linimassa.id – Saat ini diapers atau pampers merupakan hal familiar dalam kehidupan manusia. Banyak yang menggunakan dua produk ini karena tidak ingin repot berurusan dengan pipis bayi dan balita.
Diapers dan pampers, kedua benda ini sering kali disamakan padahal memiliki fungsi berbeda. Penting sekali mengenal perbedaan diapers dan pampers secara mendalam. Sehingga bisa mendapatkan produk sesuai dengan nilai fungsinya.
Berikut kelebihan dan kekurangannya di bawah ini:
Diapers
Produk ini identik dengan fungsi dan bahannya yang dirasa lebih aman untuk kulit bayi, terutama jika bayi memiliki iritasi kulit yang krusial. Produknya juga lebih ringan dan cenderung bisa digunakan beberapa kali dengan perlakuan yang menyesuaikan.
Ada beberapa kelebihan dari diapers yang perlu diketahui. Pertama, produk ini lebih ramah lingkungan dan hemat karena bisa dicuci dan dipakai secara berulang. Kedua, produk ini mengandung campuran bahan kimia yang lebih minim jadi aman untuk kulit bayi. Ketiga, kelebihannya adalah lebih nyaman dipakai dan ringan.
Namun kekurangan dari produk ini bisa dilihat pada sisi kepraktisannya. Pertama, produk ini tidak praktis dan merepotkan ketika dibawa saat bepergian. Kedua, bakalan membutuhkan waktu lebih banyak untuk memasangnya pada bayi.
Pampers
Produk ini identik dengan popok instan yang bisa dibeli secara mudah di pasaran. Bahannya beragam sesuai dengan harga jual sehingga tingkat kenyamanannya juga bakalan menyesuaikan.
Ada beberapa kelebihan yang bisa dipertimbangkan dalam penggunaan pampers ini. Pertama, menawarkan permukaan produk yang cenderung lebih cepat kering sehingga tidak bakalan menunjang kelembapan saat digunakan bayi. Cocok untuk bayi yang bergerak aktif biar tetap nyaman.
Kedua, produknya ringkas dan praktis dibawa saat bepergian sehingga kamu bisa mengganti kapan saja ketika dibutuhkan dalam waktu yang cepat. Ketiga, produk ini cenderung lebih praktis untuk digunakan.
Produk ini memiliki beberapa kekurangan yang krusial untuk diperhatikan. Pertama, beberapa merk pampers nyatanya mengandung bahan kimia yang kurang bisa ditoleransi oleh bayi. Terutama bagi pemilik kulit sensitif bakalan meninggalkan bekas yang sulit dihilangkan.
Kedua, pampers memiliki bagian karet yang beragam sehingga mampu menimbulkan iritasi ringan sampai parah pada kulit bayi. Jadi penting untuk memilih tipe karet yang nyaman dipakai bayi supaya tidak iritasi kulit. Ketiga, pampers memiliki harga yang relatif mahal.
Produk ini memang hanya bisa digunakan sekali, tentu saja ini tidak ramah lingkungan.
Sejarah Pampers
Penamaan popok bayi dengan sebutan pampers, bermula dari mantan awak kapal perang Amerika Serikat USS Missouri Victor Mills pada 1926 dipekerjakan perusahaan makanan dan barang-barang kebersihan rumah tangga Procter & Gamble Co. (P&G). Mills pernah kuliah di teknik kimia di Universitas Washington.
Masa-masa bekerja di P&G itu, Mills dianggap menemukan dunianya di bidang industri, sebagai penemu. Mills, disebut Andrew Revkin dalam artikel Victor Mills Is Dead at 100; Father of Disposable Diapers (07/11/1997) menemukan cara menciptakan sabun dalam proses berkesinambungan yang menekan biaya produksi.
Penemuan terpenting terjadi ketika laki-laki kelahiran 28 Maret 1897 ini menjadi seorang kakek. Cucunya itu sering buang air kecil, seperti bayi-bayi lainnya. Kebiasaan buang air itu merepotkan orangtua karena harus sering mengganti popok bayinya itu.
“Mills berpikir betapa bencinya dia mengganti popok,” tulis David Mayle dalam Managing Innovation and Change (2006:141).
Dalam kepala Mills lalu terpikir untuk memanfaatkan serat selulosa untuk popok sekali pakai. Sebagai insinyur kimia P&G Mills pun lalu membuat penelitian untuk menghindari terus-menerus mengganti popok.
Sejak 1956, Nick Kochan dalam The World’s Greatest Brands (1996: 125), mencatat, Mills dan timnya di P&G mulai merancang produk popok yang tidak harus terlalu sering diganti. Leah Laverich dalam Cloth Diapers (2010:2) menyebut proyek itu dinamai P-57, yang diambil dari nama pesawat Amerika dalam Perang Dunia II. Di dalam timnya terdapat William Dehaas.
Proyek itu menurut catatan Andrew Revkin menghabiskan dana melebihi yang dikeluarkan Ford untuk membuat mobil pertamanya. Proyek P-57 itu lalu menghasilkan sebuah popok sekali pakai atau diaper, yang kemudian diproduksi P&G dengan nama merek Pampers. Pampers dirilis pada Desember 1961.
“Para ibu yang mencoba di Peoria, Illinois, cukup senang dengan hasilnya, tetapi tidak nyaman oleh harga yang ditawarkan sekitar 10 sen. Harga ketika dirilis tahun 1962 ditekan hingga 6 sen,” catat Nick Kochan. Dengan ini Mills membuktikan bahwa seorang kakek memang lebih mengerti apa yang dibutuhkan cucunya.
Produk itu dengan cepat tersebar dan terjual. Produk ini juga akhirnya masuk ke Indonesia. Di Indonesia merek Pampers bersaing dengan banyak merek diaper lain. Pampers mungkin bukan mereka yang dominan di pasaran diaper atau popok sekali pakai yang yang tidak harus sering diganti.
Di Indonesia, Pampers bukan sekedar merek popok sekali pakai yang yang tidak harus diganti ketika si bayi mengompol, tapi untuk menyebut popok praktis sekali pakai ini orang lebih suka menyebutnya sebagai Pampers, meski mereknya bukan Pampers. (Hilal)