PANDEGLANG, LINIMASSA.ID – Masjid di Pandeglang yakni Baitul Arsy di Kampung Pasir Angin, Kelurahan Pagerbatu, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Banten, menjadi salah satu masjid tua yang masih berdiri kokoh di kaki Gunung Karang.
Masjid ini menjadi saksi perjalanan sejarah Islam di wilayah tersebut. Masjid dengan ukuran 13 x 10 meter ini masih terawat dengan baik.
Hingga kini, masjid di Pandeglang ini tetap digunakan oleh warga sebagai tempat ibadah.
Diperkirakan berusia lebih dari 200 tahun, masjid ini diyakini masyarakat setempat pernah menjadi tempat berkumpulnya Wali Songo. Suasana khas semakin terasa saat suara bedug menggema, menandai waktu salat bagi warga sekitar.
Bangunan masjid di Pandeglang yang didominasi material kayu ini memiliki arsitektur khas dengan atap tumpang tiga, puncak berhias momolo tiga berundak, serta genting pras. Ornamen klasiknya pun masih terjaga, menambah kesan autentik hingga kini.
Sejarah Masjid di Pandeglang Peninggalan Walisongo

Tahun pembangunan Masjid Tua di Kampung Pasir Angin, Kelurahan Pager Batu, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Banten, hingga kini belum dapat dipastikan.
Tidak ada catatan tertulis atau bukti konkret yang menunjukkan kapan masjid tersebut pertama kali didirikan.
Haji Jali, salah satu pengurus masjid, mengatakan usia bangunan tersebut diperkirakan sekitar 200 tahun. Namun, ada juga yang meyakini bahwa masjid ini sudah berdiri sejak 400 tahun lalu.
“Wallahu’alam, yang jelas bangunan ini dari kayu nangka dan usianya sekitar 200 tahunan. Tapi ada juga yang bilang sudah ada sejak 400 tahun lalu,” ungkapnya, Rabu 12 Maret 2025.
Menurutnya, masjid ini tidak memiliki perawatan khusus selain dibersihkan secara rutin.
“Enggak ada yang tahu pasti kapan dibangun, tahunya udah ada aja. Mungkin sudah ada sejak zaman Sultan Hasanuddin Banten,” kata Haji Jali.
Ia menjelaskan, semakin ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah. Selain ingin beribadah, banyak yang datang untuk mengetahui sejarah masjid kuno ini.
Haji Jali menuturkan bahwa di dalam kompleks masjid terdapat mata air alami yang tidak pernah kering, bahkan saat musim kemarau panjang. Keberadaan mata air ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
“Dulu, waktu saya masih kecil, hanya orang tertentu yang tahu tentang mata air ini. Sekarang, banyak yang datang, baik untuk mengetahui sejarahnya, beritikaf, maupun beribadah, karena air ini dianggap memiliki karomah,” ujarnya.
Masjid ini belum pernah mengalami renovasi besar sejak didirikan. Sementara itu, perluasan bangunan dengan konstruksi tembok dinilai mendesak untuk menampung jamaah, terutama saat pelaksanaan salat Jumat, Idul fitri, dan Idul adha.
Meski menjadi salah satu masjid kuno di Banten, Masjid Baitul Arsy tetap mempertahankan keaslian bangunannya. Penambahan hanya dilakukan di bagian depan tanpa mengubah struktur utama.