linimassa.id – Pernah dengar istilah fast fashion? Tren budaya fast fashion hadir seiring dengan pola konsumsi masyarakat terhadap produk fesyen.
Jika biasanya model pakaian hadir setiap season atau bergantung pada musim, fast fashion memiliki waktu yang relatif lebih cepat. Juga menjadi salah satu penyumbang sampah terbesar, tanpa kita sadari Fast Fashion seperti brand terkenal dalam satu tahun telah menyumbang:
- Emisi Karbon hingga 1.715 juta ton dalam setahun
- 72 juta ton limbah dan sampah
- Menghabiskan hingga 79 miliar kubik air bersih
- Mengeksploitasi jutaan buruh dengan melanggar upah minimum dan pekerja dibawah umur
Biar paham, fast fashion adalah konsep industri fashion di mana produsen membuat dan menjual aneka model produk siap pakai dalam waktu cepat dan harga yang terjangkau.
Dengan pergantian pakaian hitungan minggu saja, mendukung konsumen untuk lebih konsumtif dalam membeli pakaian sehari-hari.
Sebagai contoh, ada beberapa brand yang banyak kita temui di pusat perbelanjaan merilis hingga ratusan model baru dalam hitungan bulan.
Gaya hidup yang kemudian membuat orang begitu berhasrat untuk membeli banyak pakaian baru, dengan masa pakai yang relatif singkat, sebab mengikuti trend yang sedang ada saat itu.
Dilansir dari leed-initiative.org, fast fashion merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena di industri pakaian yang mulai populer sejak awal tahun 2000-an. Fast fashion adalah produksi massal pakaian secara cepat, murah, dan umumnya berkualitas rendah.
Kualitas dan daya tahan pakaian tidak terlalu dipedulikan dalam fast fahion, pakaian lebih berkaitan untuk bergaya dan mengikuti tren fesyen. Industri ini cenderung menjiplak brand fesyen kelas atas dan diproduksi kembali dengan bahan berkualitas rendah.
Model produksi fast fashion yang murah dan cepat menimbulkan banyak pertanyaan tentang sustainability dan etik industri fesyen tersebut.
Fast fashion menyembunyikan banyak sisi gelap. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa fast fashion adalah pilihan yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak mampu membeli pakaian mahal. Faktanya, fast fashion lebih dari itu.
Waspada
Dengan membeli dan memakai produk fast fashion, berpakaian bukan lagi soal nyaman atau kebutuhan hidup. Hasrat menjadi semakin kuat dengan hadirnya media sosial, yang ikut mendorong orang-orang untuk memamerkan setiap apa yang mereka kenakan.
Pakaian model terbaru, tas yang sedang ngetren, atau sekedar produk murah yang mungkin menyimpan banyak cerita di balik produksinya. Hingga akhirnya kita mau menyadari bahwa fast fashion membawa berbagai sisi kelam dan ancaman serius ini yakni menghasilkan sebanyak 1.715 juta ton gas rumah kaca per tahun.
Dalam proses produksinya, pabrik-pabrik fast fashion menghasilkan jutaan ton gas karbon dioksida yang pada akhirnya terus menumpuk, meningkatkan suhu dan memperparah kondisi iklim di bumi.
Akibatnya, aneka bencana alam (karena kondisi yang tak lagi seimbang) semakin intens terjadi, mulai dari banjir bandang, kebakaran hutan, dan lain sebagainya yang tanpa kita sadari melibatkan campur tangan manusia.
Kalau dibiarkan berlarut, pemanasan global menjadi semakin mustahil untuk disembuhkan. Semakin sering kita membeli produk fast fashion, semakin banyak pula pakaian yang akan diproduksi oleh pabrik secara tidak bertanggung jawab.
Eksploitasi
Telah banyak laporan terhadap perusahaan fast fashion melakukan eksploitasi tenaga kerja dan membayar upah terlalu kecil. Meski begitu masih banyak orang yang belum menyadari. Seperti misalnya pabrik yang memproduksi pakaian merek tertentu di Myanmar, memperkerjakan para buruh harus bekerja 66 jam selama seminggu.
Hal serupa terjadi dengan merek lain di India dan Srilangka yang menetapkan produksi tidak masuk akal dan mengalami kekerasan di tempat kerja. Sehingga para buruh perempuan bukan hanya tertekan oleh jam lembur tanpa upah, tapi juga oleh ancaman kekerasan seksual yang sudah menjadi masalah sistemik.
Jadi, belilah jika memang sudah yakin membutuhkannya dan barang itu memang penting. Akan jauh lebih baik jika memilih barang-barang yang lebih tahan lama dan bisa bisa dipakai berulang untuk jangka waktu lama.
Selain itu juga bisa mencoba fesyen daur ulang, renew pakaian lama dan mencoba trend upcycle tak lupa thrifting menjadi hal yang menyenangkan. Juga bisa mendapatkan produk berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau. (Hilal)