LINIMASSA.ID, TANGSEL – Ruang Kepala SDN Ciater 2 Tangsel mendadak jadi ruang ‘persidangan’. Tiga wali murid hadir, diminta klarifikasi dengan cara seperti sedang disidang.
3 wali murid itu dipanggil karena dianggap terlalu gembar-gembor ke publik soal keluhan dana komite dan penggunaannya.
Sayangnya, 3 wali murid itu didudukkan bersama dengan Kepala Sekolah SDN Ciater 2 Tangsel, Wakil Kepala Sekolah serta sejumlah guru. Ada komite dan juga anggota Babinsa TNI yang entah apa peran kepentingannya dalam pertemuan itu.
Ruang berukuran sekira 2×4 meter itu harusnya jadi wadah musyawarah, justru terasa seperti di ruang persidangan. 3 wali murid seolah jadi terdakwa, dan kepala sekolah serta guru seolah jadi hakim dan penuntut. Sementara Babinsa dengan banju lorengnya, seolah jadi pengaman pihak sekolah.
Situasi ini, tentu dirasa menyudutkan 3 wali murid yang hadir. Apa yang mereka ungkapkan, ditimpali bertubi dari para guru yang hadir di ruang yang semestinya tak mereka hadiri.
Cara menyelesaikan masalah dalam forum di ruang Kepala SDN Ciater 2 Tangsel ini tentu tak patut ditiru sekolah lain. Seyogyanya, jika ada keluhan dari orang tua, bahkan hingga viral di media sosial, kepala sekolah punya peran penting membuat semua pihak tenang, bukan justru ikut menyudutkan wali murid.
Barang tentu, setelah berita pungutan dana komite dan penggunannya untuk cor jalan hingga perbaikan toilet, para guru di SDN Ciater 2 Tangsel itu kesal, marah dan mencari biang kerok wali murid yang jadi sumbernya.
3 wali murid itu pun dipanggil oleh Kepsek SDN Ciater 2 Tangsel Titin Suhartini berkat informasi ‘cepu ibu-ibu’ sesama mali murid. Mereka ber-3 itu, dikenal frontal.
“Yang masuk ke sini itu banyak juga yang tidak kami terima. Kalau ibu sudah masuk sini, bersyukur. Bagaimana sikap bersyukur kita, balik lagi ke sikap bersyukur kita dengan apa yang kita dapat,” kata Wakasek Kesiswaan SDN Ciater 2 Tangsel Ekawati ke 3 wali murid yang hadir, Jumat, 7 Maret 2025.
Percakapan yang diisi debatable itu berlangsung hingga 3 jam lamanya. Bayangkan, para wali murid harus bertahan di situasi yang menyudutkan mereka itu. Sementara para guru, bergantian mengungkapkan unek-uneknya kepada ketiga wali murid yang dianggap mencoreng nama baik sekolah.
Kondisi itu, bukan cuma bikin muak wali murid, tapi juga tiga wartawan yang dipersilahkan terlibat dalam forum itu. Mereka ini dilibatkan dalam forum karena pemberitaan yang dibuat dan seolah menyudutkan sekolah.
“Kesempatan ini untuk klarifikasi dan saya harap berita yang sudah tayang minta di takedown,” pinta Titin Suhartini dari kursi yang terhormat sebagai kepala sekolah itu.

Tentu, permintaan itu tak bisa dikabulkan begitu saja. Pasalnya berita yang telah dimuat pada Kamis, 6 Maret 2025 itu berdasarkan hasil konfirmasi kedua belah pihak antara sejumlah wali murid yang identitasnya dirahasiakan dan pihak sekolah yang diwakili Wakasek Kesiswaan SDN Ciater 2 Tangsel. Wawancara itu dilakukan dalam penuh kesadaran, tanpa paksaan.
Meski begitu, Titin bersikukuh meminta pemberitaan terkait dana komite dan penggunaannya itu dihentikan. Dia mengaku, sudah dipanggil Dinas Pendidikan dan Kebudyaan Tangsel serta Inspektorat Kota Tangsel.
Tapi, debatable dalam forum itu masih terjadi. Para wali murid yang hadir semakin tertekan. Satu diantaranya menangis, dua lainnya menenangkan.
“Nanti saya keluar dari sini apakah akan ada penekanan psikis? Karena mental kami saat ini sudah kena dan dikhawatirkan ke anak kami,” tanya salah satu wali murid meminta jaminan kepala sekolah.
Setelah debat panjang. Forum pemanggilan wali murid oleh Kepsek SDN Ciater 2 Tangsel itu berakhir. Sementara anggota TNI yang ikut hadir pun menyimak pertemuan itu sampai akhir duduk menghadap tiga wali murid yang ‘disidang’ itu.
Titin bakal menjamin, tak ada siswa yang akan dikeluarkan dari SDN Ciater 2 Tangsel setelah 3 wali murid itu dipanggil setelah beritanya viral di media sosial.
“Tidak akan mengeluarkan anak-anak tersebut dan tetap sekolah di sini. Walaupun ada gurunya yang kurang bijak nanti saya yang akan menanganinya, saya panggil guru tersebut,” tegas Titin.
Keluhan Wali Murid SDN Ciater 2 Tangsel
Sebelumnya diberitakan, sejumlah orang tua siswa SDN Ciater 2 Tangsel mengeluhkan soal adanya pungutan sumbangan mulai dari dana komite hingga pelaksanaan kegiatan study tour yang dinamai P5 ke Cigwa Wisata pada November 2024 lalu.
Dana komite di SDN Ciater 2 Tangsel itu dipungut oleh koordinator kelas dan disetorkan ke komite sebesar Rp10 ribu perbulan dan berlaku ke seluruh siswa yang totalnya mencapai 753 siswa.
Sementara dana P5 itu satu anak bayar Rp375 ribu, dan pendamping Rp300 ribu. Serta wacana pemberian THR untuk wali kelas, OB dan security sebesar Rp350 ribu dari uang kas siswa.
Keluh kesah para orang tua SDN Ciater 2 Tangsel ini seperti gunung es. Banyak yang mengeluh di bawah, tetapi hanya beberapa saja yang berani mengungkapkan ke publik dan menanggung resikonya.
Kini, mereka menanggung resiko, anaknya terancam dikeluarkan di sekolah, dikucilkan oleh siswa lain, paling parah mungkin akan ada perundungan. Hal ini sudah dialami para wali murid berani itu. Mereka bahkan ada yang sudah dikeluarkan dari grup siswa kelasnya oleh koordinator keras.
*Disclaimer: Tulisan ini tak bertujuan menyudutkan bahkan merugikan salah satu pihak. Narasi yang ditulis hanya menggambarkan situasi pemanggilan wali murid yang dilakukan oleh kepala SDN Ciater 2 Tangsel setelah berita soal dana komite, study tour ke luar kota hingga THR dari uang kas siswa viral.