linimassa.id – Serangga satu ini cukup dikenal oleh manusia karena masih kerap terlihat di sekitar kita. Capung, hewan dengan sayap transparan yang kadang bertandang ke rumah.
Capung adalah salah satu serangga purba. Capung sudah ada di Bumi sejak 300 juta tahun lalu. Fosil capung terbesar yang pernah ditemukan memiliki lebar sayap hingga 3 meter.
Capung terlihat sebagai makhluk yang cantik yang senang terbang di dekat air. Ternyata, capung adalah predator ganas yang memiliki rahang tajam.
Taksonomi capung Capung pertama kali diteliti taksonominya oleh ilmuwan asal Denmark yaitu Johann Christian Fabricius.
Dia terkenal karena sering meneliti taksonomi serangga berdasarkan bentuk mulutnya. Capung dimasukkan ke dalam ordo “Odonata”.
Odonata berarti gigi. Istilah ini merujuk pada struktur geligi yang kuat pada rahang bawah capung. Di Indonesia, ditemukan dua sub ordo, yaitu sub ordo Zygoptera dan Anisoptera. Anisoptera memiliki ukuran yang lebih besar dari Zygoptera.
Tubuh capung Tubuh capung memiliki beberapa keunikan. Bagian kepala capung hampir semuanya merupakan mata. Capung memiliki sudut pandang hingga hampir 360 derajat. Yang tidak bisa dilihat oleh capung hanya yang ada tepat di belakang mereka.
Mungkin ada juga penasaran berapa umur capung. Ternyata, dalam fase awal sebagai larva, capung bisa hidup di bawah air hingga 2 tahun. Namun, setelah menjadi capung dewasa, umurnya sangat singkat, yaitu hanya 7 sampai 56 hari saja.
Odonata
Capung atau sibar-sibar adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya.
Namanya dalam bahasa daerah adalah papatong (Sd.), kinjeng (Jw.), coblang (Jw.), kasasiur (bjn), tjapung, Sansibur (DykNgj) Bungkoloko (Siompu), Kedie (Bahasa Sasak Lombok).
Capung (subordo Anisoptera) relatif mudah dibedakan dari capung jarum (subordo Zygoptera). Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping.
Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap di jendela dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya.
Capung dan capung jarum menyebar luas, di hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah dan lingkungan perkotaan.
Ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 mdpl. Beberapa jenisnya, umumnya jenis capung, merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah jelajahnya.
Beberapa jenis yang lain memiliki habitat yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit. Capung jarum biasanya terbang dengan lemah, dan jarang menjelajah jauh.
Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun.
Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, tetapi ada pula jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras.
Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa.
Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah permukaan air, dengan menggunakan insang internal untuk bernapas.
Tempayak dan nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan.
Capung dewasa tidak pernah dianggap sebagai pengganggu atau hama. Capung dewasa juga sebagai bioindikator lingkungan sehat.
Daur hidup capung membutuhkan air dan tumbuhan. Pada fase awal hidupnya, capung hidup sebagai larva di dalam air.
Setelah dewasa, capung akan terbang ke udara. Baik dalam bentuk larva maupun dewasa, capung adalah predator yang memangsa hewan yang lebih kecil darinya. Dalam bentuk larva, capung memangsa jentik nyamuk dan larva serangga.
Setelah dewasa, capung memangsa nyamuk dan serangga kecil yang bisa membahayakan. Dilansir dari Litbang Kementerian Kesehatan, semakin banyak capung yang hidup di suatu daerah, maka itu menunjukkan lingkungan yang bersih. Selain itu, ini menunjukkan bahwa air di lingkungan tersebut bersih dan bebas polusi. (Hilal)