotlandia Alexander Fleming menemukan bahwa iodin lebih efektif dalam menekan risiko timbulnya gangrene pada luka yang diderita oleh para prajurit, dibandingkan dengan asam karbol.
Meski begitu, iodin dirasakan masih memiliki kekurangan karena tidak larut dalam air dan karena itu tidak stabil sehingga para apoteker saat itu kerap menambahkan alkohol hingga 70%. Padahal kadar alkohol yang tinggi justru berisiko memperlambat penyembuhan luka itu sendiri.
Pada 1955, H. A. Shelanski dan M. V. Shelanski menemukan senyawa Povidon-iodin yang terbukti lebih stabil serta lebih superior dibandingan dengan formulasi iodin lainnya.
Pada 1960-an Povidon-iodin mulai diperkenalkan penggunaannya sebagai iodofor, yaitu sebagai antiseptik yang tidak terlalu menimbulkan sengatan rasa sakit dan iritasi dibandingkan antiseptik berbasis iodin sebelumnya.
Merek dagang Betadine untuk produk antiseptik dengan zat aktif Povidon-iodine pertama kalinya didaftarkan di Amerika Serikat pada 1958, dan hingga saat ini masih terdaftar sebagai merek dagang di banyak negara di dunia serta dipercaya oleh Rumah Sakit di seluruh dunia karena kelebihannya.
Bahan
Bahan aktif Betadine adalah Povidon-iodin, yang merupakan zat antimikroba dengan spektrum paling luas yang mampu membunuh bakteri, jamur, protozoa dan virus.
Povidon-iodin secara efektif mampu mengendalikan penyebaran infeksi topikal bagi penggunanya.
Studi In-Vitro menunjukkan bahwa Povidon-iodin sebagai bahan aktif utama Betadine dapat mengatasi 99.99% kuman penyebab infeksi dalam 15 detik seperti virus MERS-CoV, SARS-CoV, Ebola, dan Influenza; dan tidak menimbulkan resistensi yang bermakna secara klinis yang artinya dapat sering digunakan tanpa perlu khawatir kehilangan efektivitasnya dalam membunuh bakteri, jamur, protozoa ataupun virus.
Betadine adalah antiseptik yang dipilih oleh badan antariksa Amerika Serikat NASA untuk mensterilkan modul dan awak Apollo 11 setelah kembali dari misi yang berhasil mendaratkan manusia untuk pertama kalinya di bulan, demi membasmi bakteri-bakteri dari luar angkasa yang mungkin terbawa pulang dalam perjalanan tersebut.
Indonesia
Di Indonesia Betadine diproduksi dan dipasarkan oleh PT Mahakam Beta Farma di bawah lisensi dari Mundipharma sebagai pemilik merek global. Berdasarkan data Indonesia Total Market Audit (ITMA) 2015 Betadine tercatat sebagai antiseptik nomor satu di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, Betadine memiliki empat kategori produk, yakni perawatan luka, perawatan area kewanitaan, perawatan kesehatan rongga mulut serta produk sabun antiseptik untuk memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan untuk mengatasi infeksi.
Untuk perawatan luka, Betadine menghadirkan produk berupa Betadine Antiseptic Solution dengan kandungan Povidon-iodin 10%, Betadine Antiseptic Ointment atau Salep Antiseptik dengan kandungan Povidon-iodin 10%, dan Betadine Stick dengan kandungan Povidon-iodin 10% yang hadir dengan kemasan praktis dan mudah digunakan.
Oh ya, ada juga loh Betadine Obat Kumur. Ini adalah obat kumur antiseptik untuk menjaga kesehatan rongga mulut dengan kandungan Povidon-iodin 1% untuk membantu mengatasi sakit tenggorokan, seriawan, gusi bengkak, sakit gigi dan bau napas tak sedap.
Betadine Obat Kumur dapat digunakan dengan 3 – 5 kali sehari saat infeksi rongga mulut terjadi dengan cara gargle atau kumur sampai dengan tenggorokan.
Betadine Obat Kumur ini dapat digunakan sebagai pencegahan sakit tenggorokan, influenza / batuk hingga infeksi rongga pernapasan bagian atas seperti MERS-CoV dan SARS. Di beberapa Negara lain telah hadir juga dalam kemasan spray (throat spray)
Selain itu ada juga Betadine Feminine Hygiene adalah antiseptik khusus kewanitaan dengan kandungan Povidon-iodin 10%, yang dapat digunakan untuk mengatasi kuman penyebab keputihan, gatal dan iritasi ringan dimana biasanya risiko infeksi meningkat saat menstruasi.
Betadine Antiseptic Skin Cleanser adalah pembersih kulit dengan kandungan Povidon-iodin 7.5% untuk mengatasi kuman penyebab penyakit termasuk Flu Singapura / HMFD yang biasa menyerang anak usia 10 tahun ke bawah.
Betadine Antiseptic Skin Cleanser dapat digunakan saat mandi / cuci tangan termasuk cuci tangan para dokter sebelum melakukan operasi.
Baret Merah
Tak banyak yang tahu jika obat luka dengan merek dagang Betadine lahir dari tangan mantan anggota baret merah Kopassus.
Betadine merupakan buah kesuksesan dari jerih payah usaha yang dijalankan Kahar Tjandra. Kahar bergabung dengan kesatuan elit TNI AD tersebut saat masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat alias RPKAD.
Perjalanannya mendirikan perusahaan farmasi itu dilaluinya dalam pergulatan panjang. Kahar atau Tjan Ke Hoat lahir di Padang pada 24 November 1929. Ayahnya, Hardi Sjarif, dan ibunya, Noviar Sjarif, membesarkannya di Sawahlunto. Ia bersekolah hingga kelas 7, sempat terhenti sebelum kemudian menamatkannya di sekolah Jepang. Karena tidak ada SMP di kota kecil itu, ia pun bertani, memelihara ayam, membuat tambak ikan, dan menjual hasilnya.
Itulah tentang obat merah yang jika digoogling langsung terkoneksi dengan kata Betadine. (Hilal)