linimassa.id – Cerita tentang Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW tidak lepas dengan kehadiran hewan legend Bernama burak? Sejenis apa hewan ini?
Burak dalam sejarah Islam menjadi tunggangan bagi Nabi Muhammad SAW pada saat Isrā yang didampingi oleh Malaikat Jibrīl ‘alaihissalām, dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsa lalu ke Sidratul Muntaha.
Makhluk ini dinamakan burāq dikarenakan kecepatan melesatnya ibarat kilat (barq). Adapula yang mengatakan bahwa dinamakan burāq karena warna tubuhnya yang bersih dan mengkilat serta sangat cepatnya, ada pula yang mengatakan karena warna tubuhnya yang putih.
Peristiwa Isra Mikraj merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW mulai dari Masjidil Haram di Mekkah kemudian menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem kemudian Allah SWT menaikkan Nabi Muhamamd SAW ke langit ketujuh atau Sidratul Muntaha.
Saat itu, Nabi Muhammad melakukan perjalanan dengan menaiki kendaraan super cepat bernama burak. Isra Mirkaj terjadi dalam satu malam saja.
Dengan kecepatan itulah, burak menjadi kendaraan yang sangat cepat dalam membantu Rasulullah SAW melakukan perjalanan Isra Mi’raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.
Padahal, jarak antara kedua masjid sekitar 1239 KM. Lalu, naik ke langit ketujuh untuk bertemu dengan Allah SWT, kemudian kembali ke Bumi hanya dalam waktu 1 malam.
Apabila burak dijelaskan mempunyai kemampuan laju atau kecepatan seperti kilat atau cahaya, maka kilat dan cahaya dapat bergerak sejauh 186.000 mil atau 300 kilometer per detik.
Sementara dengan penyelidikan yang memakai sistem paralaks, diketahui jarak Matahari dari Bumi sekitar 93.000.000 mil, dan dilintasi oleh sinar dalam waktu 8 menit.
Secara logika, jarak yang demikian jauhnya tidak mungkin dapat dicapai hanya dalam beberapa saat saja oleh burak.
Kilat
Istilah “barqu” ini ditemui dalam surat Al-Baqarah 20 yang berbunyi:
“Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Kuasa atas segala sesuatu.”
Burak merupakan binatang ghaib yang tidak dapat dijumpai di alam ini. Allah berfirman, “Dialah Tuhan yang mengetahui yang ghaib, dan Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. Al-Jin: 26 – 27)”
Burak memiliki kemampuan yang luar biasa karena diketahui dapat melaju dengan secepat kilat yang dapat menembus langit.
Bentuk
Bentuk dan sifat burak yang disebutkan dalam hadist shahih seperti berikut ini:
- Bentuknya seperti binatang tunggangan.
- Ukurannya lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal. (Bighal adalah peranakan hasil perkawinan antara kuda dengan keledai).
- Berwarna putih.
- Langkah kakinya, sejauh ujung pandangannya.
- Bisa diikat sebagaimana layaknya hewan tunggangan.
- Banyak orang yang menggambarkan Burak merupakan kuda yang memiliki sayap. Namun tidak ada hadist yang menjelaskan keberadaan sayap Burak.
Burak diceritakan didatangkan langsung dari surga dan saat itu Rasulullah SAW menaikinya ditemani malaikat Jibril dan malaikat Israfil.
Salah satu kisah menyebut, pada mulanya, burak menunjukkan keliarannya, ia terkesan enggan ditunggangi Rasulullah SAW.
Namun, Jibril dengan sigap mengendalikannya seraya berkata, “Wahai burak! Tidak malukah engkau? Demi Allah, orang yang akan menunggangi engkau adalah orang yang paling mulia”.
Barulah burak memahami posisinya sebagai kendaraan pilihan yang bertugas mengantar pilihan-Nya yaitu Muhammad SAW.
Maka berubahlah sikapnya menjadi jinak penuh takzim kepada Rasulullah SAW.
Dari Abdullah bin Mas’ud bahwasanya Rasulullah SAW berkata:
“Aku telah disediakan burak, aku pun duduk di belakang Jibril dan berangkatlah bersama. Ketika hendak naik kedua kakinya diangkat ke atas, dan ketika turun kedua tangannya yang diangkat.”
Mengutip laman NU Online, di tengah perjalanan tersebut diperlihatkan kepada Rasulullah SAW berbagai fenomena yang sarat makna.
Walaupun itu hanya sekelebat saja karena cepatnya laju burak, tetapi mengandung pelajaran yang mendalam.
Sempat Rasulullah SAW dalam perjalanan itu melihat orang tua renta sebagai isyarat umur dunia ini yang sebanding dengan sisa umur orang tua itu.
Rasulullah SAW juga diperlihatkan seseorang yang memecahkan kepalanya sendiri, sebagai tanda mereka yang berat melaksanakan salat, juga para pezinah, pembangkang zakat, pengkhianat, dan tukang fitnah.
Semua ditunjukkan kepada Rasulullah SAW sebagai isyarat gambaran kehidupan yang harus siap-siap dihadapi dalam kenyataan selama bertugas sebagai utusan Allah SWT.
Peristiwa Isra Mikraj telah menunjukkan kebesaran Allah SWT kepada hamba-Nya. Hal ini seperti dijelaskan dalam surah Al-Isra’ ayat 1 yang artinya:
“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya; agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha mendengar, Maha melihat.” (Hilal)