LINIMASSA.ID, JAKARTA- KOHATI UIN Jakarta menggelar seminar bertajuk “Refleksi Peran Perempuan: Dari Kartini hingga Era Modern” di Kampus 1 UIN Jakarta pada Rabu, 24 September 2025.
Seminar yang diikuti antusias oleh puluhan peserta itu bagian dari rangkaian Milad KOHATI yang mengangkat isu perempuan, pendidikan, dan lingkungan hidup sebagai fokus utama.
Puluhan peserta yang hadir dari kalangan mahasiswa, aktivis, dan perwakilan komisariat. Suasana seminar berlangsung hangat dengan antusiasme tinggi untuk memahami peran perempuan dari masa Kartini hingga realitas kontemporer.
Narasumber utama, Dr. Ida Rosyidah, M.A PMAK PP Dewan Masjid Indonesia (DMI) sekaligus PP Majlis Alimat Indonesia, menyampaikan refleksi mendalam mengenai perjalanan perempuan Indonesia dari masa perjuangan R.A. Kartini hingga tantangan di era modern.
“Perempuan jangan hanya diposisikan sebagai objek pembangunan, tapi harus menjadi subjek yang mampu mengontrol, menegosiasikan, dan memperjuangkan hak-haknya,” tegas Dr. Ida.
Perempuan Masih Hadapi Tantangan
Dalam paparannya, Dr. Ida menjelaskan bahwa meskipun keterwakilan perempuan di parlemen meningkat dari 11 persen pada masa Soekarno menjadi 21 persen saat ini, kesenjangan gender masih terasa kuat.
“Banyak perempuan di parlemen masih terjebak dalam tradisi politik maskulin sehingga keberadaan mereka belum maksimal dalam memperjuangkan kepentingan perempuan,” ujarnya.
Di sektor pendidikan, masalah putus sekolah masih lebih banyak dialami anak perempuan. Pemilihan jurusan di perguruan tinggi pun masih terikat stereotipe gender, seperti perempuan cenderung memilih keperawatan atau pendidikan, sementara bidang teknik, pertambangan, dan sains didominasi laki-laki.
Hal serupa juga terjadi di sektor ekonomi. Lebih dari 60 persen perempuan Indonesia memang bekerja, namun mayoritas di sektor informal yang rentan krisis. Kondisi ini terlihat jelas saat pandemi COVID-19 ketika banyak perempuan kehilangan sumber penghasilan.

KOHATI Didorong Ambil Peran Strategis
Menanggapi kondisi tersebut, Dr. Ida menekankan pentingnya KOHATI mengambil peran strategis di dua bidang utama: pendidikan karakter dan kepedulian lingkungan hidup.
Ia menilai pendidikan karakter krusial di tengah maraknya korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan degradasi moral di kalangan generasi muda.
“Pendidikan karakter bukan sekadar teori, tapi praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk membentuk generasi berintegritas,” jelasnya.
Selain itu, isu lingkungan juga perlu menjadi perhatian serius. Dr. Ida mencontohkan kisah perempuan di Kepulauan Seribu yang mampu mengelola sampah hingga memberi penghasilan tambahan.
“KOHATI punya peluang besar untuk mendorong gerakan peduli lingkungan. Perempuan dekat dengan alam karena perannya yang erat dengan keluarga dan komunitas,” tambahnya.
Ruang Dialog dan Harapan ke Depan
Seminar ini juga membuka ruang dialog antara mahasiswa, akademisi, dan aktivis perempuan. Banyak peserta mengapresiasi pandangan Dr. Ida yang dianggap mampu memperluas perspektif tentang peran perempuan.
Saat menutup seminar, Dr. Ida menegaskan, KOHATI bisa menjadi motor perubahan melalui pendidikan karakter dan kepedulian lingkungan. “Dua hal ini kunci bagi perempuan untuk tampil sebagai agen transformasi sosial,” tegasnya.
Penulis: Ira Zahira, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta