Linimassa.id – Setiap 9 September diperingati sebagai Hari Internasional untuk Melindungi Pendidikan dari Serangan. Ini adalah peringatan internasional yang ditetapkan berdasarkan keputusan bulat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2020.
Hari ini menyoroti serangan terhadap siswa, guru, dan lembaga pendidikan selama konflik bersenjata, penggunaan sekolah untuk tujuan militer, serta upaya yang bertujuan untuk memajukan dan melindungi hak atas pendidikan dan memfasilitasi keberlangsungan pendidikan dalam konflik bersenjata, termasuk Deklarasi Sekolah Aman.
UNICEF (Badan Hak Asasi Anak PBB) dan UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) diundang untuk memfasilitasi peringatan hari tersebut.
Resolusi yang menyatakan Hari tersebut diajukan oleh Qatar dan disponsori bersama oleh 62 negara.
Pada 2020, pada hari berikutnya, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadakan debat terbuka untuk membahas perlindungan siswa, guru, dan sekolah selama masa konflik bersenjata, dan di bawah kepemimpinan Niger, mengeluarkan Pernyataan Presiden pertamanya yang didedikasikan semata-mata untuk melindungi pendidikan anak-anak dari serangan.
Peringatan tersebut dideklarasikan oleh Majelis Umum PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada 2019.
Dilansir dari laman UNICEF, Qatar dan 62 negara lain memproklamirkan peringatan Hari Internasional untuk Melindungi Pendidikan. Tujuannya untuk melindungi pendidikan dari serangan.
UNESCO dan UNICEF pun ditunjuk sebagai badan PBB yang bertanggung jawab meningkatkan kesadaran akan penderitaan jutaan orang yang terkena dampak serangan pendidikan secara global.
Pendidikan yang seharusnya dapat menjadi tempat berlindung yang aman bagi anak, pelajar, dan tenaga kependidikan, justru tidak berjalan sesuai harapan. Pendidikan malah berubah menjadi sasaran langsung kerusakan akibat konflik antarnegara.
Serangan terhadap pendidikan dapat menimbulkan dampak fisik dan psikologis jangka panjang bagi siswa dan guru. Hal ini dapat menunda kegiatan belajar mengajar, menyebabkan peningkatan angka putus sekolah secara signifikan, dan menghambat siswa mengakses hak mereka atas pendidikan berkualitas.
Menurut laporan Education Under Attack pada 2022, sepanjang 2021 dan 2022 terdapat 5.000 laporan serangan terhadap pendidikan dan insiden penggunaan militer di sekolah dan universitas secara global.
Terdapat juga laporan 9.000 siswa dan pendidik menjadi korban serangan di 85 negara. Untuk itu, koalisi global berusaha melindungi pendidikan dari serangan.
Serangan terhadap pendidikan di Palestina juga dirujuk dalam laporan 2022. Misalnya, dari 28 negara yang diprofilkan, Palestina menduduki peringkat satu dari tiga negara yang paling terkena dampak serangan terhadap sekolah. (Hilal)