linimassa.id – Bambu si paling banyak manfaat ini dikenal dengan istilah preng atau pring dalam bahasa Jawa, awi atau tamiang atau haur atau suluh dalam bahasa Sunda, tabatiko dalam bahasa Ternate, dan ute dalam bahasa Ambon.
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang terdapat rongga dan ruas pada batangnya. Secara ilmiah tanaman ini memiliki banuak jenis yang tersebar hampir di seluruh dunia. Di Indonesia, sebutan lain untuk bambu adalah bulur, aur, awi, buluh, eru dan aur.
Bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat di dunia. Sistem perakaran rhizoma-dependen yang unik membuatnya dapat tumbuh sepanjang 60 cm bahkan hingga 100 cm dalam 24 jam tergantung jenis tanah dan iklim habitatnya.
Secara umum terdapat dua bentuk bambu yaitu bambu berkayu dari suku Arundinarieae dan Bambuseae, dan bambu rerumputan dari suku Olyreae.
Analisis molekuler dari pastida menunjukkan bahwa terdapat tiga sampai lima garis keturunan utama dari bambu.
Bambu diklasifikasikan ke lebih dari 10 genus dan 1.450 spesies. Spesies bambu ditemukan di berbagai lokasi iklim, dari iklim dingin pegunungan hingga daerah tropis panas.
Tanaman ini terdapat di sepanjang Asia Timur dari 50o Lintang Utara di Sakhalin sampai ke sebelah utara Australia, dan di bagian barat India hingga ke Himalaya.
Mereka juga terdapati di sub-Sahara Afrika, dan di Amerika dari pertengahan Atlantik Amerika Utara hingga ke selatan ke Argentina dan Cili, mencapai titik paling selatan Bambu pada 47o Lintang Selatan. Benua Eropa tidak memiliki spesies bambu asli.
Tertinggi
Bambu merupakan tanaman dengan laju pertumbuhan tertinggi di dunia, dilaporkan dapat tumbuh 100 cm (39 in) dalam 24 jam.
Namun laju pertumbuhan ini amat ditentukan dari kondisi tanah lokal, iklim, dan jenis spesies. Laju pertumbuhan yang paling umum adalah sekitar 3–10 cm (1,2–3,9 in) per hari.
Bambu pernah tumbuh secara besar-besaran pada periode Cretaceous, di wilayah yang kini disebut dengan Asia. Beberapa dari spesies bambu terbesar dapat tumbuh hingga melebihi 30 m (98 ft) tingginya, dan bisa mencapai diameter batang 15–20 cm (5,9–7,9 in). Namun spesies tertentu hanya bisa tumbuh hingga ketinggian beberapa inci saja.
Bambu termasuk dalam keluarga rumput-rumputan, yang dapat menjadi penjelasan mengapa bambu memiliki laju pertumbuhan yang tinggi.
Hal ini berarti bahwa ketika bambu dipanen, bambu akan tumbuh kembali dengan cepat tanpa mengganggu ekosistem.
Tidak seperti pohon, batang bambu muncul dari permukaan dengan diameter penuh dan tumbuh hingga mencapai tinggi maksimum dalam satu musim tumbuh (sekitar 3 sampai 4 bulan).
Selama beberapa bulan tersebut, setiap tunas yang muncul akan tumbuh vertikal tanpa menumbuhkan cabang hingga usia kematangan dicapai. Lalu, cabang tumbuh dari node dan daun muncul.
Pada tahun berikutnya, dinding batang yang mengandung pulp akan mengeras. Pada tahun ketiga, batang semakin mengeras. Hingga tahun ke lima, jamur dapat tumbuh di bagian luar batang dan menembus hingga ke dalam dan membusukkan batang.
Hingga tahun ke delapan (tergantung pada spesies), pertumbuhan jamur akan menyebabkan batang bambu membusuk dan runtuh. Hal ini menunjukkan bahwa bambu paling tepat dipanen ketika berusia antara tiga hingga tujuh tahun.
Bambu tidak akan bertambah tinggi atau membesar batangnya setelah tahun pertama, dan bambu yang telah runtuh atau dipanen tidak akan digantikan oleh tunas bambu baru di tempat ia pernah tumbuh.
Manfaat
Bambu adalah makanan utama panda, mencapai 99% dari diet mereka Bagian-bagian dari bambu seperti tunas, ranting, dan dedaunannya adalah sumber makanan utama dari panda di Tiongkok, panda merah di Nepal, dan lemur bambu di Madagaskar.
Tikus memakan buah bambu, gorila gunung Afrika juga memakan bambu dan telah didokumentasikan mengkonsumsi nira bambu yang telah berfermentasi dan mengandung alkohol. Simpanse dan gajah juga memakan bagian dari batang bambu.
Larva dari pelubang bambu (ngengat Omphisa fuscidentalis) di Laos, Myanmar, Thailand, dan Tiongkok memakan pulp dari bambu yang masih hidup. Larva ngengat ini menjadi bahan makanan setempat.
Di berbagai wilayah Asia, tunas bambu digunakan sebagai bahan masakan. Meski tunas bambu mengandung toksin taxiphyllin, senyawa glikosida sianogenik yang dapat menghasilkan sianida pada lambung, namun melalui pengolahan yang tepat maka tunas bambu dapat dikonsumsi.
Masyarakat Indonesia mengonsumsi tunas bambu dengan memotongnya tipis-tipis agar senyawa beracunnya hilang. Kemudian potongan tersebut di cuci bersih dan dicampur dengan santan, bumbu dapur sehingga menjadi sayur rebung atau gulai rebung.
Selain itu, isian sayur lodeh dan lumpia terkadang juga menggunakan tunas bambu.
Sebelum bahan plastik populer dipergunakan, bambu telah dimanfaatkan untuk membuat peralatan rumah tangga seperti sumpit, centong dan spatula. Peralatan lain yang terbuat dari bambu, yaitu bakul nasi, tampah, besek, topi bambu, dan berbagai kerajinan anyaman.
Dinding rumah-rumah di pedesaan masih banyak yang menggunakan bambu. Batang bambu yang kokoh juga digunakan untuk jembatan di sungai-sungai kecil.
Bahkan, hingga saat ini proses pembangunan bangunan seperti rumah sederhana hingga gedung bertingkat tetap menggunakan bambu sebagai penopang struktur awal, misalnya saat pengecoran.
Angklung, calung, karinding dan seruling adalah beberapa contoh penggunaan bambu untuk alat musik tradisional.
Bambu terdiri dari batang yang beruas dan berongga, sehingga dapat mengapung di atas air. Oleh sebab itu, bambu merupakan bahan utama pembuatan rakit tradisional.
Di negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara, bambu digunakan sebagai alat bela diri. Di Indonesia kita mengenalnya dengan bambu runcing yang digunakan ketika masa perjuangan.
Kebudayaan
Negara-negara di Asia memiliki hubungan erat denagn bambu dan menjadikannya simbol dalam berbagai hal. Di Cina, bambu menjadi simbol keteguhan. Sedangkan di India, bambu menjadi tanda persahabatan.
Bambu yang jarang sekali berbunga (5 sampai 120 tahun) dijadikan pertanda akan datangnya kelaparan. Hal ini dihubungkan dengan tikus-tikus yang akan memakan bunga bambu sehingga populasi tikus meningkat yang berakibat terhadap hancurnya produksi pertanian warga.
Bambu di Indonesia
Indonesia memiliki kekayaan jenis bambu yang mencapai 159 spesies dari 1.250 macam bambu di seluruh dunia. Bahkan, 88 jenis di antaranya adalah bambu endemik Indonesia. Data dari Perpubi atau Perkumpulan Pelaku Usaha Bambu Indonesia, di daerah Jawa Barat saja terdapat 40 jenis bambu, beberapa yang populer adalah bambu betung, haur, gombong dan tali.
Berikut ini adalah beberapa jenis spesies bambu yang dapat ditemukan tumbuh di Indonesia, yaitu:
Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend tumbuh di Jawa
Bambusa arundinacea (Retz.) Wild. dikenal dengan pring ori atau bambu ori yang tumbuh di Jawa dan Sulawesi
Bambusa atra Lindl. atau Loleba yang tumbuh di Maluku
Bambusa balcooa Roxb tumbuh di Jawa
Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. disebut pula bambu duri tumbuh di Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara
Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro. dikenal sebagai bambu pagar cendani yang tumbuh di Jawa
Bambusa horsfieldii Munro disebut bambu embong yang tumbuh di Jawa
Bambusa maculata dikenal dengan nama bambu tutul atau pring tutul yang tumbuh di Bali
Dendrocalamus asper yang populer dengan nama bambu petung dan tumbuh di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali serta Sulawesi
Dendrocalamus giganteus Munro. dikenal dengan bambu sembilang tumbuh di Jawa
Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness. yang disebut bambu batu tumbuh di Jawa
Dinochloa scandens dinamakan pula bambu cangkoreh kadalan yang tumbuh di Jawa
Gigantochloa apus Kurz. (bambu apus, bambu tali) tumbuh di Jawa
Gigantochloa atroviolacea (bambu hitam, bambu wulung gombong) tumbuh di Jawa
Gigantochloa atter (bambu leg, bambu ater, buluh, awi ater, awi kekes) tumbuh di Jawa
Gigantochloa achmadii Widjaja. (buluh apus) tumbuh di Sumatera
Gigantochloa hasskarliana (bambu lengka tali) tumbuh di Sumatera, Jawa dan Bali
Gigantochloa kuring (awi belang) tumbuh di Jawa
Gigantochloa levis (Blanco) Merr. (bambu suluk) tumbuh di Kalimantan
Gigantochloa manggong Widjaja. (bambu manggong) tumbuh di Jawa
Gigantochloa nigrocillata Kurz (bambu lengka, bambu terung, bambu bubat) tumbuh di Jawa
Gigantochloa pruriens (buluh rengen) tumbuh di Sumatera
Gigantochloa psedoarundinaceae (bambu andong, gambang surat, peri) tumbuh di Jawa.
Gigantochloa ridleyi Holtum. (tiyang kaas) tumbuh di Bali.
Gigantochloa robusta Kurz. (bambu Mayan, temen serit) tumbuh di Sumatera, Jawa dan Bali
Gigantochloa waryi Gamble (buluh dabo) tumbuh di Sumatera
Gigantochloa verticillata (bambu hitam)
Melocanna bacifera (Roxb) Kurz. tumbuh i Jawa
Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. (bambu eul-eul) tumbuh di Jawa
Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera (bambu uncea, bambu buluh kecil) tumbuh di Jawa
Schizotachyum blunei Ness. (bambu wuluh, bambu tamiang) tumbuh di Jawa, Nusa Tenggara Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku
Schizotachyum brachycladum Kuez. (bambu buluh besar, buluh nehe, awi buluh, ute watat, tomula) tumbuh di Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Maluku
Schizotachyum candatum Backer ex Heyne (buluh bungkok) tumbuh di Sumatera
Schizotachyum lima (Blanco) Merr. (bambu toi) tumbuh di Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua
Schizotachyum longispiculata Kurz. (bambu jalur) tumbuh di Sumatera, Kalimantan dan Jawa
Schizotachyum zollingeri Stend. (bambu jala, cakeutreuk, bambu lampar) tumbuh di Sumatera dan Jawa
Thryrsostachys siamensis Gamble. (bambu jepang) tumbuh di Jawa
Beberapa spesies bambu yang telah disebutkan diatas saat ini sulit ditemukan dan populasinya semakin langka. Hal tersebut dikarenakan pemanfaatan serta kebutuhan masyarakat akan karakter kayu bambu tertentu.
Oleh karena itu, budidaya bambu dan pemanfaatannya sebagai tanaman konservasi lingkungan harus dilakukan. Selain menjaga populasi bambu, manfaat lain seperti bertambahnya cadangan air tanah dan menjaga kestabilan tanah juga dapat diperoleh. (Hilal)