linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Reading: Ini Dia Dampak Self-Diagnosis, Sebahaya Itukah?
linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Cari di sini
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Punya akun? Sign In
Follow US
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
linimassa.id > Indeks > Gaya Hidup > Ini Dia Dampak Self-Diagnosis, Sebahaya Itukah?
Gaya Hidup

Ini Dia Dampak Self-Diagnosis, Sebahaya Itukah?

Hilal Ahmad 12 November 2023
Share
waktu baca 4 menit
Self-diagnosis.
Self-diagnosis.
SHARE

linimassa.id – Di era digital, informasi apa pun bisa didapatkan dengan mudah melalui internet, termasuk informasi mengenai kesehatan.

Contents
Self-DiagnosisDampak

Ini menyebabkan tidak sedikit orang tergoda mencari tahu sendiri penyebab dari gejala-gejala kesehatan yang dialaminya melalui internet, disbanding pergi memeriksakan diri ke dokter. Fenomena ini disebut self-diagnosis.

Alih-alih bermanfaat, self-diagnosis malah justru bisa membahayakan kesehatan kamu dan berpengaruh buruk pada kesehatan mental loh.

 

Self-Diagnosis

Self-diagnosis merupakan mendiagnosis diri sendiri mengidap sebuah gangguan atau penyakit berdasarkan pengetahuan diri sendiri atau informasi yang didapatkan secara mandiri. Saat melakukan self-diagnosis, sebenarnya kita sedang berasumsi seolah-olah kamu mengetahui masalah kesehatan yang dialami.

Semuanya hanya dengan berbekal informasi yang dimiliki diri sendiri. Hal ini bisa berbahaya, karena asumsi kamu tersebut bisa saja salah.

Misalnya, kita berpikir mengidap gangguan bipolar, lantaran sering mengalami perubahan suasana hati. Padahal perubahan suasana hati bisa menjadi gejala dari banyak gangguan kesehatan mental yang berbeda. Gangguan kepribadian ambang dan depresi berat adalah dua contoh diagnosis lainnya.

Nah, salah diagnosis bisa berbahaya, karena kamu cenderung mengambil pengobatan yang salah. Risiko mengalami kondisi kesehatan yang lebih parah pun bertambah besar bila kamu sembarangan mengonsumsi obat atau menjalani metode pengobatan yang tidak disarankan dokter.

Itulah mengapa disarankan untuk meminta bantuan tenaga ahli medis seperti dokter untuk mendiagnosis gejala kesehatan yang dialami. Dengan menanyakan lebih detail tentang gejala yang dialami dan berapa lama gejala tersebut berlangsung, dokter dapat membuat diagnosis yang tepat.

 

- Advertisement -
Ad imageAd image

Dampak

Self-diagnosis juga bisa berpengaruh pada kesehatan mental dengan menyebabkan mengalami kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu. Misalnya, kamu belakangan ini sering merasa pusing. Lalu, mencari tahu sendiri kira-kira apa yang menjadi penyebab gejala pusing yang sering kamu alami melalui melalui internet.

Dari hasil pencarian, ternyata mendapati bahwa sakit kepala yang sering muncul bisa mengindikasikan penyakit otak serius, seperti tumor otak. Lalu, kita merasa khawatir dan stres karena mengira mengidap tumor otak. Padahal, belum tentu kamu memiliki penyakit serius tersebut, namun sudah merasa sangat kekhawatiran.

Bukan tidak mungkin lama-kelamaan bisa mengalami gangguan kecemasan umum akibat kekhawatiran yang dirasakan setelah melakukan self-diagnosis. Gangguan kecemasan umum adalah kondisi mental yang biasanya ditandai dengan kekhawatiran berlebihan terhadap situasi tertentu.

Selain menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu yang bisa berujung pada gangguan kecemasan umum, self-diagnosis juga bisa membuat masalah kesehatan mental tertentu menjadi tidak terdiagnosis. Gangguan mental biasanya tidak muncul sendirian, melainkan juga disertai oleh gangguan mental lainnya.

Misalnya, kita mungkin diliputi kecemasan dan berasumsi bahwa kamu mengalami gangguan kecemasan. Namun, gangguan kecemasan bisa menutupi gangguan depresi mayor. Sekitar dua pertiga orang yang mengunjungi klinik rawat jalan dengan gangguan kecemasan juga mengalami depresi.

Ketika dua atau lebih sindrom terjadi bersamaan pada orang yang sama, hal ini disebut komorbiditas. Nah, self-diagnosis menyebabkan seseorang melewatkan komorbiditas yang ada. Itulah bahaya self-diagnosis terhadap kesehatan mental.

Jadi, sebaiknya jangan menjadi dokter bagi diri sendiri dengan melakukan self-diagnosis. Bila mengalami gejala kesehatan tertentu, sebaiknya tanyakan pada dokter mengenai penyebab gejala kesehatan yang dialami.

Untuk melakukan pencegahan terhadap Self-diagnosis adalah saat kita merasa ada yang salah dengan diri kita, maka dianjurkan untuk segera meminta bantuan ke tenaga ahli medis agar mendapatkan penanganan yang tepat. (Hilal)

Share This Article
Facebook X Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link Print
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image

Terkini

Korupsi Dana Desa Petir
Kasus Dugaan Korupsi Dana Desa Petir Rp 1 Miliar Masuki Tahap Penyidikan, Kaur Keuangan Terancam Jadi Tersangka
News
Festival Karang Kabua 2025
Gubernur Banten Buka Festival Karang Kabua 2025, Minta Nelayan Jaga Warisan Budaya
News
Wisata di Desa Sindangheula
Kembangkan Wisata di Desa Sindangheula, Bupati Ratu Zakiyah Bakal Koordinasikan dengan BBWSC3
News
Kejari Tangsel
Ada Dugaan Penyalahgunaan Material, Kejari Tangsel Tinjau Pembangunan Pedestrian Jalan Ciater 
Gaya Hidup
PGN Area Cilegon
PGN Area Cilegon Ajak Warga Catat Meter Mandiri Lewat Layanan WhatsApp & PGN Mobile
Bisnis
linimassa.idlinimassa.id
Follow US
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
logo-linimassaid
Selamat datang kembali!

Login ke akunmu

Username or Email Address
Password

Lost your password?