linimassa.id – Mimpi mewujudkan Kota Tangerang Selatan bebas macet dengan mengandalkan transportasi massal urung terwujud. Sudah sejak 2015 lalu wacana itu digemborkan, tetapi hingga saat ini belum juga terealisasi.
Baru-baru ini, Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan mewacanakan program antar jemput gratis pelajar. Program itu bakal memanfaatkan Bus Trans Anggrek Circle Line yang merupakan hibah dari Pemprov DKI Jakarta. Lalu akankah wacana itu terwujud?
Gagal Terlaksana Karena Tak Diminati
Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie menyebut, wacana tersebut sudah dicanangkan sejak dulu di era kepemimpinan Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany dan Benyamin sebagai wakilnya.
Tetapi, niat baik pemerintah memfasilitasi masyarakat dengan angkutan massal itu tak terealisasi.
Benyamin bilang, alasannya program antar jemput gratis siswa sekolah itu tak terlaksana lantaran minat masyarakat masih rendah.
![‘Mimpi’ Dishub Tangsel Atasi Kemacetan dengan Program Angkutan Massal 2 benyamin davnie wali kota tangsel](https://linimassa.id/wp-content/uploads/2023/02/benyamin-davnie-wali-kota-tangsel.jpg)
“Dulu juga kan ditujukannya kepada pelajar, ternyata nggak ada yang minat. Saya udah minta ke Dishub dicari strategi yang tepat, dianter jemputnya dimana,” kata Benyamin pada Selasa (24/1/2023).
Tetapi, wali kota kelahiran Pandeglang itu tak paham mengapa orang tua tak minat dengan program antar jemput gratis siwa itu. “Nggak tahu itu, mungkin dianterin pake mobil sama orang tuanya,” ungkapnya.
Dishub Tangsel Susun Perwal, Tangani Kemacetan dengan Angkutan Massal
Sementara itu, Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan H Ika mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan kajian untuk membuat Peraturan Wali Kota tentang penerapan jalur satu arah dan program angkutan massal antar jemput gratis untuk siswa sekolah di Tangsel.
Keduanya, kata Ika merupakan satu paket. Tak hanya mengatur jalur, tetapi juga perlu adanya angkutan sekolah agar mengurangi kemacetan.
Dari hasil survei di lapangan, Ika menyebut dampak kemacetan paling sering terjadi karena adanya jemputan anak sekolah baik pagi dan sore hari.
“Misalnya SMAN 2 Tangsel dan SMPN 8 Tangsel, hampir 1.000 siswa masuk setiap hari. Kita bayangkan antar dari rumah ke sekolah pakai mobil pribadi, itu luar biasa memenuhi kepadatan di jalan khususnya ke arah sekolah-sekolah,’ kata Ika ditemui di kantornya, Senin (13/2/2023).
![‘Mimpi’ Dishub Tangsel Atasi Kemacetan dengan Program Angkutan Massal 3 sekdishub tangsel](https://linimassa.id/wp-content/uploads/2023/02/sekdishub-tangsel.jpg)
Ika menuturkan, untuk menangani kemacetan itu ada dua bidang yang dilbatkan. Yakni Bidang Lalu Lintas dan Bidang Angkutan.
Bidang Lalu Lintas bertugas untuk mengatur rekayasa lalu lintas agar mengurangi kemacetan. Sedangkan bidang angkutan bertugas untuk memotori angkutan massal yang menjadi solusi mengatasi kemacetan.
Pengadaan angkutan umum itu juga sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. Pada pasal 14 ayat 2 disebutkan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan Angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk jasa Angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum.
Sementara program antar jemput gratis pelajar, dianggap sesuai dengan Pasal 41 tentang Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak Dalam Trayek terbagi 4 macam. Yakni Angkutan orang dengan menggunakan taksi; Angkutan orang dengan tujuan tertentu; Angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan Angkutan orang di kawasan tertentu.
Soal angkutan antar jemput sekolah itu, Ika menyebut bisa dilakukan dua pihak, pemerintah dan pihak sekolah. Dari Pemerintah Kota Tangsel, Ika menyebut ada 5 armada bus Trans Anggrek yang disiapkan untuk menjadi kendaraan antar jemput pelajar. Sementara dari pihak sekolah, dapat menyelenggarakan angkutan antar jemput siswa sesuai kesepakatan dengan orang tua siswa.
“Kita untuk mengurangi angkutan pribadi dan umum, tentunya pemerintah harus bersiap diri menyiapkan feeder atau angkutan penumpang bisa dari pemerintah maupun dari sekolah. Trans anggrek yang akan kita gunakan,” tutur Ika.
Meski begitu, Ika mengaku, saat ini pihaknya belum memiliki rute mana saja antar jemput gratis pelajar itu akan diterapkan lantaran masih dikaji. Termasuk soal titik kumpul penjemputan, pihaknya pun masih melakukan kajian.
Kajian itu, lanjut Ika, dilakukan satu persatu dan diterapkan secara bertahap sehingga akan memerlukan beberapa waktu.
“Satu persatu kajiannya dan penerapannya. Enggak kayak makan cabe, langsung pedes. Pertama one way, nanti disusul dengan kebutuhan angkutannya,” ungkap pria asal Balaraja, Kabupaten Tangerang itu.
Untuk menentukan rute dan titik penjemputan, pihaknya bakal bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota dan Provinsi Banten untuk memetakan akses jalur yang dilewati oleh para pelajar setiap harinya.
Dengan adanya kantong penjemputan itu, diharapkan dapat mengurangi kepadatan kendaraan pribadi di jalan menuju sekolah-sekolah.
Sedangkan secara teknis rinci, nantinya akan kembali dilakukan kajian dan hasilnya akan dijadikan dasar membuat Keputusan Wali Kota sehingga dalam pelaksanaanya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu.
Nasib Bus Trans Anggrek Milik Tangsel saat Ini
Lalu, bagaimana nasib 5 Bus Trans Anggrek yang dimiliki Pemkot Tangsel saat ini?
Ika mengakui, saat ini pemanfaatan bus tersebut belum maksimal. Menurutnya, kesehariannya bus itu dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan masyarakat pada momen-momen tertentu seperti kegiatan Pemerintah Kota Tangsel yang melibatkan masyarakat seperti gelaran MTQ ke-XIV Tangsel pada 8-11 Februari di Ciputat Timur itu.
“Kita mengakomodir kebutuhan masyarakat terhadap angkutan yang rutenya tidak terlalu jauh masih disekitar Tangerang Raya dengan peminjaman sesuai aturan,” paparnya.
![‘Mimpi’ Dishub Tangsel Atasi Kemacetan dengan Program Angkutan Massal 4 transanggrek 1](https://linimassa.id/wp-content/uploads/2023/02/transanggrek-1.jpg)
Kendala Penerapan Angkutan Massal
Ika tak menampik, tidak mudah merealisasikan program angkutan massal salah satunya antar jemput gratis pelajar. Kendalanya, kata Ika, soal kebiasaan warga Tangsel yang masih mengutamakan penggunaan kendaraan pribadi dibandingkan angkutan umum.
Tak hanya itu, adaptasi peralihan dari kendaraan pribadi ke angkutan umum juga memerlukan waktu. Pasalnya, saat ini warga Tangsel masih belum terlalu menyadari manfaat dari angkutan massal.
“Selain anggaran, kendalanya adaptasi masyarakat terhadap kondisi yang ada terhadap rencana angkutan massal. Masih banyak warga Tangsel yang belum menyadari manfaat adanya angkutan umum. Kedua, adaptasi kebiasaan terhadap disiplin berkendara, ini juga berpengaruh,” paparnya.
Ika berharap, rencana baik penerapan jalur satu arah dan antar jemput gratis pelajar itu bisa terlaksana pada 2023.
“Tahun ini minimal sudah ada contoh untuk cikal bakal. Semangat kita tinggi. dari regualsi kita siapkan, pimpinan juga membantu. Kalau hanya mengandalkan infrastruktur biayanya tinggi, kita coba dengan terobosan,” pungkasnya.
Lalu, akankah program angkutan massal Dishub Kota Tangerang Selatan dapat terlaksana dan jadi jurus jitu menangani kemacetan yang ada? Kita nantikan, ya. (mat)