linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Reading: Oktober Bulan Bahasa, Cari Tahu Yuk
linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Cari di sini
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Punya akun? Sign In
Follow US
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
linimassa.id > Indeks > Pendidikan > Oktober Bulan Bahasa, Cari Tahu Yuk
Pendidikan

Oktober Bulan Bahasa, Cari Tahu Yuk

Hilal Ahmad 19 Oktober 2023
Share
waktu baca 6 menit
Oktober dikenal dan dijuluki sebagai bulan bahasa.
Oktober dikenal dan dijuluki sebagai bulan bahasa.
SHARE

linimassa.id – Oktober dijuluki sebagai bulan bahasa dan sastra. Peringatan ini untuk mengingat sejarah kelahiran bahasa Indonesia.

Contents
Sumpah PemudaTujuanEjaan

Hal ini didasarkan pada peringatan Sumpah Pemuda yang diselenggarakan pada 28 Oktober 1928. Bulan bahasa dan sastra dirayakan dengan membuat berbagai kegiatan seperti lomba, rangkaian pelatihan, festival, dan sebagainya, baik oleh pihak pemerintahan, sekolah maupun ekosistem pendidikan lainnya.

Bulan Bahasa dan Sastra di Indonesia ini telah rutin diadakan setiap Oktober sejak 1980. Meskipun sudah diperingati sejak lama, namun memang masyarakat Indonesia pada umumnya masih belum mengetahuinya. Peringatan ini biasanya hanya terbatas pada kalangan akademisi, pemerhati dan penggiat.

 

Sumpah Pemuda

Sejarah mencatat, pada 28 Oktober 1928 lalu pemuda Indonesia menyelenggarakan kongres yang menghasilkan Sumpah Pemuda.

Melalui kongres yang dihadiri oleh perwakilan dari berbagai daerah di nusantara, para pemuda kala itu mengakui tentang bertumpah darah, berbanga dan berbahasa satu yaitu Indonesia.

Sejak saat itulah, Bahasa Indonesia diakui dan digunakan sebagai simbol nasional sekaligus pemersatu bagi seluruh rakyat di republik ini.

Peringatan ini memang tidak bisa dilepaskan dari peristiwa Sumpah Pemuda 1928. Yang mana sudah dilakukan sejak tahun 1980 yang lalu. Sembilan tahun setelah itu atau pada 1989 nama Bulan Bahasa sedikit diubah menjadi Bulan Bahasa dan Sastra.

 

Tujuan

Tujuan peringatan ini adalah untuk melestarikan supaya tidak tergeser oleh pengaruh asing. Peringatan ini diharapkan bisa menjadi pengingat bagi seluruh bangsa Indonesia di daerah manapun, bahwa kita memiliki bahasa persatuan yang harus selalu dijaga.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku sehingga harus disatukan dengan satu bahasa. Menurut BPPB Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat setidaknya 719 bahasa daerah atau regional language dimana sekitar 707 diantaranya masih dipergunakan dengan aktif. Sedangkan Unesco merilis di Indonesia ada 143 regional language.

Keberagaman tersebut memang menjadi kekayaan budaya yang agung, tetapi juga bisa menjadi sumber perpecahan, kala masing-masing menonjolkan kedaerahannya dan tidak terdapat media pemersatu.

Peringatan setiap Oktober semakin digaungkan seiring dengan semakin banyaknya penggunaan foreign language dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya, anak-anak zaman sekarang lebih sering dan bangga kalau bisa bicara menggunakan English language. Jika tidak ada momentum peringatan bahasa nasional, bisa saja suatu saat bahasa Indonesia tergeser oleh bahasa asing.

Setiap tahun peringatan ini memiliki tema berbeda dan diisi dengan berbagai kegiatan. Tentu saja kegiatan tersebut tidak jauh-jauh dari berbagai kegiatan, seperti pembacaan puisi, mendongeng, lomba menulis cerpen, lomba pidato dan sebagainya.

Diharapkan melalui kegiatan-kegiatan tersebut, masyarakat semakin mengenal dan memahami Bahasa Indonesia.

Peringatan ini juga diharapkan dapat menghilangkan sekat-sekat perbedaan yang terdapat di dalam masyarakat.

Meskipun berasal dari suku dan daerah yang berbeda namun seluruh rakyat Indonesia adalah satu dan disatukan oleh bahasa nasional sebagai alat komunikasi.

Sebelum bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa persatuan melalui Sumpah Pemuda, bangsa Indonesia berkomunikasi menggunakan bahasa daerah masing-masing yang berbasis bahasa Melayu, serta bahasa Belanda atau Jepang sebagai pengaruh dari imperialisme bangsa Belanda dan Jepang.

Setelah Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia mulai digunakan untuk berkomunikasi, baik secara verbal maupun literal.

 

Ejaan

Penggunaan bahasa Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ejaan bahasa Indonesia. Seperti apa perkembangan ejaan bahasa Indonesia hingga menjadi seperti yang kita ketahui sekarang? Yuk, simak.

 

Ejaan Van Ophuisjen (1901 – 1947)

Ejaan Van Ophuisjen dikembangkan oleh seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda, Charles Adriaan Van Ophuisjen, bersama Nawawi Soetan Ma’moer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Van Ophuisjen mengembangkan transliterasi latin dari bahasa Melayu yang beraksara Arab, yang kemudian hasil transliterasi ini menjadi ejaan awal bahasa Indonesia.

Ciri ejaan Van Ophuisjen adalah pengejaan bunyi huruf U dengan huruf “oe” dan bunyi sentak dengan tanda hamzah “ ‘ “

 

Ejaan Soewandi (1947 – 1972)

Ejaan Soewandi adalah ejaan bahasa Indonesia yang digunakan setelah proklamasi kemerdekaan, yakni pada 19 Maret 1947.

Ejaan ini juga disebut ejaan republik, karena digunakan untuk menunjukkan semangat kemerdekaan. Ejaan Soewandi menyempurnakan ejaan Van Ophuisjen dengan beberapa ketentuan baru, seperti penulisan huruf U menggantikan “oe”, penulisan bunyi sentak dengan huruf k (tak, pak), dan penulisan kata depan dengan cara disambung.

Pada masa ejaan Soewandi inilah, Kamus Bahasa Indonesia diterbitkan untuk pertama kalinya dengan memuat 23,000 kata.

 

Ejaan Yang Disempurnakan (1972)

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) diresmikan pada 16 Agustus 1972, dengan Putusan Presiden no. 57 tahun 1972.

Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang paling lama digunakan, yakni sekitar 30 tahun. Nama EYD kemudian kembali digunakan setelah dimutakhirkan menjadi EYD edisi V pada tahun 2022.

 

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) (2009 – 2022)

Ejaan yang terakhir adalah ejaan bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang, yakni Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Ejaan PUEBI didasarkan pada Permendiknas no. 46 tahun 2009, untuk menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. PUEBI kemudian dimutakhirkan pada 18 Agustus 2022 dan berganti nama menjadi Ejaan yang Disempurnakan (EYD) edisi V.

 

Keragaman bahasa di Indonesia tidak dapat dipungkiri. Selain memiliki bahasa daerah yang banyak, bahasa asing juga memberikan pengaruh sebagai dampak dari globalisasi.

Semangat dalam melestarikan bahasa dan sastra Indonesia perlu didukung oleh kita semua sebagai bangsa Indonesia. Selamat bulan bahasa. (Hilal)

Share This Article
Facebook X Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link Print
26 November 2025
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image

Terkini

DPRD Banten
Komisi IV DPRD Banten Desak ESDM dan DLHK Ungkap Data Valid Tambang Ilegal di Banten
News
Pemkab Serang
Pemkab Serang Fokus Kurangi Praktik BAB Sembarangan demi Tingkatkan Kesehatan Warga
News
Tambang Ilegal di Banten
Tambang Ilegal di Banten Rusak 50 Hektare Lahan, Kerugian Negara Capai Rp18,3 Miliar
News
Macan tutul
Populasi Satwa Langka Macan Tutul hingga Elang Jawa di TNGHS Terancam, Ini Penyebabnya
News
Pemkot Tangsel
Ini Upaya Pemkot Tangsel Tingkatkan Infrastruktur Jalan dan Pengendalian Banjir pada 2025
Pemerintahan
linimassa.idlinimassa.id
Follow US
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
logo-linimassaid
Selamat datang kembali!

Login ke akunmu

Username or Email Address
Password

Lost your password?