Linimassa.id – Ternyata beberapa hewan melalui proses pergantian kulit atau cangkang yakni molting. Ini terjadi pada udang dan ayam. Molting merupakan bagian alami dari siklus hidup hewan-hewan tersebut. Berikut beberapa faktanya:
Udang
Molting pada udang terjadi secara berkala, sekitar 3–8 minggu sekali. Molting terjadi karena ukuran daging udang membesar, sementara cangkangnya tidak bertambah besar. Udang akan melemaskan otot-ototnya dan perlahan meninggalkan kulit lamanya.
Selama proses molting, udang rentan terhadap penyakit karena kehilangan perlindungan dari cangkang lama. Untuk mengurangi stres pada udang, petambak perlu menyediakan lingkungan yang stabil dan memantau kondisi air serta nutrisi.
Proses molting terbagi 3 tahapan, tahapan sebelum molting (pro-ecdysis), sesaat molting (ecdysis), dan sesudah molting (post-ecdysis), dengan bebagai dinamikanya.
Struktur cangkang pada lobster pro-ecdysis memiliki struktur yang lengkap dan ketebalan cangkang yang paling tinggi. Unsur penyusun cangkang seperti C, O, N, dan Ca paling banyak ditemukan di dalam cangkang.
Selain itu, cangkang lobster memiliki rasio berat yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging lobster. Cangkang lobster post-ecdysis memiliki rasio berat cangkang tertinggi, sedangkan pada lobster ecdysis memiliki rasio berat daging yang paling tinggi.
Proses molting ini memerlukan energi dan nutrien yang cukup, baik untuk cadangan makanan disaat lobster melakukan molting ataupun untuk pembentukan cangkang yang baru. Selain itu, pergantian kulit tersebut juga diikuti dengan pertumbuhan volume tubuh dan pertambahan berat badan, yang ditandai dengan meningkatnya nilai panjang karapaks, serta nilai berat total dari lobster itu sendiri.
Molting terjadi akibat dampak dari proses hormonal dalam tubuh udang. Seperti pada kasus yang sering ditemukan, bahwa proses molting biasanya terjadi di antara populasi udang yang akan atau memijah.
Perlu diketahui, bahwa siklus molting dapat terganggu karena stress yang secara signifikan terjadi pada krustasea, seperti contohnya ketika kolam pemeliharaan terlalu sering dikuras. Proses molting yang terganggu, juga dapat menghambat proses bertelur krustasea.
Fase Ganti Kulit Udang
Fase kritis ketika molting adalah saat kutikula yang baru tumbuh pada tubuh dan berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya. Terdapat 3 tahap yang terjadi setelah proses molting, di antaranya adalah:
1.Post-molt: pada fase ini, krustasea sedang dalam masa pemulihan dari proses molting sebelumnya. Pada fase ini pula udang akan menyerap banyak air (poin A) agar mampu menumbuhkan dan memperkuat kutikula baru yang akan menyesuaikan ukuran tubuhnya yang baru pula. Cangkang yang baru kemudian akan mengeras dalam waktu beberap jam (Tahap B)
2.Inter-molt: Pada fase statis ini, kutikula dari krustasea dalam keadaan fungsional. Pertumbuhan bobot krustasea akan terus terjadi, dan pada tahap ini aktivitas makan krustasea tidak terganggu bahkan cenderung stabil hingga maksimal.
3.Pre-molt: Pada fase sebelum molting ini, krustasea mempersiapkan tubuhnya untuk proses molting selanjutnya. Pada tahap ini napsu makan krustasea akan sangat turun, dan disaat bersamaan lapisan kutikula mulai tumbuh dan menjadi terlihat secara kasat mata
Ayam
Pergantian bulu pada ayam berlangsung selama 8–12 minggu. Pergantian bulu ini dapat menyebabkan penurunan produksi telur. Tindakan force molting bertujuan agar ayam mempunyai waktu istirahat bertelur, sehingga siap bertelur lagi di masa produksi berikutnya.
Sebenarnya program molting bukanlah sesuatu hal yang baru. Ada banyak pertimbangan apakah molting perlu dilakukan atau tidak. Selama ini proses molting memang sudah jarang dipraktekkan oleh peternak ayam. Biasanya ayam petelur yang telah memasuki umur 90 minggu akan langsung diafkir dan dijual di pasar.
Meski begitu ternyata ada pula sebagian kecil peternak yang tidak langsung mengafkir, tetapi masih tetap memilih melakukan molting pada ayam layer-nya.
Siklus Rontok Bulu Ayam
Molting merupakan proses alamiah rontok bulu yang memang biasa terjadi pada ayam petelur yang telah berproduksi cukup lama (± 90 minggu) dan berlangsung selama ± 4 bulan bahkan bisa lebih singkat.
Fenomena rontok bulu atau molting biasa terjadi pada ayam yang telah berumur tua dengan produksi telur harian sudah di bawah 60%. Bisa juga terjadi pada ayam muda terutama saat ayam mengalami stres berat. Kasus rontok bulu yang cepat pada seluruh populasi atau segala umur biasanya merupakan gejala bahwa telah terjadi sesuatu yang serius (misalnya: kekurangan air minum atau sangat kedinginan).
Molting adalah proses fisiologi pada unggas yang dipengaruhi oleh perubahan kadar hormon prolaktin, gonadotropin, tiroksin, dan hormon steroid ovarium (Berry, 2003). Rontok secara alami terjadi pada akhir periode bertelur yang disebabkan tingginya hormon prolaktin pada tubuh ayam. Proses rontok pada ayam terjadi dengan pola tertentu. Urutan rontoknya dimulai dari bulu kepala, leher, dada, punggung, sayap, dan ekor.
Rontok sayap tidak terjadi secara bersamaan. Bulu yang pertama kali rontok adalah bulu primer yang berdekatan dengan bulu aksial. Selanjutnya bulu rontok sesuai dengan urutannya.
Prinsip utama molting adalah memberikan masa istirahat bertelur bagi ayam umur dewasa. Agar ayam bisa beristirahat, maka kita perlu memberikan “cekaman” pada ayam, barulah produksi telur terhenti dan alat-alat reproduksinya akan mengalami “perbaikan”.
Cekaman atau tekanan yang dimaksud di antaranya dengan mengurangi jumlah ransum secara bertahap, memuasakan ayam tanpa diberi ransum sama sekali selama beberapa waktu, atau mengubah susunan formulasi ransum.
Namun, dari beberapa metode tersebut, yang paling sering dilakukan di lapangan adalah metode kedua yaitu memuasakan ayam. Inilah yang biasa dilakukan peternak dan disebut dengan istilah force molting.
Karena dipuasakan, ayam akan membongkar cadangan makanannya selama seminggu, mendegradasi lemak abdominal yang dimanfaatkan untuk sumber energi. Hal terpenting dalam proses molting ini adalah menstimulir berperannya hormon prolaktin dalam menghambat sementara hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) sehingga proses pembentukan sebutir telur terhenti sementara waktu.
Setelah 30 hari atau 60 hari perlakuan molting ini lalu diberikan jatah pakan dan air minum serta rangsangan cahaya seperti biasa, dan kedua hormon tersebut akan kembali beraktivitas seakan-akan menjadi ayam petelur muda.
Setelah molting akan terjadi peningkatan produksi telur, disebabkan adanya perbaikan fungsi ovarium oleh sel atau jaringan baru. Terjadi peningkatan telur yang cukup signifikan pada ayam petelur afkir setelah dilakukan program molting menggunakan metode pemuasaan atau pembatasan pakan. (Hilal)