Linimassa.id – Rokok elektrik atau vape sering dianggap lebih aman dibanding rokok tembakau biasa. Akibatnya, banyak orang yang beralih ke rokok elektrik karena percaya dapat menghindarinya dari risiko penyakit jantung dan kanker yang berhubungan dengan penggunaan rokok tembakau, seperti rokok kretek dan rokok filter.
Benarkah bahaya vape lebih rendah dibandingkan dengan rokok tembakau?
Vape atau rokok elektrik adalah salah satu jenis penghantar nikotin elektronik. Rokok jenis ini dikenal karena dapat membantu pecandu rokok tembakau mulai berhenti merokok.
Dengan beralih dari rokok tembakau ke rokok elektrik, secara perlahan mereka belajar untuk berhenti merokok.
Padahal sebenarnya, vape dan rokok tembakau sama-sama berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Rokok jenis ini terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran, tetapi terdapat tiga komponen utama dalam rokok elektrik yaitu baterai, elemen pemanas, dan tabung yang berisi cairan (cartridge).
Cairan dalam tabung ini mengandung bahan-bahan, seperti nikotin, propilen glikol atau gliserin, serta penambah rasa, seperti rasa buah-buahan dan coklat.
Rokok elektrik bekerja dengan cara memanaskan cairan yang ada dalam tabung, kemudian menghasilkan uap seperti asap yang umumnya mengandung berbagai zat kimia.
Perokok mengisap zat kimia yang terkandung di dalam vape langsung dari corongnya.
Kandungan
Cairan rokok elektrik mengandung propilen glikol atau gliserin, nikotin, dan penambah rasa.
American Lung Association menyebutkan bahwa beberapa penelitian telah menemukan zat-zat kimia beracun pada rokok elektrik atau vape.
Propilen glikol atau gliserin berfungsi untuk memproduksi uap air. Penelitian menunjukkan bahwa menghirup propilen glikol dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan pada beberapa individu.
Nikotin ditemukan dalam konsentrasi yang berbeda-beda, antara 0-100 mg/ml dalam satu rokok elektrik. Ini adalah zat yang sangat adiktif dan dapat memengaruhi perkembangan otak remaja secara negatif.
Karsinogen, yaitu bahan kimia yang diketahui sebagai penyebab kanker. Karsinogen yang terdapat dalam vape di antaranya adalah acetaldehyde dan formaldehyde.
Acrolein, zat yang biasanya digunakan untuk membunuh gulma dan dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang tidak dapat diperbaiki.
Diacetyl, yaitu zat kimia yang berhubungan dengan penyakit paru-paru bronchiolitis obliterans.
Diethylene glycol, yaitu zat kimia beracun yang juga berkaitan dengan penyakit paru-paru.
Logam berat, seperti nikel dan timah.
Kadmium, yaitu logam beracun yang ditemukan dalam rokok tradisional. Ini juga dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan.
Benzene, yaitu senyawa organik yang mudah menguap. Ini biasanya ditemukan di knalpot mobil.
Partikel sangat kecil yang bisa dihirup jauh ke dalam paru-paru perokok.
Jenis
Rokok vape pada dasarnya memiliki banyak jenis. Anda dapat menemukan rokok elektrik ini dengan berbagai bentuk dan ukuran.
Berikut ini jenis-jenis rokok elektrik yang harus Anda ketahui.
- Jenis Pen
Seperti namanya, rokok elektrik satu ini berbentuk seperti pulpen dan merupakan vape terkecil dibanding dengan jenis vape lainnya.
Cara kerja vape jenis ini pada dasarnya sama dengan jenis lainnya, yaitu dengan memanaskan cairan vape agar dapat menghasilkan uap.
Ada dua jenis elemen pemanas yang bisa Anda pilih untuk memanaskan cairan vape jenis pen.
Atomizer. Ini adalah elemen pemanas untuk memanaskan cairan vape yang mengandung nikotin. Anda harus mengganti atomizer jika panas sudah berkurang kualitasnya.
Cartomizer. Ini adalah kombinasi dari cartridge dan atomizer. Pada pengaturan ini, komponen yang dipanaskan bersentuhan langsung dengan elemen pemanas.
Untuk memanaskan elemen pemanas tersebut, vaporizer pen membutuhkan baterai sebagai energi.
Baterai ini bisa diisi ulang dan biasanya mempunyai tegangan sebesar 3,7 V, tetapi ada juga baterai yang bisa diatur tegangannya.
Baterai ini bisa mempunyai kekuatan sampai 1300 mAh. Hati-hati dengan baterai vape karena bisa meledak dan membahayakan Anda. Hindari alat ini dari jangkauan anak-anak.
- Jenis Portable
Vaporizer jenis ini bentuknya lebih besar dibanding dengan vaporizer jenis pen. Meski begitu, vaporizer portable masih bisa dimasukkan ke kantong Anda.
Tidak jauh berbeda dengan vaporizer pen, vaporizer jenis ini juga mempunyai komponen elemen pemanas dan baterai.
Namun, pada vaporizer portable, cairan vape tidak kontak langsung dengan elemen pemanas sehingga menghasilkan rasa yang lebih baik dan asap yang lebih sedikit.
Sementara itu, daya tahan baterai vaporizer portable biasanya kuat bertahan 2-3 jam atau lebih.
- Jenis Desktop
Vaporizer desktop adalah rokok elektrik yang berukuran paling besar. Anda hanya dapat menggunakannya di rumah atau di satu tempat.
Selain itu, vaporizer desktop juga membutuhkan permukaan yang datar untuk menempatkannya serta memerlukan pasokan energi yang konstan agar dapat berfungsi dengan baik.
Pasokan energi yang stabil membuat vaporizer desktop menghasilkan panas yang lebih maksimal, rasa yang lebih tajam, dan uap yang lebih banyak daripada jenis vaporizer lainnya.
Vape atau rokok elektrik merupakan alat yang menggunakan batre untuk menyalakannya dan sangat mirip dengan rokok tembakau. Namun, tidak seperti rokok yang terbuat dari daun-daun tembakau yang dibungkus, rokok elektrik terdiri dari tabung yang berisi cairan nikotin, perasa buah, dan bahan kimia lainnya.
Vape bekerja dengan cara memanaskan cairan di dalam tabung, kemudian mengubahnya menjadi uap. Selain pada bentuknya, perbedaan mendasar dari kedua jenis rokok ini adalah kandungan tembakau. Vape tidak memiliki kandungan tembakau seperti pada rokok tradisional. Namun hal itu tidak menjadi tolok ukur bahwa vape pasti lebih aman dibanding rokok.
Sebab, bukan hanya kandungan tembakau yang bisa meningkatkan risiko penyakit serius menyerang, misalnya kanker. Penggunaan vape dalam jangka panjang, yaitu satu tahun atau bahkan kurang, juga disebut bisa meningkatkan risiko seseorang terserang penyakit kanker. Maka dari itu, penggunaan vape pun sebaiknya diwaspadai, terutama pada remaja dan orang yang rentan terserang penyakit.
Penelitian tentang efek kesehatan jangka panjang vaping memang masih terbatas. Tetapi mengingat apa yang kita ketahui tentang merokok, Covid-19 dan infeksi pernapasan lainnya, para ahli kesehatan dengan yakin mengatakan, bahwa vaping tidak hanya akan meningkatkan risiko mengembangkan komplikasi dari virus corona. Tetapi, juga akan meningkatkan peluang untuk menyebarkan penyakit itu ke orang lain.
Berikut adalah beberapa efek menakutkan yang mungkin ditimbulkan oleh vaping terhadap virus corona:
- Vape meningkatkan kemungkinan infeksi
Masalah yang paling jelas dari menggunakan vape adalah adanya kerusakan yang ditimbulkan pada paru-paru. Ketika memakai vape, bahan kimia keras yang terkandung di dalamnya segera merusak sel-sel dalam sistem pernapasan, yang bertanggung jawab untuk mengatur sistem kekebalan tubuh.
Vape menekan respons kekebalan paru-paru, meningkatkan keparahan dan durasi infeksi pernapasan lainnya seperti bronkitis, influenza, dan pneumonia.
- Membuat paru-paru kesulitan mendapatkan oksigen
Covid-19 menyebabkan paru-paru terangsang dan membengkak, yang kemudian membuatnya lebih sulit untuk menyerap oksigen. Seseorang yang sehat dapat menggunakan oksigen tambahan dan sembuh dari infeksi. Tetapi, jika kemampuan paru-paru sudah berkurang karena merokok atau vape, akan sulit mendapatkan oksigen dan sembuh.
Ini dapat menempatkan pengguna vape pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi Covid-19 yang lebih serius.
- Asap vape dapat menyebarkan virus
Ketika seseorang menggunakan vape, mereka menarik napas dari perangkat, uapnya bercampur dengan sekresi di paru-paru, tenggorokan dan hidung, kemudian mereka meniupnya.
Inilah bagian yang memprihatinkan tentang semua ini. Virus corona sebagian besar menyebar melalui tetesan pernapasan yang dikeluarkan ketika orang berbicara, batuk atau bersin. Tetesan pernapasan cukup besar, sehingga gravitasi mampu menarik tetesan ke bawah, karena itu tetesan tersebut tidak bertahan lama di udara.
Tetapi aerosol yang dilepaskan dalam asap vape sangat kecil, sehingga mereka dapat bertahan di udara lebih lama.
Jika pengguna vape terinfeksi Covid-19 dan mengeluarkan asap ke udara yang mengandung aerosol kecil yang terkontaminasi itu, orang lain secara teoritis dapat tertular virus saat memasuki ruangan segera setelah itu.
- Menyentuh wajah berulang kali
Menggunakan vape itu sendiri secara inheren meningkatkan risiko tertular virus. Kekhawatiran utama lainnya adalah, bahwa sebagian besar pengguna vape adalah remaja dan mereka cenderung tidak melakukannya sendirian, tapi bersama-sama dalam kelompok.
Meskipun diperkirakan bahwa orang yang berusia lebih muda akan lebih mudah pulih dari Covid-19, bukan berarti mereka tak bisa mengalami kondisi parah – terutama jika paru-paru mereka sudah rusak akibat vape. Bahkan, jika ada pengguna vape yang berusia lebih muda memiliki gejala virus corona yang ringan, mereka akan menjadi “penyebar diam” yang mempercepat penyebaran Covid-19 pada tingkat yang mengkhawatirkan. (Hilal)