PANDEGLANG, LINIMASSA.ID – Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Perhutani Pandeglang menegaskan bahwa penutupan jalur pendakian Gunung Pulosari bersifat sementara atau cooling down. Langkah ini diambil untuk menunggu situasi kembali kondusif setelah adanya aksi massa yang menuntut penutupan jalur menuju puncak gunung tersebut.
Kepala Urusan (Kaur) Teknik Kehutanan BPKH Perhutani Pandeglang, Yayat Hendrawiyatna, menjelaskan bahwa penutupan hanya berlaku untuk kegiatan wisata. Sementara itu, pendakian yang bersifat konservasi seperti kegiatan penanaman pohon atau perbaikan jalur masih diperbolehkan.
“Penutupan jalur pendakian Gunung Pulosari ini sementara waktu, hanya untuk kegiatan wisata. Kalau tujuannya konservasi, seperti penanaman atau pemulihan ekosistem, tetap diperbolehkan,” ujar Yayat, Kamis (30/10/2025).
Yayat menambahkan, selama masa cooling down ini, seluruh jalur menuju Puncak Gunung Pulosari ditutup, termasuk jalur pendakian melalui Basecamp Via Cihunjuran, Kecamatan Mandalawangi. Tiket pendakian juga sementara ditarik kembali.
“Kami minta tidak ada aktivitas pendakian Gunung Pulosari dulu. Tapi kalau teman-teman pecinta alam ingin melakukan kegiatan konservasi, kami dukung sepenuhnya karena itu bagian dari upaya perbaikan alam,” jelasnya.
Menurutnya, penutupan jalur pendakian ini tidak berkaitan dengan kegiatan komersial, melainkan demi menjaga keseimbangan lingkungan. Gunung lain seperti Gunung Aseupan dan Gunung Karang disebut tetap dibuka karena situasinya masih aman.
“Yang kami tutup hanya jalur ke Puncak Pulosari. Untuk Aseupan atau Karang, tidak ada masalah selama masyarakat setempat mengizinkan,” tambahnya.
Gunung Pulosari Ditutup Sementara
Yayat menegaskan, keputusan pendakian Gunung Pulosari ini juga mempertimbangkan aspek izin lingkungan dan potensi konflik sosial di kawasan tersebut. Ia menekankan bahwa pembukaan kembali jalur pendakian hanya akan dilakukan setelah hasil evaluasi dan monitoring bersama instansi terkait selesai.
“Prinsipnya, kalau lingkungan sudah siap dan masyarakat mendukung, tentu kami buka lagi. Tapi kalau belum kondusif, kami tidak ingin ada gesekan,” ujarnya.
Ia juga menepis isu-isu negatif yang beredar di media sosial, termasuk rumor terkait tindakan asusila di kawasan gunung. “Kalau memang ada kejadian seperti itu, sebaiknya langsung laporkan ke pihak berwenang dengan bukti yang jelas,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Banten, Ardian Syahrudin Sunarya atau yang akrab disapa Apet, mengonfirmasi bahwa penutupan jalur pendakian resmi berlaku sejak Jumat, 17 Oktober 2025.
Menurut Apet, langkah ini diambil untuk mendukung pemulihan ekosistem di sepanjang jalur pendakian sekaligus mengantisipasi potensi bencana akibat meningkatnya curah hujan di akhir tahun.
“Banyak pendaki, baik profesional maupun pemula, akhirnya menunda perjalanan mereka. Tapi kami semua mendukung keputusan ini demi kebaikan bersama,” ujar Apet.
Ia berharap, setelah kondisi kembali normal, jalur pendakian dapat segera dibuka kembali agar kegiatan wisata dan ekonomi masyarakat sekitar bisa kembali pulih.
“Kami tentu berharap pembukaan kembali bisa segera dilakukan agar sektor wisata di Pandeglang kembali bergairah,” tutupnya.



