linimassa.id – Di kalangan pesantren, gurah sangat popular. Cara ini dilakukan para santri supaya mempermudah dalam belajar mengaji dan membuat suara menjadi lebih bening dan merdu. Namun ternyata gurah bisa menjadi pengobatan tradisional untuk mengatasi gangguan sinus. Pengobatan ini dilakukan dengan cara meneteskan cairan srigunggu ke hidung agar lendir keluar.
Selain sinus, gurah juga bisa digunakan untuk mengobati gangguan pernapasan lainnya. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efektivitas dan keamanan gurah.
Tak perlu khawatir, gurah sudah digolongkan ke dalam pengobatan tradisional yang masuk dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional.
Jadi, gurah telah sejajar dengan jamu, tabib, sinshe, homoeopathy, aromatherapist, dan pengobat tradisional lain.
Menurut seorang Guru Besar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Fakultas Kedokteran UGM, Prof. dr. Soepomo Soekardono, Sp. THT-KL(K), gurah berasal dari bahasa Jawa yang berarti membersihkan. Gurah hidung adalah metode membersihkan hidung dan tenggorokan.
Secara umum, gurah merupakan pengobatan tradisional yang dilakukan dengan meneteskan cairan herbal ke bagian tubuh tertentu, seperti hidung. Dalam hal ini, gurah hidung dilakukan dengan menggunakan ramuan srigunggu untuk mengeluarkan lendir.
Gurah merupakan metode pengobatan asli Indonesia yang yang sering disebut mampu mengobati sinusitis. Gurah pertama kali diperkenalkan oleh Marzuki pada tahun 1900 di Imogiri, Bantul dengan menggunakan ekstrak akar pohon srigunggu.
Sengung
Bahan utama dalam pengobatan gurah adalah tanaman yang bernama srigunggu atau senggugu. Tanaman bernama latin Clerodendrum serratum ini dikenal sebagai tanaman obat yang dilaporkan mampu dalam mengobati rasa sakit, peradangan, rematik, gangguan pernapasan, dan demam.
Mengutip Journal of Applied Pharmaceutical Science, Clerodendrum serratum juga telah dikenal luas untuk pengobatan berbagai penyakit yang mengancam jiwa seperti sifilis, tifus, kanker, penyakit kuning, dan hipertensi.
Secara tradisional, tanaman ini juga telah digunakan sebagai anti-rematik, anti-asma, dan obat penurun panas.
Akar C. serratum juga digunakan sebagai antioksidan, antibakteri, dan antijamur. Penelitian ini cukup menarik dan menunjukkan bahwa tanaman ini harus dipelajari lebih dalam mengenai manfaat terapeutiknya.
Untuk dijadikan ramuan gurah, akar pohon srigunggu akan digilas hingga keluar busa, dan kemudian akan disaring hingga diperoleh cairan yang jernih. Cairan ini yang kemudian ditambahkan air matang untuk menjadi ramuan gurah. Ramuan ini akan ditetes ke hidung oleh praktisi gurah.
Untuk melakukannya, posisi pasien juga harus tidur tengkurap supaya lendir yang dihasilkan dari mulut dan hidung lebih mudah keluar.
Saat melakukannya, biasanya seseorang juga akan ditemani dengan tukang pijat supaya merasa lebih santai. Pijatan yang diberikan juga akan mengurangi rasa sakit pada hidung selama prosedur gurah. Pasalnya, proses pengobatan ini bisa memakan waktu hingga dua jam.
Cara Membuat
Untuk membuat ramuan gurah, erlu menggilas akar pohon srigunggu hingga keluar busa, lalu disaring dengan kain bersih sampai diperoleh cairan yang jernih. Cairan ini kemudian ditambahkan air matang dan siap untuk digunakan dalam pengobatan.
Teteskan ramuan gurah ke hidung secara perlahan, kemudian posisikan tubuh dalam kondisi tengkurap agar lendir yang dihasilkan dari mulut dan hidung mudah keluar. Namun, agar lebih aman, pastikan tindakan tersebut dilakukan oleh seorang praktisi gurah.
Beberapa penelitian menemukan bahwa ekstrak tanaman srigunggu memiliki khasiat antiradang, antioksidan, dan antirematik berkat kandungan berbagai senyawa kimia di dalamnya, seperti asam ursolik, flavonoid, apigenin, dan beta sitosterol.
Efektif atau tidaknya gurah dalam mengobati gangguan sinus sebenarnya masih menjadi perdebatan. Sejauh ini, efektivitas gurah masih butuh penelitian lebih lanjut.
Di sisi lain, sebuah penelitian menunjukkan bahwa gurah terbukti efektif dalam menangani gejala rhinitis kronis, seperti mengurangi lendir, frekuensi bersin, dan keluhan hidung tersumbat. Meski begitu, penelitian terkait masih pada tahap uji klinis dan belum ada publikasi terbuka sehingga bukti lebih lanjut masih diperlukan.
Namun, pada beberapa kondisi tertentu, gurah justru bisa menimbulkan komplikasi apabila cairan yang digunakan mengandung kuman atau bahan iritan tertentu. Hal ini tentunya bisa memicu infeksi dan peradangan di telinga, hidung, tenggorokan, dan rongga sinus.
Beragam penyakit pun dapat timbul bila cairan gurah terkontaminasi, seperti otitis media, rinosinusitis akut, tonsilofaringitis akut, dan peritonsilitis akut. (Hilal)