linimassa.id – Pernah mendengar Zero Discrimination atau Hari Tanpa Diskriminasi? Hari peringatan setiap 1 Maret ini dicetuskan pertama kali oleh perserikatan bangsa-bangsa (PBB) tentang HIV/AIDS bernama UNAIDS.
Dikutip dari situs PPB, UNAIDS sendiri adalah pendukung utama untuk aksi global terhadap epidemik HIV yang cepat, luas, dan terkoordinasi.
Menurut UNAIDS sendiri diskriminasi masih sering terjadi, ketidaksetaraan terhadap pendapatan, gender, usia, status, kesehatan masih menjadi masalah. Ketidaksetaraan tersebut akhirnya dapat tumbuh lebih dari 70 persen dari populasi global yang memicu risiko perpecahan.
Dengan alasan tersebut, Hari Nol Diskriminasi menjadi penting bagi seluruh komunitas dunia sebagai usaha untuk menghapuskan ketidaksetaraan agar terciptanya kerukunan.
Asal Mula
Hari Nol Diskriminasi pertama kali dicetuskan pada Desember tahun 2013 oleh UNAIDS pada Hari AIDS Sedunia. Awalnya, Hari Nol Diskriminasi dikhususkan bagi para penyintas HIV/AIDS namun menjadi lebih meluas kepada mantan pengguna narkoba dan narapidana yang tidak lepas dari stigma negatif.
Pada 2014 momentum tersebut memuncak setiap tanggal 1 Maret dengan simbol kupu-kupu. Hari Nol Diskriminasi sendiri merupakan agenda utama dari UNAIDS dan PBB guna mengakhiri diskriminasi sebagai jalan mengakhiri AIDS pada tahun 2030.
Menurut UNAIDS ada lima aksi yang dapat kita lakukan untuk mendukung Hari Nol Diskriminasi, yaitu :
- Sorot ketidaksetaraan yang ada di sekitar kita agar orang-orang dapat mengadvokasi perubahan.
- Mendukung gerakan anti diskriminasi dan laporkan jika melihat suatu kasus diskriminasi.
- Tuntut perubahan dari pemerintah, anggota parlemen, untuk menghilangkan diskriminasi.
- Berpartisipasi dalam petisi untuk mengubah undang-undang yang mengandung stigmatis dan diskriminasi.
- Mendukung kampanye atau organisasi yang berupaya menjadikan dunia menjadi tempat yang lebih adil.
Pertama
Hari Tanpa Diskriminasi pertama kali diperingati bersama-sama di banyak negara pada tahun 2014 dengan tema “Join the Transformation”. Rappler.com pernah menuliskan, sejumlah publik figur di dunia memberi dukungan resmi terhadap peringatan tersebut, mulai dari David Luiz (pesepak bola tim nasional Brasil), Michael Ballack (pesepak bola tim nasional Jerman), Titica (pop star dari Angola), Michelle Yeoh (aktris dan aktivis asal Tiongkok), Loyiso Bala (penyanyi R&B dari Afrika Selatan), Annie Lennox (penyanyi dan aktivis legendaris), hingga Toumani Diabaté (musisi internasional).
Di Indonesia, diskriminasi banyak dirasakan LGBT, disable, korban hak asasi manusia, perempuan dan kelompok keyakinan di Indonesia.
Seluruh dunia memperingati tanggal 1 Maret sebagai hari Zero Discrimination atau Hari Tanpa Diskriminasi. Hari tanpa diskriminasi ini sudah dicanangkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 2013.
Sejak itulah setiap tanggal 1 Maret seluruh dunia merayakan acara tahunan untuk mempromosikan keragaman dan mengakui bahwa setiap orang penting.
Diskriminasi
Diskriminasi memiliki banyak bentuk yang sering menjadikan penyebab diskriminasi seperti agama dan kepercayaan, jenis kelamin, ras, seksualitas, usia dan disabilitas.
Di Indonesia Zero Discrimination terus dikampanyekan namun diskriminasi masih banyak sekali terjadi. Hanya beberapa organisasi atau aktivis yang mempromosikan hal ini. Diskriminasi di Indonesia masih sangat kental dengan kehidupan sehari-hari kita.
Pekerjaan besar untuk menjadikan negara Indonesia menjadi negara yang nyaman dan aman bagi semua orang tanpa memandang perbedaan mereka, tetapi dengan melihat bahwa kita semua sama-sama manusia yang hanya menumpang hidup di bumi. (Hilal)