linimassa.id – Tahukah kamu kalau gelas ternyata tercipta tanpa senagaj? Gelas juga termasuk perabotan tertua yang pernah diciptakan manusia.
Para pelaut Venesia menemukan komposisi pembuatan gelas secara tak sengaja ketika membuat tungku perapian di pantai.
Menurut sejarah, gelas bahkan termasuk perabotan tertua yang pernah diciptakan manusia. Gelas sudah eksis sejak 3.000 tahun Sebelum Masehi. Bangsa pertama yang menggunakan gelas pertama adalah bangsa Mesir Kuno.
Proses penemuan gelas dengan model yang umum seperti yang kita gunakan saat ini, baru mulai eksis menjelang abad permulaan, ketika para pelaut Venesia yang sedang berlabuh di suatu pulau membuat tungku perapian di tepi pantai.
Tungku itu ditujukan untuk menghangatkan tubuh dan memberi cahaya dalam kegelapan dan dinginnya malam.
Tungku tersebut dibuat di atas pasir pantai menggunakan bongkahan soda abu yang merupakan barang muatan kapal mereka. Ketika pagi menjelang, di dalam sisa pembakaran dari tungku itu ditemukan gumpalan benda bening. Dari sinilah diketahui, soda dan pasir akan melebur membentuk kaca ketika dibakar pada suhu yang tinggi.
Hasil penelitian menemukan, di dalam benda atau gumpalan bening itu terdapat unsur-unsur seperti silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), dan natrium oksida (Na2O).
Venesia
Berdasarkan pengalaman para pelaut Venesia itu, diketahui perapian itu dibuat di atas pasir putih yang banyak mengandung kulit kerang, serta bongkahan soda abu.
Dari proses kejadian itu, diketahui bahan gelas dapat diciptakan dengan cara mereaksikan atau meleburkan bahan campuran pasir pantai sebagai sumber silika (SiO2), kulit kerang sebagai sumber kapur (CaO), dan abu kayu atau soda abu sebagai sumber natrium (Na2O).
Atas dasar penemuan tersebut, bangsa Venesia kemudian mengembangkan dan membuat gelas dari pasir kuarsa, kulit kerang, dan arang kayu. Namun, kala itu, bahan gelas yang berhasil dibuat masih memiliki permukaan yang sangat kental, sehingga sangat sulit dibentuk dengan cara ditiup.
Akhirnya, bahan gelas tersebut hanya dapat digunakan untuk membuat manik-manik dan perhiasan gelang. Hasil mengecewakan itu membuat bangsa-bangsa itu menyadari, arang kayu yang mereka gunakan ternyata mengandung unsur kalium oksida (K2O) dan bukan natrium oksida (Na2O).
Bangsa Venesia kemudian mencoba mengembangkan pembuatan gelas menggunakan bahan arang rumput laut, sebagai sumber natrium oksida. Percobaan ini ternyata berhasil karena bahan gelas yang dihasilkan menjadi lebih encer dan mudah untuk dibentuk dengan cara ditiup.
Oleh karena itu, bangsa Venesia dapat membuat bejana dari gelas untuk keperluan sehari-hari. Pada saat itu, gelas masih berwarna hijau dan coklat yang disebabkan tingginya kadar besi dan ada bahan pewarna lain yang tercampur dalam bahan baku.
Romawi
Pada masa pemerintahan Julius Caesar di Romawi, seni membuat gelas sendiri telah berkembang. Saat itu diadakan perdagangan suatu alat yang dinamakan glass blower, alat untuk membuat perkakas gelas secara tradisional. Dari alat itu, terciptalah gelas dari bahan silika murni hasil karya para pengrajin Venesia.
Kini, perkembangan teknologi dalam proses peleburan gelas semakin maju. Dengan menggunakan suhu yang lebih tinggi menggunakan bahan-bahan tahan panas seperti pasir kuarsa, batu kapur, dan bahan kimia lainnya, beragam rupa gelas dan kerajinan gelas lainnya tercipta dengan bentuk yang makin halus dan sempurna.
Mesir
Bangsa Mesir dan Asiria kemudian mencoba membuat gelas dari pasir kuarsa, kulit kerang, dan arang kayu. Akan tetapi gelas yang dibuat sangatlah kaku, tidak lentur seperti yang dibuat oleh bangsa Venesia.
Akibatnya gelas akan sulit dibentuk dengan cara tiup. Bahan pembuat gelas yang dibuat bangsa Mesir hanya dapat digunakan untuk membuat manik-manik dan perhiasan.
Setelah meninjau ulan unsur-unsur yang digunakan, ternyata arang kayu mengandung unsur kalium oksida, bukan natrium oksida yang seharusnya menjadi bahan utamanya.
Bangsa Venesia kemudian menggunakan arang rumput laut sebagai sumber natrium oksida agak lebih mudah dibentuk dengan cara ditiup. Bangsa Venesia kemudian dapat membuat bejana dari gelas untuk berbagai keperluan sehari-hari mereka, dan dapat membuat gelas dengan ukiran seni sebagai penghiasnya. Gelas yang dibuat ketika itu hanya memiliki dua warna, yaitu hijau dan coklat, karena tingginya kadar besi dan tidak adanya pewarna lain dalam bahan baku pembuatannya.
Memasuki abad ke-16 perdagangan alat untuk membuat perkakas dari gelas secara tradisional sangat berkembang, alat itu dinamakan Glass Blower. Gelas yang dihasilkan oleh alat ini disebut Flint Glass. Banyak pengerajin dari Vensia yang menggunakan alat tersebut untuk membuat gelas dari silika murni dengan kualitas yang sangat baik.
Wadah berbentuk botol pertama kali dikenalkan oleh seorang dokter pada 1884 yang mencoba mendistribusikan susu segara dalam keadaan bersih dan aman. Proses pembuatan botol secara besar-besaran kemudian terjadi pada 1892. (Hilal)