linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Reading: Jamu, Obat Tradisional yang Sudah Ada Sejak Masa Jayabaya
linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Cari di sini
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Punya akun? Sign In
Follow US
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
linimassa.id > Indeks > Gaya Hidup > Jamu, Obat Tradisional yang Sudah Ada Sejak Masa Jayabaya
Gaya Hidup

Jamu, Obat Tradisional yang Sudah Ada Sejak Masa Jayabaya

Hilal Ahmad 5 Agustus 2023
Share
waktu baca 8 menit
Jamu merupakan obat tradisional sudah ada sejak dulu kala.
Jamu merupakan obat tradisional sudah ada sejak dulu kala.
SHARE

linimassa.id – Jamu adalah obat tradisional yang dibuat dari akar-akaran, daun-daunan, dan sebagainya. Jamu pada umumnya dikonsumsi dengan cara diminum.

Contents
GendongAwal Mula

Kata jamu berasal dari bahasa Jawa kuno, yaitu jampi atau usodo. Jampi atau usodo memiliki arti penyembuhan menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa.

Istilah jampi banyak ditemukan pada naskah kuno, seperti pada naskah Gatotkacasraya yang ditulis oleh Mpu Panuluh dari Kerajaan Kediri pada masa Raja Jayabaya.

Jamu merupakan warisan leluhur yang sangat berharga. Minuman ini telah memegang peranan penting dalam pemeliharaan kesehatan dan kebugaran masyarakat nusantara sejak ratusan tahun silam.

Secara sederhana, jamu dapat juga disebut sebagai obat herbal asli Indonesia yang diracik menggunakan bahan-bahan alami untuk menjaga kesehatan dan juga menyembuhkan penyakit.

Bahan-bahan yang digunakan cukup mudah ditemukan di lingkungan seperti daun, rimpang, batang, buah, bunga, dan kulit batang.

Seiring berjalannya waktu, penyebutan jamu lebih dikenal dengan herba atau herbal. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami berupa bagian dari tumbuh-tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang, dan buah.

Namun, ada juga yang menambahkan bahan dari bagian tubuh binatang seperti empedu kambing, empedu ular, atau tangkur buaya. Bahkan, kuning telur ayam kampung juga sering digunakan untuk campuran pada jamu gendong.

Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat ditoleransi peminumnya. Selain madu, ada pula yang ditambah dengan anggur. Selain sebagai pengurang rasa pahit, anggur juga berfungsi untuk menghangatkan tubuh.

Sebenarnya, daerah asal jamu tradisional tidak diketahui. Akan tetapi, banyak peracik dan penjual jamu tradisional yang berasal dari desa Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Bahkan di desa Bulakrejo, Kabupaten Sukoharjo, didirikan “Patung Jamu dan Petani” sebagai ikon Kabupaten Sukoharjo.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Kabupaten Sukoharjo merupakan sentra penjualan jamu tradisional yang cukup dikenal di Indonesia. Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam Provinsi Jawa Tengah.

Karena banyaknya pedagang jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo maka didirikanlah patung Jamu Gendong yang ada di Bulakrejo, kini menjadi patung identitas Sukoharjo.

Patung Jamu Gendong menggambarkan seorang petani dan seorang penjual jamu gendong. Daerah Sukoharjo, khususnya kecamatan Nguter, memang terkenal sebagai daerah asal penjual jamu gendong di berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Semarang.

Di berbagai kota besar terdapat profesi penjual jamu gendong yang berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman yang sehat dan menyegarkan.

Selain itu, ada juga jamu yang diproduksi oleh pabrik-pabrik jamu besar seperti Jamu Air Mancur, Nyonya Meneer , Jamu Sabdo Palon, Djamu Djago, dan merek-merek lain yang dijual di berbagai toko obat dalam kemasan sachet.

Jamu seperti ini harus dilarutkan dalam air panas terlebih dahulu sebelum diminum. Pada perkembangan selanjutnya, jamu juga dijual dalam bentuk tablet, kaplet, dan kapsul.

 

Gendong

Penjualan jenis dan jumlah jamu gendong sangat bervariasi untuk setiap penjaja. Hal tersebut bergantung pada kebiasaan yang mereka pelajari dari pengalaman tentang jamu apa yang diminati dan pesanan yang diminta oleh pelanggan.

Oleh karena ini, setiap hari jumlah dan jenis jamu yang dijajakan tidak selalu sama. Setelah dilakukan pendataan[butuh rujukan], diperoleh informasi bahwa jenis jamu yang biasa dijual ada delapan, yaitu beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci suruh, uyup-uyup/gepyokan, kunir asam, pahitan, dan sinom. Terkadang penjual jamu gendong juga menyediakan jamu bubuk atau pil dan kapsul hasil produksi industri jamu.

Jamu bubuk kemasan atau bubuk yang digumpalkan diminum dengan cara diseduh air panas oleh penjual jamu gendong. Apabila pembeli meminta bahan jamu tambahan, penyeduhannya tidak dilakukan sembarangan.

Jamu batuk tepat bila dicampur dengan jamu beras kencur. Jamu pegal linu lebih tepat dicampur dengan kudu laos, madu, atau kuning telur. Sedangkan jamu sinom atau kunir asam dicampur dengan jeruk nipis sebagai penyegar rasa.

Jamu sendiri memiliki beberapa jenis, mulai dari yang berbentuk kapsul, tablet, sachet, hingga tradisional seperti jamu gendong. Dari berbagai jenis tersebut, jamu tradisional atau yang lebih dikenal dengan jamu gendong masih digemari masyarakat dari bermacam kalangan.

Jamu gendong adalah jamu hasil produksi rumahan (home industry). Jamu ini dijajakan dengan cara memasukkannya ke dalam botol-botol. Kemudian, botol-botol ini disusun secara rapi di dalam bakul. Setelah itu, penjual jamu akan menggendong bakul yang berisi jamu tersebut saat berjualan. Itulah sebabnya, jamu ini dikenal sebagai jamu gendong.

Biasanya para penjual jamu gendong memasarkan dagangannya dengan cara berkeliling setiap hari. Penjual jamu gendong kebanyakan adalah kaum hawa. Hal ini karena dahulu tenaga laki-laki lebih diperlukan dalam bidang pertanian.

Hal yang membuat menarik dari jamu gendong adalah cara membawa barang dagangannya, yaitu digendong menggunakan kain batik, jarik, dan sebagainya. Ini adalah ciri khas perempuan Jawa dari dulu, bahkan sampai saat ini. Tidak hanya jamu, dagangan lain seperti pecel, nasi liwet, dan juga aneka jajanan juga sering dijajakan dengan cara digendong.

“Menggendong” memiliki arti dan makna tersendiri. Menggendong identik dengan seorang ibu yang memomong anak kecil. Jadi, perempuan Jawa menggendong barang dagangannya (rezeki) seperti membawa anak kecil yang harus dilakukan dengan lemah lembut dan telaten.

 

Awal Mula

Siapa sangka jamu sudah ada sejak zaman dahulu. Terdapat banyak sekali bukti sejarah yang menyebut bahwa jamu telah ada pada zaman kerajaan Hindu-Buddha.

Relief yang menggambarkan pembuatan atau penggunaan jamu ditemukan pada beberapa candi di Indonesia seperti Candi Borobudur, Prambanan, Penataran, Sukuh, dan Tegalwangi.

Selain dari relief candi, jamu juga ada dalam Prasasti Madhawapura peninggalan Kerajaan Majapahit. Dalam prasasti, disebutkan bahwa profesi peracik jamu yang disebut dengan acaraki. Seorang acaraki harus berdoa terlebih dulu sebelum meracik jamu. Ia juga harus bermeditasi dan berpuasa sebelum meramu jamu.

Semua ini harus dilakukan supaya ia bisa merasakan energi positif yang bermanfaat untuk kesehatan. Ritual ini dilakukan karena masyarakat Jawa kuno percaya bahwa Tuhan adalah sang penyembuh sejati.

Awalnya, jamu hanya diperuntukkan bagi kalangan istana kerajaan. Namun lambat-laun akhirnya jamu mulai didistribusikan untuk masyarakat.

Pada perkembangan selanjutnya banyak pedagang yang berjualan jamu secara berkeliling. Laki-laki membawanya dengan dipikul, perempuan membawanya dengan digendong.

Tenaga laki-laki lebih dibutuhkan di bidang pertanian. Maka dari itu penjual jamu mulai didominasi oleh kaum perempuan yang menjajakannya dengan cara digendong.

Saat ini, jamu tradisional masih sering dijumpai. Hanya saja cara menjajakannya sudah bervariasi, ada yang menggunakan sepeda, motor, ataupun gerobak. Meski berbeda cara menjajakannya, jamu yang dijual masih sama seperti penjual jamu gendong. (Hilal)

Share This Article
Facebook X Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link Print
26 November 2025
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image

Terkini

Pedagang pentol cilok
Pedagang Pentol Cilok di Tasikmalaya Jadi Tersangka Penggelapan Rp130 Juta
News
Badak Jawa
Badak Jawa Musofa Mati di Kawasan JRSCA TNUK
News
Ngider Sehat Premium
HKN ke-61, Wali Kota Tangsel Resmikan Layanan Kesehatan Ngider Sehat Premium
News
Kejari Cilegon
Kejari Cilegon Musnahkan Ribuan Gram Narkoba dan Puluhan Barang Bukti dari Beragam Perkara
News
Buruh demo
Ribuan Buruh Demo Kantor Bupati, Tuntut Kenaikan Upah 12 Persen
News
linimassa.idlinimassa.id
Follow US
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
logo-linimassaid
Selamat datang kembali!

Login ke akunmu

Username or Email Address
Password

Lost your password?