linimassa.id – Selagi masih Dzulhijah, tidak ada salahnya mentadaburi kisah pengorbanan Nabi Ismail yang rela akan disembelih sang ayah Nabi Ibrahim, untuk memenuhi perintah Allah SWT.
Namun saat disembelih, Nabi Ismail digantikan oleh kibas yakni hewan berkaki empat sejenis domba. Selanjutnya, apa yang terjadi dengan Nabi inil? Cari tahu yuk.
Nabi Ismail AS, menjadi sejarah awal mula adanya perayaan kurban dalam agama Islam. Kurban diartikan sebagai wujud keikhlasan Ibrahim menyerahkan sang putra, Ismail.
Nabi Ismail lahir di Syam dari seorang perempuan bernama Hajar. Kisah ini tersebut diabadikan dalam Alquran Surat Ash-Shaffat ayat 100-111.
Disebutkan dalam Alquran bahwa Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah SWT agar bisa diberikan keturunan. Doa tersebut kemudian dikabulkan oleh Allah.
Pada Surat ini, Allah SWT menceritakan tentang kekasih-Nya, Nabi Ibrahim AS, bahwa sesungguhnya setelah Allah menolongnya dari kejahatan kaumnya dan ia merasa putus asa dari keimanan kaumnya, padahal mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat yang besar.
Allah SWT berfirman dalam Quran Surat Ash-Shaffat ayat 101.
“Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.” (Ash-Shaffat: 101)
Anak tersebut adalah Nabi Ismail AS. Nabi Ismail AS lebih tua daripada Nabi Ishaq, menurut kesepakatan kaum muslim dan kaum Ahli Kitab mereka disebutkan bahwa saat Ibrahim memiliki putra, Ismail AS, ia berusia 86 tahun. Dan saat Ibrahim AS memiliki anak, Ishaq, usianya 99 tahun.
Dalam Quran Surat Ash-Shaffat ayat 102 disebutkan:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! ” (Ash-Shaffat: 102)
Nabi Ibrahim menyampaikan mimpi ini kepada putranya. Nabi Ismail dengan tabah menjawab dan menanggapi mimpi tersebut. Nabi Ismail AS meminta kepada ayahnya agar menaati perintah Allah SWT.
Pada harinya, Nabi Ibrahim membaringkan anaknya, Nabi Ismail AS yang siap disembelih. Keduanya mengucapkan persaksian dan menyebut nama Allah untuk melakukan penyembelihan itu, yakni persaksian (tasyahhud) untuk mati.
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mengerjakan perintah Allah Swt, sebagai rasa taat keduanya kepada Allah, dan bagi Ismail sekaligus berbakti kepada ayahnya. Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Ikrimah, Qatadah, As-Saddi, Ibnu Ishaq, dan lain-lainnya
Ibnu Abbas mengatakan, saat Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk mengerjakan manasik, setan menghadangnya di tempat sai, lalu setan menyusulnya, maka Ibrahim menyusulnya. Kemudian Jibril AS membawa Ibrahim ke jumrah aqabah, dan setan kembali menghadangnya; maka Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil hingga setan itu pergi.
Saat setan menghadangnya lagi di jumrah wusta, maka Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil. Nabi Ibrahim merebahkan Ismail pada keningnya, saat itu Ismail mengenakan kain gamis putih, lalu Ismail berkata kepada ayahnya,
“Hai Ayah, sesungguhnya aku tidak mempunyai pakaian untuk kain kafanku selain dari yang kukenakan ini, maka lepaskanlah kain ini agar engkau dapat mengafaniku dengannya.”
Maka Ibrahim bermaksud menanggalkan baju gamis putranya itu. Tetapi tiba-tiba ada suara yang menyerunya dari arah belakang: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. (Ash-Shaffat: 104-105).
Nabi Ibrahim menoleh ke belakang, tiba-tiba ia melihat seekor kambing gibasy putih yang bertanduk lagi gemuk. Ibnu Abbas mengatakan, sesungguhnya sampai sekarang kami masih terus mencari kambing gibasy jenis itu. Hisyam menyebutkan hadis ini dengan panjang lebar di dalam Kitabul Manasik.
Maka Ibrahim melepaskan putranya dan mengejar kambing gibasy itu. Kambing gibasy itu membawa Ibrahim ke jumrah ula, lalu Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil.
Dan kambing itu luput darinya, lalu lari ke jumrah wusta dan Ibrahim mengeluarkannya dari jumrah itu dengan melemparinya dengan tujuh buah batu kerikil.
Kambing itu lari dan ditemuinya ada di jumrah kubra, maka ia melemparinya dengan tujuh buah batu kerikil. Pada saat itulah kambing itu keluar dari jumrah, dan Ibrahim menangkapnya, lalu membawanya ke tempat penyembelihan di Mina dan menyembelihnya.
Menurut tafsir dari Ibnu Abbas bahwa hewan yang menggantikan Nabi Ismail ketika akan disembelih sejenis Kibas atau kambing spesial yang berasal dari surga.
Ibnu Abbas mengatakan, Kibas adalah hewan persembahan dari Habil saat ia berkompetisi dengan Qabil. Tujuannya yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah menerima kurbannya, lalu kambing tersebut dipelihara di surga untuk menebus Ismail.
Peristiwa yang dialami Nabi Ismail menjadi awal mula turunnya perintah berkurban untuk umat Islam yang memiliki kemampuan lebih dari segi finansial.
Dari kisah ini bisa disimak, Nabi Ismail masih tetap hidup setelah digantikan Kibas. KIsah ini menjadi contoh pembelajaran banyak hal, tentang keikhlasan, kepatuhan, dan lainnya.
Allah SWT berfirman dalam surat Maryam ayat 54:
Artinya: Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.”
Kisah ini selalu terngiang karena mengandung pesan mendalam tentang haji dan kurban kerap diceritakan secara turun temurun. (Hilal)