linimassa.id – Pada uang kertas baru tahun emisi 2022 yang diluncurkan Bank Indonesia, wajah Husni Thamrin ada di uang kertas pecahan Rp 2.000. Siapakah MH Thamrin?
Mohammad Husni Thamrin atau M.H. Thamrin adalah sosok pahlawan nasional. Politikus di masa kolonial Hindia Belanda dan aktivis kemerdekaan asal Betawi ini lahir di Batavia pada 16 Februari 1984.
MH Thamrin merupakan pejuang dari Betawi yang banyak memberikan andil perjuangan. Di antaranya memperjuangkan kepada pemerintah Belanda untuk dibentuk Dewan Volksraad, kemudian memprakarsai berdirinya Fraksi Nasional, serta turut membentuk PPKI menjelang kemerdekaan Indonesia.
Ayahnya merupakan orang Belanda bernama Tabri Thamrin. Sedangkan ibunya berasal dari Betawi.
Sang ayah merupakan seorang wedana yang saat itu berada di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Johan Cornelis van der Wijk.
Ia menempuh pendidikan di Gymnasium Koning Willem III School te Batavia. Setelah lulus, dia mengambil bekerja di perusahaan perkapalan, Koninklijke Paketvaart-Maatschappij.
Husni Thamrin menjadi seorang tokoh pergerakan karena kerap memikirkan nasib masyarakat Betawi yang ia lihat setiap harinya.
Pada 1927, Husni Thamrin ditunjuk menjadi anggota Volksraad atau Dewan Rakyat.
Alasan beliau dipilih adalah karena ia dianggap pantas menduduki kursi itu, mengingat pengalamannya pernah menjadi anggota Gemeenteraad.
Pada 1929, terjadi masalah penting di dalam Gemeenteraad yang berkaitan dengan pengisian lowongan jabatan wakil wali kota Betawi.
Saat itu, pemerintah kolonial menyerahkan jabatan tersebut kepada orang Belanda yang kurang berpengalaman.
Hasil akhir perdebatan ini yaitu Husni Thamrin lah yang diangkat sebagai wakil wali kota Batavia. Pada 1938, ia menjadi anggota Partai Indonesia Raya (Parindra), yang didirikan dr. Soetomo.
Saat itu, pemerintah kolonial menyerahkan jabatan tersebut kepada orang Belanda yang kurang berpengalaman. Hasil akhir perdebatan ini yaitu Husni Thamrin lah yang diangkat sebagai wakil wali kota Batavia.
Pada 1938, ia menjadi anggota Partai Indonesia Raya (Parindra), yang didirikan dr. Soetomo.
Sepeninggal Soetomo pada 1938, Thamrin pun ditunjuk menjadi wakil ketua Parindra.
Pada 1939, saat rapat Volksraad, Thamrin mengusulkan agar istilah Belanda Indie, Nederlands Indisch, dan Inlander diganti dengan Indonesia. Sayangnya usulan ini ditolak oleh pihak Belanda.
MH Thamrin pun dikenal sebagai salah satu tokoh Betawi yang pertama kali menjadi anggota Volksraad di Hindia Belanda mewakili pribumi.
Thamrin juga pernah menyumbangkan dana sebesar 2000 gulden pada 1032 untuk mendirikan lapangan sepak bola khusus untuk rakyat Hindia Belanda di Batavia.
Pada 6 Januari 1941, MH Thamrin menjadi tahanan rumah karena dicurigai membantu pasukan Jepang.
Thamrin memang sudah berhubungan baik dengan penduduk Jepang di Hindia. Lima hari setelah penangkapannya, MH Thamrin wafat.
Ia dimakamkan di Pemakaman Karet Bivak, Jakarta Pusat. Atas jasa-jasanya, ia dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 1964. Nama Thamrin juga diabadikan menjadi nama-nama jalan.
Thamrin dilahirkan pada 16 Februari 1894 di Sawah Besar, Pinggiran kota Batavia. Ayahnya bernama Thamrin Mohamad Thabrie, yang pernah menjadi Wedana Batavia 1908.
Kakek biologis Thamrin adalah pengusaha berdarah Inggris yang memiliki hotel di kawasan Petojo.
Sepak terjang kegiatan Thamrin dalam pergerakan dimulai sejak menjadi anggota Dewan Kota hingga perjuangannya menghadapi krisis politik dan ekonomi akibat kegagalan langkah yang diambil pemerintah kolonial.
Keberhasilan upaya Thamrin menempatkan dirinya sebagai salah satu tokoh dalam sejarah Indonesia.
Pada 1916, MH Thamrin bersama ayahnya ikut bergabung dengan perkumpulan pemilih melayu (Kies Vereeniging Melajoe) yang didirikan oleh Hinloopen Labberton.
Pada masa ini pula organisasi Kaoem Betawi yang didirikan oleh Thamrin dan Masserie untuk menghimpun pribumi Betawi elite mulai aktif.
Setelah diangkat sebagai anggota Dewan Kota Batavia pada 1919, Thamrin mulai aktif menyampaikan pembelaan dan empatinya terhadap wong cilik, terutama masalah perbaikan kondisi sosial dan sanitasi.
MH Thamrin diangkat menjadi anggota volksraad oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1919 dengan maksud mengimbangi kaum pejuang nasionalis yang beraliran keras yang dipelopori Ir. Soekarno dan kawan-kawan.
Tetapi maksud pemerintah Hindia Belanda tersebut gagal total karena selama ia menjadi anggota volksraad bukannya bersifat lunak yang diperlihatkan, tetapi justru sifat yang keras menentang penjajahan yang diperlihatkan, bahkan ia selalu mengadakan pertemuan – pertemuan (rahasia) dengan Ir. Soekarno.
MH Thamrin pada waktu itu betul-betul melaksanakan fungsinya sebagai anggota parlemen. la bersama dengan Mr. Kusumo Utojo melakukan peninjauan di Sumatera guna mengecek bagaimana asisten – asisten perkebunan milik pemerintah kolonial Hindia Belanda memperlakukan buruh pribumi (yang terkenal dengan istilah kuli – kuli) secara biadab.
Hasil peninjauan (penyelidikannya) itu dengan tanpa ditutup – tutupi dibeberkan secara gamblang oleh MH Thamrin dalam sidang Volksraad pada tanggal 27 Januari 1930. MH Thamrin wafat pada 11 Januari 1941. (Hilal)